#19

2.4K 147 4
                                    

***

"Obat-obatan?"

"Udah, Ma."

"Jaket?"

"Udah."

"Pakaiannya udah bawa berapa pasang? Coba diitung lagi, takut kamu kekurangan baju disana."

"Iya, Ma."

"Terus jangan lupa ponsel kamu harus selalu aktif, kalo Mama telfon harus diangkat. Jangan nyari alasan gak ada sinyal."

"Iyaaa, Mama."

"Oh ya, satu lagi.."

"..."

"Hati udah dibawa 'kan? Jangan sampe kamu liburan ke bali tapi hatinya ketinggalan di Ryan."

"Ha?"

"Eh, maksud Mama ketinggalan di Jakarta, Gi."

Gia hanya dapat menggelengkan kepalanya mendengar segala ocehan sang Mama. Matanya berpaling ke arah Ryan yang hanya tersenyum mendengar ucapan Ratna barusan.

"I'm gonna miss you, baby." Ratna memeluk anak gadisnya itu dengan sangat erat.

"Ma, gak usah lebay deh. Gia Cuma pergi seminggu."

"Ya 'kan tetep aja lama, Gi," tukas Ratna sambil menatap anak gadisnya dengan tajam.

"Hahaha iya iya, i'll miss you, too."

Aca dan Sasa hanya dapat tersenyum melihat keakraban antara Ibu dan anaknya ini. Mereka bahkan selalu membayangkan kalau mereka juga diantar ke bandara oleh Ibu mereka.

"Aca, Sasa, kalian juga hati-hati, ya."

"Iya, Tante," balas Aca dan Sasa bersamaan.

"Kalian jangan terlalu akrab sama orang yang baru dikenal. Inget, jangan main di pantai terlalu lama. Terus, jangan clubbingan terus."

"Iya, Tant –"

"Astaghfirullah, Mama."

"Ya 'kan anak muda jaman sekarang gitu, Gi."

"Jangan ngomong gitu ih."

"Kenapa? Mama 'kan Cuma pesen."

"Masalahnya Gia udah pesen tiket masuk buat clubbing disana."

"GIA."

"I'm just kidding." Gia memeluk Ratna dengan erat. "Mama baik-baik disini."

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.35 WIB. Yang tandanya, pesawat yang akan dinaikan ketiga anak muda tersebut akan segera berangkat.

"We have to go, Gi."

Aca, Sasa, dan Gia bersiap untuk mendorong trolley mereka.

"Dah, Ma.."

"Dah, Gi.."

Sesaat, mata Gia terhenyak. Terhenti pada sebuah tatapan mata yang sejak tadi tak henti-hentinya tersenyum.

"Dah, Ryan.."

Ryan melambaikan tangannya. "Call me later."

Gia membalas dengan senyuman. "I'll."

Setelah mereka masuk ke dalam ruang boarding, bayangan mereka benar-benar menghilang.

Ryan mengusap pundak Ratna yang terlihat sendu melepas kepergian sang anak. "She'll be okay, Tante."

"Iya.." Ratna menyandarkan tubuhnya pada anak laki-laki yang menariknya dalam rangkulan.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang