#23

2.4K 143 1
                                    

***

Cuaca di Bali pagi ini begitu mendukung untuk berjalan-jalan memuaskan diri. Aca dan Sasa sudah bersiap untuk pergi.

Gia, masih sibuk menatap layar ponselnya. Melihat setiap kiriman gambar yang Ryan kirim.

Gia ; Mama lagi masak apa, Yan? Bilang sama dia gue kangen.

Ryan ; nasi goreng. Iya katanya dia juga kangen.

Gia ; rasanya pengen cepet-cepet pulang deh. Kangen Mama.

Ryan ; kangen gue, nggak?

"Ehm, yang lagi kasmaran.. Sampe lupa mau liburan," celetuk Sasa, membuat Gia tersipu malu.

"Apaan sih."

"Udah jam berapa ini. Ayo jalan," keluh Aca.

"Iya, iya.." Gia menaruh ponselnya dalam tas kecil yang ia bawa.

-

Menikmati pagi hari di pantai Kuta, membuat Gia benar-benar melupakan segala sakit yang ia rasa.

Ia begitu menyukai pantai.

Baginya, tidak ada musik yang lebih indah selain deburan ombak.

Tidak ada tempat paling indah selain memandang hamparan air laut yang berwarna kebiruan itu.

Ia bak merpati yang baru bebas dari sangkarnya.

"Akhirnya, Gia bisa liat pantai selain Ancol," ledek Aca.

Membuat Gia langsung menjitak kepala sahabatnya itu. "Sialan lu."

"Jadi, clubbing gak?" tanya Sasa.

"Nggak ah. Gila apa lu. bisa digorok Mama Ratna gue."

"Hmm, takut sama Mama Ratna apa ayaang Ryan?" ledek kedua sahabat Gia secara bersamaan.

"What the...guys?"

Mereka benar-benar menikmati setiap waktu kebersamaan yang mereka miliki. Layaknya seorang sahabat semestinya, saling melindungi, menjaga, bahkan mengingatkan satu dan yang lainnya.

"Gue penasaran.."

"Hm? Apa?"

"Kalo lo nikah sama Ryan nanti anaknya gimana, ya?"

"Maksudnya?"

"Eh, pasti nanti anaknya Gia mah kecebong kecil-kecil soalnya dibawa berendem terus di air pas hamil."

"Hahahaha."

"Kalo nggak, ikan duyung tapi bentuknya liliput gitu."

"Hahahaha kampret gue ngakak."

"Whatever you said, guys."

"Gi, if you happy, so are we."

"Satu senang, semua senaaaaang."

Seperti itulah indahnya persahabatan mereka. Saling caci, namun tidak ada yang merasa tersakiti. Memang seperti itu bukan seharusnya persahabatan? Bukan yang saling menikung satu dan yang lainnya.

Menjadi seorang sahabat tidak harus selicik itu.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang