Megan adalah gadis pemalu dengan segudang masalah di dalam pikirannya,ia sangat enggan bercerita tentang masalahnya terhadap orang lain maupun keluarganya.Sampai pada suatu ketika dia bertemu dengan laki laki bernama Cameron dan dia pun berhasil me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
menaruh buku buku pelajaran di dalam loker ku siang ini recananya aku akan langsung kembali pulang kerumah ada banyak urusan yang harus ku bicarakan secara empat mata dengan Jonathan namun sayangnya aku merasakan satu tangan dari belakang menepuk ku kasar aku pun menoleh singkat lagaknya aku tidak sependapat dengan orang lancang ini,pandangan ku berhasil menangkap satu gadis blonde tinggi dan tiga kawannya dari belakang ku.
"ada apa?"
tanya ku singkat sambil menaikan satu alis ku pada nya,satu tangannya tiba tiba mendorong ku kasar sempat ku binggung padanya yang main hakim sendiri.
ia terus mendorong ku kearah loker namun aku berusaha menahannya,ku edar kan pandangan kearah sekitar ternyata koridor ini begitu sepi.
"dengar aku tidak menggenal mu sama sekali jadi tolong!"
ucap ku menyentak padanya namun ia mendorong ku lebih kuat dari sebelumnya aku berhasil terpojokan,kulihat beberapa temannya juga ikut menutup jarak diantara kami terlebih jika aku melawan.
"aku sama sekali tidak mendekati Twan bahkan baru kemarin aku mengenalnya lepaskan,kau main hakim sendiri!"
aku pun berusaha memberontak namun ia bersih keras membuat ku bungkam.
"oh ya?!"
ucap gadis berambut hitam legam di sampingnya.
"sudah lah Lele,dia bodoh dan perlu bukti atas kata katanya."
mata ku membulat sempurna,satu dari antara mereka mengeluarkan sebuah ponsel dan beberapa foto polaroid dari tas kemudian membuang foto tersebut di depan wajah ku,ku ambil beberapa foto tersebut dan ternyata ini adalah foto dimana Twan sedang memberikan ku bucket bunga dan hei ada juga foto kami yang sedang berbincang di kantin tempo lalu.Mata ku mengalihkan pandangan kearah gadis bernama Lele itu dia terus menatap ku perhitungan kemudian memberikan ponsel temannya kearah ku betapa terkejutnya aku saat mendapati Twan berlutut kemudian memberi bucket tersebut kearah ku.
"dengar-"
dia mendorong ku lagi secara keras arah ke loker dengan dentuman dari pada punggung ku di besi itu terdengar,ku harap ini tidak menimbulkan bekas memar.Aku menatap nya marah sesekali aku merasa sakit niat ku ingin membalasnya selalu sirnah pembalasan dan jumlahnya yang banyak membuat ku bungkam.
dia tersenyum tiba tiba kearah ku.
"kau yang harus mendengar ku!baru beberapa bulan disini kau sudah banyak ulah ya ku beri tahu sekali lagi Twan itu milik ku jadi jangan pernah berani menyentuhnya."