Playlist #20 : Let Me Go by Hailee Steinfeld, Alesso ft. Florida Georgia Line,

112 12 0
                                    

Playlist #20 : Let Me Go by Hailee Steinfeld, Alesso ft. Florida Georgia Line, WATT

Mataku melirik ke arah Leo, punggung pria itu menghadapku hingga aku tak dapat melihat wajahnya, meski demikian, aku tahu dengan pasti bahwa dia sudah tidur lelap, sungguh berbeda denganku yang tak dapat sedikitpun menutup mataku. Terlalu banyak hal yang berkeliaran di pikiranku dan hal itu jauh lebih dari cukup untuk membuatku pada akhirnya terjaga di larut malam.

Aku membenci diriku.

Sudah terhitung lima bulan aku menjalani hubungan bersama Leo namun perasaan itu tak kunjung datang. Beberapa kali aku merasa yakin bahwa aku mencintai pria itu seperti seorang wanita mencintai pasangannya, namun kemudian aku disadarkan bahwa perasaanku padanya tidaklah seperti itu. Aku mencintainya, namun bukan jenis cinta yang seharusnya dirasakan oleh wanita pada kekasihnya.

Di sisi lain, Leo nampak begitu yakin bahwa dia mencintaiku. Dia bahkan tak pernah sedikitpun merasa ragu dengan perasaannya. Dia juga selalu membiarkanku tahu mengenai apa yang ia rasakan.

Seharusnya aku merasa senang dengan apa yang Leo rasakan, namun tidak, justru aku merasa sedih karena aku tahu aku tak merasakan hal yang sama.

Aku menghela napas, kembali melirik Leo sebelum akhirnya melemparkan pandanganku pada langit-langit kamarnya.

Malam ini aku memang memutuskan untuk tidur di apartement milik Leo. Tidak, kami tidak melakukan apapun. Bahkan setelah lima bulan berhubungan, kami tak pernah sedikitpun melakukan hal yang lebih jauh dibanding berciuman. Aku tak bisa melakukan hal itu mengetahui bahwa aku tak akan merasa nyaman ataupun puas terhadap apa yang aku lakukan.

Aku memandangi langit-langit entah berapa menit lamanya. Pikiranku terus bergerak tanpa henti hingga akhirnya aku menemukan satu keputusan.

-

"Leo," aku memanggilnya setelah keluar dari kamar mandi dan merasa segar untuk memulai hari.

Pria tinggi dengan rambut cokelat serta manik mata hazel itu tengah berdiri di dapur. "Hey, Maya, kau sudah mandi? Sarapan akan selesai sebentar lagi, aku sedang membuat roti panggang," katanya sembari melirikku sekilas sebelum kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Lihat, Leo sangatlah baik. Pria terbaik yang pernah ada di dalam hidupku, bahkan. Aku sungguh ingin mencintainya, namun seberapa besar keinginanku, aku tak bisa. Aku membenci diriku karena hal tersebut.

Tak lama, Leo berhenti berkutat dengan dapur dan menyuguhkanku sebuah roti panggang serta teh. Aku tersenyum melihatnya. Ia kemudian ikut bergabung denganku di meja makan dengan roti panggang miliknya serta secangkir kopi.

"Leo," aku memanggil namanya, suaraku terdengar pelan.

"Hmm?" Leo bergumam, ia kemudian memakan roti panggangnya.

Aku meneguk tehku, otakku mulai berdebat apakah hal yang hendak aku sampaikan ini layak disampaikan di meja makan saat sarapan.

"Ada apa, Maya?" Leo bertanya, matanya kini memandangku dengan intens.

"A-aku," mulaiku, "aku minta maaf, aku tahu hal ini sebenarnya tidak layak didiskusikan sekarang, maksudku, matahari baru saja terbit dan seharusnya kita menikmati sarapan dengan tenang--"

"Maya," kata Leo, memotong ucapanku. "Ada apa?"

Aku menarik napasku dalam-dalam sebelum akhirnya mengeluarkannya. "Aku minta maaf tapi aku ingin kita berakhir."

Aku memperhatikan raut wajah Leo, ia terlihat sedih dengan ucapanku, senyum yang tadi nampak di wajahnya kini menghilang begitu saja. Oh, betapa apa aku membenci diriku sendiri.

Namun anehnya aku tak melihat gurat keterkejutan di wajahnya, seolah-olah dia tahu bahwa aku akan mengatakan hal itu.

"Baiklah," Leo akhirnya berucap setelah sekian lama hanya ada keheningan.

"Baiklah?"

"Aku tidak buta, Maya, aku tahu bahwa pada akhirnya kau akan meminta ini semua berakhir."

"Aku minta maaf, Leo, sungguh. Aku berharap suatu saat nanti kau akan menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu."

Leo kembali tersenyum. "Yeah, tapi aku harap kita masih bisa menjadi teman."

Aku mengangguk, ikut tersenyum. "Tentu saja!"

[-][-][-]

Aku terobsesi sama Hailee dan sadar bahwa aku nggak pernah nulis cerita tentang lagunya. So, here it is!

Dialog Musik (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang