Playlist #10 : Long Way Home by 5 Seconds of Summer

278 16 2
                                    

Length : 1600 words

Genre : fanfiction Calum Hood

"Take me back to the middle of nowhere, back to the place only you and I share, remember all the memories, the fireflies and make believe,"--Long Way Home, 5 SOS

Suara dentuman musik sudah mulai terdengar saat aku memarkirkan mobilku di perkerangan sebuah rumah besar. Dari kaca mobil, aku melihat orang-orang berlalu lalang, mereka nampak dengan nyaman menikmati pesta ini.

Setelah memastikan bahwa penampilanku layak untuk dilihat, aku segera keluar dari mobil, melewati beberapa orang hingga benar-benar bisa memasuki rumah besar ini. Dan sesuai dengan ekspektasiku, rumah ini penuh dengan orang-orang yang membawa sebuah alkohol di tangan mereka, tertawa keras bersama, berciuman, dan menari-nari dengan liarnya. Segala hal ini membuatku seolah tertarik kembali saat aku masih duduk di bangku highschool dulu.

Pesta. Alkohol. Para gadis. Taruhan. Dan hangover parah di pagi harinya yang membuatku menyesal telah minum banyak namun tetap melakukan hal itu di pesta lainnya.

"Dude, kau datang!" Sebuah suara terdengar dari belakang, membuatku sontak menoleh dan mendapati sosok Luke Hemmings di sana.

Luke masih sama seperti bagaimana dirinya terakhir kali aku melihat. Hanya saja ia terlihat jauh lebih matang dan lebih dewasa, potongan rambutnya juga terlihat sedikit berbeda. Dia memakai sebuah kemeja flanel merah-hitam, celana skinny dan sebuah sepatu yang membuatku sontak mengerutkan kening.

"Kenapa pakaianmu serapi ini?" tanyaku sambil menunjuk dirinya dari atas ke bawah.

Luke tersenyum miring. "Menurutmu? Apa aku akan mendiamkan semua gadis-gadis yang datang ini?"

Aku memutar bola mataku. Sesaat setelah aku menerima telpon dari Luke sekitar seminggu yang lalu perihal dirinya yang ingin mengadakan reuni kecil-kecilan dengan gang kami semasa highschool dulu, kupikir dia sudah berubah menjadi dewasa seperti umurnya yang bertambah tua, namun kurasa aku salah perkiraan.

Luke tertawa keras. "Lihatlah wajahmu! Hey, apa kau gila?! Tentu saja aku tadi hanya bercanda! Aku memakai pakaian ini karena aku baru saja pulang dari berjalan-jalan. Sekarang, ayo! Adikku berkata sudah ada seseorang di kamarku."

Luke kemudian menarik tanganku dengan agak kencang agar bisa keluar dari jeratan para remaja berkeringat yang menari-nari tidak keruan. Kami kemudian menaiki anak tangga spiral, melewati lorong sepi hingga sampai di depan kamar Luke. Luke memutar knop pintu kamarnya dan menarik benda itu hingga menimbulkan suara derit. Kami berdua lantas segera masuk dan mendapati Emma dan Michael sudah duduk di atas karpet, menonton sebuah acara televisi dengan volume besar sambil memakan beberapa camilan.

"Akhirnya kau datang juga," kata Michael, "aku merasa aneh berada di kamar seseorang sedangkan orang itu tidak ada di kamarnya sendiri."

"Aneh? Kau bahkan sering melakukannya dulu," kata Luke sambil segera menempati posisi di samping Michael.

Setelah memperhatikan sekilas penampilan Michael dan Emma malam ini, aku ikut duduk di atas karpet, tepatnya di samping Emma kemudian melemparkan pandangan ke seluruh penjuru kamar ini. Kamar Luke. Kamar yang secara magis memberikan sebuah aura nostalgia.

"Itu dulu," kudengar Michael berkata dengan penekanan di kata dulu.

Iya, dulu. Segalanya terasa begitu cepat berganti. Seperti, aku merasa baru kemarin kami masuk highschool pertama kali, merasa takut dengan status kami sebagai seorang freshman yang mudah saja ditindas oleh para senior, dan tiba-tiba saja di sinilah kami sekarang, seseorang yang beranjak dewasa, dapat mencari uang sendiri dan bahkan sudah siap menikah.

Dialog Musik (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang