"Jordan, gue itu suka sama lo," secepat kata itu keluar dari bibir Nata, secepat itu pula cewek berambut lurus panjang itu menyesalinya, jika dia mampu, dia pasti sudah menarik kembali kalimat tersebut untuk tersimpan dalam dirinya.
Nata menundukkan kepalanya, ditatapinya wedges berwarna cokelat muda yang ia kenakan, tidak memiliki sedikitpun nyali untuk melirik ke arah cowok dengan hoodie hitam di hadapannya. Ia malu, malu besar, dan yang paling menyebalkan dia merasa tidak seperti dirinya, semenjak dia menyukai Jordan, semenjak itu pula dia merasa seperti orang lain. Dan sejujurnya Nata membeci hal itu namun akhir-akhir ini ia berusaha menerima semuanya.
Bukankah itu poin dalam menyukai seseorang? Merubah dirimu menjadi lebih baik?
Pikirannya terbawa saat Jordan mengatakan dengan gamblang bahwa ia tidak suka dengan cewek bergaya seperti cowok, dia suka cewek tulen yang mengenakan dress saat keluar, berbicara lemah lembut, rambut panjang lurus terawat, kulit putih halus bersih dari bulu-bulu, memakai sepatu berhak tinggi, intinya dia suka cewek tulen bergaya elegan bak seorang puteri. Nata ingat, sesaat setelah ia mendengar ucapan Jordan itu, ia bertekat untuk merubah dirinya sendiri. Sekarang ia berusaha lebih banyak memakai dress atau rok saat keluar dari rumah, ia juga mengganti sneakers yang biasa ia kenakan dengan wedges, ia juga berusaha lebih banyak memakai make up.
Nata juga ingat dengan baik saat ia mengatakan kepada mamanya bahwa ia ingin menjadi cewek tulen, mamanya terlihat sangat terkejut dan senang, wanita berumur empat puluh tahun lebih itu selalu ingin agar Nata menjadi seorang cewek seutuhnya, seperti anak-anak temannya yang lain, dia adalah orang pertama yang protes saat Nata memakai ripped jeans, saat Nata bermain futsal dengan kakak laki-lakinya serta teman-temannya, yang jelas ia selalu protes saat Nata tidak terlihat seperti seorang cewek.
Mamanya sudah menjadi seseorang yang sangat berjasa dalam menjadikannya sebagai cewek asli. Wanita itu membantu Nata dalam mengaplikasikan make up ke atas wajahnya, selama ini Nata hanya memakai skin care dan hanya memakai bedak serta lipstik, dia tidak memiliki ide tentang bagaimana memberikan eye shadow pada wajahnya dan wanita yang melahirkannya itu mengajarinya dengan sabar. Wanita itu juga yang membelikan Nata banyak sekali dress, rok, serta wedges. Nata tidak akan menjadi cewek tulen seperti sekarang tanpa mamanya.
Meski begitu, Nata tak dapat menghilangkan perasaan tidak enak yang menghampirinya setiap dia berjalan dengan wedges atau saat ia melihat ke arah kaca dan menemukan dirinya memakai sebuah dress. Tak peduli seberapa sering ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa perubahan yang ia lakukan sangat baik, perasaan tidak enak itu tetap muncul.
Nata mendengar Jordan tertawa kecil, hal ini menimbulkan sesuatu dalam diri cewek itu penasaran, maka, ia mengangkat kepalanya untuk memandang cowok di hadapannya.
"Gue udah tahu," ujar Jordan.
Kebingungan nampak jelas pada wajah Nata, cewek itu memandangi Jordan untuk beberapa saat sebelum berkata, "hah?"
"Gue udah tahu kalau lo suka sama gue, gimana gue nggak tahu, lo tiba-tiba berubah setelah gue bilang gue suka cewek tulen. Gue menghargai perasaan lo ke gue, Nat, tapi sorry gue udah punya pacar."
Mata Nata membulat lebar, begitu terkejut dengan kalimat yang keluar dari bibir Jordan. "Lo udah punya pacar?"
"Iya."
"Siapa?"
"Aku," sebuah suara terdengar, Nata menoleh dan menemukan sosok Fiona yang tengah mengenakan sebuah kaos putih dan rok hitam serta high heels berwarna hitam pula. Cewek itu nampak cantik dengan sentuhan make up yang masih tampak natural.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Musik (One Shots)
Short StoryKumpulan cerita pendek yang tertulis berdasarkan lagu-lagu yang saya dengar. Highest rank so far #141 in Short Story Collection of short stories by yossi novia since 2016 Some of my stories already publish on my personal blog : itskygirl...