EPILOG

4.5K 170 12
                                    

Gia berjalan dengan anggunnya diantara banyaknya orang yang berlalu lalang. Langkahnya gontai, namun ia ingin tetap terlihat mantap.

Senyumnya memaksa, namun ia tidak ingin terlihat berpura-pura.

Dengan didampingi kedua sahabatnya, Gia terus berjalan menaiki tangga dimana sang mempelai berada.

Disana, diujung pelupuk matanya, ia melukiskan kesedihan yang amat luar biasa.

Dengan tegar, ia berjalan, menyalami keduanya. Ia juga melihat gelang pemberiannya dalam lingkaran pergelangan tangan laki-laki itu.

Senyumnya mengembang. Meski ada sudut di hatinya yang terus menangis.

Saat ia harus berjalan turun, ia mendapati Putra sedang berdiri beberapa meter darinya. Menatap dirinya. Berjalan mendekatinya.

"Gia.."

Suara anak laki-laki yang lebih dulu menyakitinya itu tidak lagi membuat tubuh gadis itu bergetar. Semuanya terasa normal.

"I'm sorry, for everything what i've done."

Putra menjulurkan tangannya. Gia menyambutnya.

"Thankyou," ujar Gia.

"B-buat?"

"Kalo waktu itu lo gak nyakitin gue. Mungkin gue gak akan bisa deket sama Ryan," tukasnya.

"Tapi, Gi.."

"Gak perduli cinta itu bukan milik gue. Yang penting, dia memberikan banyak cinta untuk gue. Dia memberikan bahagia meski hanya sekejap. Dan, gue bahagia. Ngeliat dia bahagia, dengan orang lain."

Putra terdiam. Mata keduanya memandang ke arah Ryan dan perempuan disampingnya.

"Cinta bukanlah cinta namanya kalo gak pernah ada airmata.'

Gia berjalan menjauhi Putra. Menuju kedua sahabatnya.

Aca dan Sasa memeluk tubuh gadis itu erat.

"Gue gak peduli kehilangan cinta. Asalkan dua sahabat gue selalu ada."

 

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang