Senyum merekah di wajahnya , yoo jung segera menerima gula – gula tersebut dengan hati berdebar
" anda masih mengingatnya jeonha " yoo jung nampak malu – malu
" tentu saja... karena ini aku jadi mengingatmu sepanjang waktu "
Yoo jung nampak terkejut mendengar ucapan yoon, entah kenapa pikiran jeleknya pada da seom menguap begitu saja, ia senang bukan kepalang karena yoon mengingatnya terus
" jeonha... silahkan masuk.. hamba akan menyeduhkan teh "
Yoon menggeleng " aku langsung pulang saja, da seom sudah menungguku " yoon menoleh ke arah da seom berdiri
" aaa... da seom disana ternyata..." kata yoo jung lirih " jeonha... hamba juga teman nona da seom, hamba ingin menyerahkan hadiah ulang tahun untuknya "
" emm tentu saja "
Mereka berjalan ke arah da seom berdiri
" da seom – a... aku yoo jung " yoo jung memegang tangan da seom
' nona yoo jung " da seom menunduk
" kau berulang tahun bukan ? caahh.. untukmu " yoo jung mengeluarkan sebuah norigae dari bajunya
" oo.. da seom – a... yoo jung memberimu norigae "
' aa.. terima kasih nona... pasti sangat cantik "
" da seom – a... kau tidak perlu sungkan... ayo berteman "
Da seom tersenyum, melihat itu yoon juga tersenyum ia kini punya banyak teman
Yoon lalu pamit pada yoo jung dan mengantar da seom pulang, setelah melihat mereka berdua menghilang di balik tikungan yoo jung masuk kedalam rumahnya
" jadi kau bisa dekat dengan pangeran mahkota ?" tanya sang ayah
Yoo jung mengangguk
" baguslah... kau akhirnya mengerti, masuk dan tidurlah sekarang "
Yoo jung nampak memberi hormat pada sang ayah dan pergi dari sana, awalnya yoo jung tak setuju dengan usulan sang ayah yang di nilainya terlalu berambisi namun akhirnya ia setuju bukan karena menyetujui ambisi sang ayah tapi karena yoon
Di dalam kamarnya yoo jung nampak tak henti – hentinya memandangi gula – gula pemberian pangeran mahkota, senyumnya merekah ketika mengingat yoon
" jeonha... hati saya sangat berdebar sekarang " gumamnya sambil terus tersenyum
****
Keesokan harinya istana kedatangan ratu baru, ratu inwoon
Suara musik mengiringi masuknya ratu dan raja ke singgasana, yoon yang melihat hal itu nampak sedih
" hyung... kenapa abba – mama bersama wanita lain di tempat ibu ?" tanya yi yang
" karena ibu... sedang sakit yi yang – gun " jawab yoon tak bertenaga
Yi yang tak bertanya lagi dan menatap kembali ke arah sang ayah dan ratu inwoon
Di pondoknya hwa young nampak meratapi nasibnya, ia begitu sedih namun tak bisa berbuat apapun, hatinya begitu terasa sakit ketika membayangkan suaminya bersanding dengan wanita lain
" mama " dayang jo juga terlihat sedih
" aku baik – baik saja jo sanggung "
Ia berkata ia baik – baik saja tapi hatinya benar – benar terluka
****
Ratu di antar ke kediamannya, ia melihat kediamannya nampak lebih kecil dan sama dengan kediaman untuk selir
" mun sanggung " panggil ratu inwoon
" yee jungjeon – mama "
" apa ini... memang kediaman yang disiapkan untukku ?untuk ratu ?"
Dayang di belakangnya tersebut nampak tak tahu harus menjawab apa karena ibu suri yang menyiapkan semua ini untuk ratu
" tidak... hanya saja.. kamar ini lebih kecil dari kamar selir bukan " ratu nampak kesal, ia merasa tidak di hormati " haah.. apa ini perbuatan daebi – mama ?"
" jungjeon – mama... itu "
" lupakan... aku mengerti sekarang " ratu nampak kesal kemudian duduk di tempatnya
Sambutan istana yang begitu meriah di luar ternyata begitu dingin didalam, ia seharusnya mulai waspada sebelum sesuatu yang lebih membuatnya kesal menimpanya
****
Malam ini seharusnya raja berada di kamar permaisuri namun ia memilih untuk berada di pondok hwa young
" kenapa jeonha disini ?" tanya hwa young
" kenapa ? apa kau mau mengusirku ?" raja bersunggut – sungut
" jeonha... anda begitu sinis terhadap hamba "
" hwa young – a.."
" yee.. jeonha "
" apa Yi Yoon bercerita banyak padamu ?"
" nae... seja menceritakan tentang yi yang, juga tentang teman – temannya.. emm... da seom "
' da seom ?" tiba – tiba raja tersenyum
' kenapa anda tersenyum jeonha ?"
" ahh tidak... apa kau tidak merasa aneh dengan tingkah laku putramu itu ? da seom... demi gadis itu.. dia bahkan bersujud meminta dengan tulus agar ia bisa keluar istana untuk merayakan ulang tahun da seom "
" jeonha... apa anda menebak bahwa seja menyukai da seom ?"
Lee sun menggeleng " aku tidak tahu tapi persahabatan mereka... cukup mengkuatirkan " raja bicara serius tapi raut wajahnya terus saja tersenyum
" haah.. da seom itu gadis yang baik, dia... mempunyai keterbatasan tapi tidak pernah mengeluh maupun rendah diri, dia gadis yang tegar "
" emm benar... keterbatasan " raja nampak menekan kata keterbatasan
" jeonha ..."
" caahh makanlah.. temani aku makan, akhir – akhir ini nafsu makanku menurun"
" kenapa anda tidak nafsu makan ?" hwa young nampak kuatir
Lee sun mengurungkan niatnya hendak mengigit kuenya dan menatap hwa young " aa itu... itu karena banyaknya pekerjaan yang menumpuk, ini semua karenamu... andai kau disana dan membantuku pasti tidak akan seperti ini "
' jeonha.... anda harus bekerja dan tidak boleh mengandalkan saya saja " hwa young nampak tersenyum, ia kemudian meletakkan kuenya dan menutup mulutnya dengan sapu tangan, ia terbatuk, batuk hwa young membuat lee sun terluka, hatinya terasa tersayat melihat hal itu
" hwa young – a "
" yee jeonha " hwa young meletakkan cangkir airnya
" apa sangat sakit ? pasti sakit sekali "
Hwa young menggeleng " selama ada anda dan kedua pangeran ini tidak sakit jeonha "
" hwa young – a ..."
" yee jeonha "
" apa kau tidak lelah ? kau begitu rapuh dan terluka...kau tidak lelah ?" raja nampak kasihan melihat sang istri terlihat begitu menderita
" jeonha " hwa young menatap suaminya penuh arti
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen :The Memories Of Happinesss [ TAMAT ]
Historical FictionIni adalah sequel dari The Queen : the women Who Hold the fire The memories of happiness berkisah tentang kehidupan ratu dan raja setelah kejadian pemberontakan [ baca The Queen : The Women Who Hold the fire ] raja dan ratu di karunia 2 orang putra...