#4

4.1K 202 2
                                    


*** 

"Putra?" dengan ekspresi wajah melongo, Gia seakan tak percaya.

Anak laki-laki itu benar-benar datang menemuinya. Dan, kini berdiri dihadapannya.

"Sorry, ya lama. Macet, Gi," ujar Putra seraya menatap ke arah Gia yang masih diam tak percaya.

"O-oke, gak apa-apa," jawab Gia dengan menahan sikap salah tingkahnya dihadapan laki-laki itu. "Hm, btw, motor lu dimana?"

"Oh, gue gak bawa motor."

"Lah, terus?"

"Gue sama temen gue bawa mobil."

Lagi, Gia terkejut.

"Tuh, mobilnya." Putra menunjuk ke arah mobil sedan berwarna hitam tak jauh dari mereka berdiri.

"Oh.."

Putra berjalan, diikuti oleh Gia dibelakangnya.

"Gue kira kita bakal jalan berdua. Ternyata bawa temen, toh," gumamnya, sambil terus berjalan dibelakang Putra yang sudah lebih dulu sampai didepan pintu mobil.

"Lo duduk di depan, ya."

Gia bengong.

"Lah, gue di belakang ajalah. Di depan kan ada temen lo."

"Gak apa-apa. Lo di depan aja udah." Putra masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Disusul Gia yang akhirnya duduk di kursi depan di samping penyetir.

"Eh, sorry ya nunggu lama. Macet tadi."

Baru saja ia menutup pintu mobil, anak laki-laki yang ada disampingnya pun angkat bicara.

Gia menoleh pelan, matanya samar-samar menatap bayangan laki-kaki itu yang tidak terlihat begitu jelas,"Iya, gak apa-apa, kok."

"Udah lama ya nunggunya?"

"Ya lumayan deh hehe."

"Btw, gue Ryan," anak laki-laki bernama Ryan itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Dan, disambut Gia dengan penuh kesantunan,"Gue Gia."

Usai saling berjabat tangan, Ryan melajukan mobilnya ke arah jalan raya yang tidak begitu padat.

Suara musik dari speaker mobil Ryan yang begitu menderu tak membuat Gia menjadi risih. Gia mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti alunan suara musik yang didengar.

"Kalo lo ngerasa terganggu sama musiknya bilang aja, ya," celetuk Ryan.

Gia menoleh,"Nggak, kok. Santai aja."

"Dia mah suka kok musik-musik kayak gini," sambar Putra yang sejak tadi hanya asik memainkan ponselnya.

"Oh, ya?" Ryan menatap Gia penuh rasa penasaran,"Serius?"

Gia menganggukkan kepalanya, melemparkan senyuman khasnya.

Selagi Gia asik menikmati alunan musik yang saling berderu, anak laki-laki yang duduk disampingnya justru asik mencuri kesempatan untuk melirik ke arahnya.

"Kita mau kemana, Tra?" tanya Gia disela-sela keheningan antara mereka bertiga.

Putra tak menjawab. Ia hanya melirik sekilas ke arah Gia, lalu lanjut memainkan ponselnya.

"Woi, anak monyet. Ditanya malah diem aja," sahut Ryan.

Masih tetap tidak ada jawaban.

"Dasar budek," gerutu Ryan.

"Haha," Gia tertawa, ia benar-benar tertawa seolah hal yang barusan terjadi adalah hal lucu. "Dia emang gitu anaknya."

Ryan tertawa kecil, kini pikirannya mulai terbagi dua. Antara ia harus fokus dengan jalanan atau gadis yang berada disampingnya. "Tra, kita mau kemana?" tanya Ryan sekali lagi.

"Camden." Akhirnya sebuah jawaban keluar dari mulut Putra.

Seketika, Gia dan Ryan menoleh berbarengan. Saling beradu pandang satu dengan yang lainnya.


LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang