Playlist #14 : THE QUIET by Troye Sivan

121 8 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya Tuhan! Gue bener-bener nyaman di sini!" teriakku sambil mengepalkan tangan ke atas, wajahku mengadah, menantang mentari yang perlahan-lahan menurunkan dirinya di ufuk barat, mataku terpejam, merasakan bagaimana angin-angin yang berterbangan me...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya Tuhan! Gue bener-bener nyaman di sini!" teriakku sambil mengepalkan tangan ke atas, wajahku mengadah, menantang mentari yang perlahan-lahan menurunkan dirinya di ufuk barat, mataku terpejam, merasakan bagaimana angin-angin yang berterbangan menyentuh kulit dan helaian rambutku.

Tempat ini surga. Tidak ada keramaian, tidak ada hal-hal yang membuatku pusing, hanya ada kedamaian dan suasana yang menenangkan. Aku berharap bisa ada terus di sini, bersama keluargaku, bersama keluarga Mat, dan tentu saja bersama Mat sendiri. Mereka adalah orang-orang yang kusayang, orang-orang yang penting dalam hidupku.

Tapi, tentu saja, hal semacam itu tak dapat terjadi. Kami berada di pulau ini dalam jangka waktu beberapa hari, setelah itu kami akan pulang, kembali menghadapi kebisingan kota yang tiada henti.

Aku mendengar Mat tertawa keras dan tanpa tedeng aling-aling memelukku dari belakang. Hal semacam ini sering kami lakukan, tapi aku masih belum juga terbiasa, tubuhku selalu menegang setiap hal-hal semacam ini terjadi. Mat mungkin merasakan ketegangan itu karena saat aku membuka mataku kembali, yang kulihat adalah Mat dengan kerutan di dahinya.

"Lo kenapa?" tanya Mat, dia memandangku dari atas ke bawah seolah tengah mencoba mengorek apa yang salah dariku.

Aku menggeleng. "Nggak kenapa-kenapa kok."

"Oh ... bagus deh, duduk di sana yuk!" kata Mat, tangannya terancung menunjuk bibir pantai.

Aku mengangguk dan detik kemudian kami sudah berjalan menuju bibir pantai dan duduk di sana, di atas pasir pantai.

"Lo suka sunset?" tanya Mat dengan nada berbisik.

Aku mengangkat dua bahuku. "Gue suka segala hal yang indah."

"Hal yang indah itu kayak gimana sih?" Mat bertanya, pura-pura tidak mengerti, ia menarik dua kakinya untuk mendekat pada dadanya dan kemudian mengistirahatkan kepalanya di atas sana.

"Ya ... pokoknya kayak gitu," jawabku, menahan diri untuk tidak menjawabnya dengan kalimat 'indah kayak lo. Lo itu ciptaan Tuhan yang paling indah' karena aku tahu, itu semua hanya akan membuat suasana berubah menjadi aneh dan itu adalah hal terakhir yang kuinginkan.

Dialog Musik (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang