CC 14 - TERKUAKNYA RAHASIA

573 52 10
                                    

"Selamat malam, Alpha" sahut Isyana. Pemuda tersebut mendelik dengan kemunculan Isyana di depan mata.

"Aku harus memanggilmu, Alpha atau Rafa?" tanya Isyana dengan tenang.

Bola mata sipit ini membola sempurna saat Isyana menyebut sebuah nama yang terakhir. Isyana memperhatikan pemuda yang ada di depannya; pemuda yang memakai hodie hitam tanpa masker dan penutup kepala.

"Kenapa kamu diam, Rafa?" tanya Isyana. Rafael tersenyum tipis.

"Apa keinginanmu sekarang, Isyan?" tanya Rafael. "Rasa ingin tahumu sangat tinggi sampai-sampai kamu berada di sini untuk menghadangku. Aku tidak suka itu!" ucap Rafael menatap tajam ke arah Isyana.

"Akhirnya kamu menyebut namaku. Omong-omong aku tidak suka dengan panggilan Nona" ucap Isyana.

"Apa kamu cuma ingin mengucapkan itu? Aku mau pergi, singkirkan mobilmu!" ucap Rafael.

"Aku tidak mau memindahkan mobilku!" sahut Isyana sambil bersandar di pintu mobil.

Rafael memutar bola matanya. "Sifat menyebalkannya kembali muncul" pikir Rafael. "Apa mau kamu, Isyan?!" tanya Rafael. "Aku tak punya banyak waktu berbicara denganmu di sini!" ucap Rafael.

"Kalau gitu kita bicara di rumahmu" sahut Isyana.

"Aku tidak pulang ke rumah. Cepat akhiri obrolan ini!" ucap Rafael.

"Kemana kamu akan pergi?" tanya Isyana sambil menyilangkan tangan sebatas dada.

"Bukan urusanmu!" sahut Rafael.

"Apa kamu kembali ke istanamu?" sahut Isyana.

"Istana? Istana mana yang kamu maksud?!" ucap Rafael.

"Rumah mewahmu" sahut Isyana menatap tajam.

"Rumah mewah? Aku tidak memiliki itu! Rumahku hanya satu; rumah yang sering kamu datangi!" ucap Rafael dengan alis menyatu.

"Kamu mau menyembunyikan sesuatu lagi?" sahut Isyana tidak percaya.

"Aku tidak menyembunyikan apa-apa!" ucap Rafael tegas.

"Bohong! Kamu menyembunyikan kemahiranmu bertarung!" seru Isyana.

"Aku tidak mau mengumbar jika aku jagoan! Tidak ada gunanya untukku maupun untuk yang lain!" seru Rafael.

"Lalu kamu sembunyikan kekayaanmu, apa juga itu tidak ada gunanya?!" ucap Isyana ketus. Rafael membola sempurna.

"Aku tidak tahu maksud ucapanmu!" seru Rafael.

"Rafael! Kamu berasal dari keluarga kaya, kenapa kamu melabel dirimu jika kamu miskin?!" seru Isyana. Tangan Rafael memegang dengan erat handle sepeda seakan menahan amarah yang dapat membuncah sewaktu-waktu.

"Cukup, Isyana!" seru Rafael menatap tajam ke arah Isyana. "Kamu tidak tahu kehidupanku jadi jangan sok tahu!" teriak Rafael.

"Kamu mengatakan jika aku sok tahu?!" seru Isyana dengan mendelik.

"Iya! Kamu adalah orang paling ingin tahu sekaligus sok tahu yang pernah aku kenal!" seru Rafael.

TAP TAP TAP

Isyana berjalan cepat menuju ke Rafael.

"Coba ulangi lagi ucapanmu!" ucap Isyana saat di depan Rafael.

"Buka telingamu lebar-lebar!" ucap Rafael. "Kamu itu terlalu ingin tahu kehidupanku! Selain itu kamu juga sok tahu!" ucap Rafael menatap tajam ke arah Isyana.

"Kalau ucapanku sok tahu, ucapan yang benar seperti apa?!" seru Isyana.

"Kamu tidak perlu tahu itu!" sahut Rafael. "Segala hal tentang kehidupanku bukan bahan konsumsimu!" seru Rafael.

CUPCAKE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang