#13

2.7K 145 4
                                    




*** 

"Gi."

Gia mengentikan langkahnya dan langsung menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya.

Sontak, Aca langsung memeluk tubuh sahabatnya itu. Ia tau persis bagaimana perasaan Gia sekarang.

"Patah hati sih boleh. Tapi, jangan kayak orang yang divonis dokter mati bentar lagi juga. Life must go on," celetuk Aca yang mendapati sorot sendu dari kedua mata milik Gia.

Gia menoleh.

Tatapannya yang sendu masih tak berubah.

"Dulu Gia tak begini," goda Aca.

Gia masih tak bergeming.

Tatapannya semakin hambar. Sehambar hatinya yang tak lagi sesumringah dulu. Sehambar pandangannya yang tak lagi sebinar dulu.

"Yaelah, cowok kayak gitu mah banyak di pasar. Bertebaran kayak kacang. Santai aja, Gi." Aca menenggak  sebotol air mineral yang ia bawa.

"Kalo dia emang beneran cowok. Dia gak akan bikin lo jatuh cinta dan ninggalin lo kayak gini. Menghilang ditelan bumi. Sekalian aja mati kalo gitu mah. Bahkan kehadiran seribu ekor nyamuk pun masih gue hargain daripada satu cowok kayak dia."

-

Gia dan Aca berjalan dengan gontai menyusuri lorong kampusnya. Beberapa kali Gia tersenggol orang yang banyak berlalu lalang.

Sama sekali tidak dihiraukannya.

"Gia.."

"Gi.."

"Gia, makin cantik aja sih."

Diacuhkannya banyak sapaan dari orang-orang yang mengenalnya.

Gia hanya merunduk. Berjalan. Diam. Tanpa menoleh sekitar.

Hidupnya bak benar-benar seperti sudah divonis dokter. Pasrah. Tak bergairah.

Kakinya yang gontai membawanya ke kantin kampusnya. Matanya menerawang, mencari meja yang masih kosong dan duduk disana.

Dan, sahabatnya, Aca, hanya mengekorinya dari belakang.

"Mau makan apa, Mba Gia?" tanya seorang penjual makanan.

"Makanan yang bisa bikin galau ilang ada gak, Mbak?"

Aca mendelik.

"Aduh, neng cantik lagi galau, ya.."

"Nggak sih, Cuma lagi patah hati aja."

"Hehe. Jadi, mau makan apa?"

"Indomie aja deh. Sama minum es teh ya, Mbak. Es sama tehnya dipisah aja. Tapi, jangan jauh-jauh. Ntar kangen."

"Heh? Hehe, bisa aja, Mba Gia. Indomienya mau rasa apa?"

"Rasa yang dulu hilang aja, Mbak. Siapa tau bisa bikin dia yang pergi balik lagi."

Acapun bengong dan menggelengkan kepalanya berkali-kali sesaat setelah mendengarucapan Gia barusan.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang