CC 19 - PERPISAHAN

149 16 6
                                    

Ujian semester genap telah usai. Kini siswa kelas XII menyiapkan diri untuk ujian akhir sekolah. Ujian yang menentukan lulus atau tidak pada sekolah menengah atas. Pelajaran tambahan dilakukan setelah pulang sekolah. Jam pulang yang semula siang berubah menjadi sore.

"Akhirnya pulang! Aku sudah lapar" ucap Dika membereskan peralatan sekolah di atas meja. "Kamu masih bekerja, Raf?" tanya Dika ke arah samping. Rafael menganggukkan kepala.

"Jam kerjaku menjadi malam hari" jawab Rafael.

"Setelah lulus ini kamu akan kemana?" tanya Dika sambil memasukkan peralatan sekolah ke tas ransel miliknya.

"Aku ikut temanku yang menetap di Singapore" jawab Rafael setelah memasukkan semua buku ke dalam tas.

"Kamu meninggalkan Indonesia, Raf?!" Nada suara Dika meninggi karena terkejut.

"Kecilkan suaramu, Dik!" sahut Rafael sambil melirik ke arah kiri lalu kanan. Rafael lega teman-teman sekelasnya tidak memperdulikan ucapan Dika.

"Aku tidak menyangka jika kamu melanjutkan pendidikan ke luar negeri" sahut Dika dengan raut yang masih tidak percaya.

"Aku di luar negeri juga karena ada teman yang mau menampungku. Selain itu, aku bekerja di perusahaannya. Biaya kuliah pun karena beasiswa" kekeh Rafael sambil merapikan tas ransel miliknya.

"Tidak mudah masuk universitas di Singapore, Raf. Hanya otak-otak brilian yang bisa masuk di sana" ucap Dika dengan nada kekaguman.

"Kamu juga bisa tembus kampus di Singapore" ucap Rafael mulai memakai tas ranselnya. "Bagaimana kalau kamu juga kuliah di sana? Jadi aku memiliki teman di sana" usul Rafael sambil melihat ke arah Dika.

"Hmmm..." Dika bergumam memikirkan ucapan Rafael. "Bantu aku untuk lulus tes" ucap Dika tersenyum lebar. Rafael pun menganggukkan kepala.

"Kita bisa menyiapkan diri dari sekarang. Kamu harus minta izin terlebih dahulu ke orangtuamu agar mereka tahu tujuanmu selanjutnya" ucap Rafael.

"Mereka malah ingin aku kuliah di luar negeri mengambil jurusan bisnis" sahut Dika mulai melangkah ke pintu kelas. Rafael mengikuti langkah kaki Dika meninggalkan kelas. "Sepertinya aku bisa mengabulkan keinginan mereka. Aku masih menjadi anak berbakti, kan" kekeh Dika. Rafael tersenyum kecil mendengarnya.

TAP TAP TAP

Rafael dan Dika berjalan menyusuri koridor menuju tempat parkir. Mereka saling bercengkerama tentang rencana masa depan setelah menyelesaikan sekolah menegah atas.

Terlihat seorang gadis sedang berbicara dengan seorang pemuda saat Dika melihat ke arah samping kiri.

"Raf..." panggil Dika. Rafael pun menoleh ke arah samping. "Bukannya itu Syana?" Tunjuk Dika ke arah kiri. Rafael pun mengikuti arah tangan Dika.

DEG!

Rafael terpaku saat menatap Isyana berbincang dengan pemuda. Pemuda yang dikenal oleh Rafael. Pemuda tersebut merupakan tunangan Isyana; Hamzah.

"Pemuda itu siapa? Sepertinya mereka sedang berdebat" ucap Dika. Rafael hanya tersenyum kecil mendengarnya.

Bagaimana perasaan Rafael melihat gadis yang disayang bersama calon tunangannya? Tentu rasanya sakit. Hati Rafael seperti mendadak ditusuk jarum. Terkejut dan hanya meringis. Rafael sadar jika posisi dirinya hanya kekasih bayangan sedangkan Hamzah merupakan tunangan Isyana.

TAP TAP TAP

Dika dan Rafael mulai mendekat ke arah Isyana. Mereka bukan ingin ikut campur urusan Isyana. Namun, tempat parkir motor Dika melewati Isyana terlebih dahulu. Dika pun tidak ingin bertanya lebih lanjut ke Rafael karena dia mengetahui jika dia banyak berbicara tentang Isyana maka ada hati yang tersakiti.

CUPCAKE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang