Ragam senyum mulai tercium
Perihal dua alis terpampang
Menyeka jidat yang penuh air
Hanya desahan yang syarat penuh artiMahligai sosok wanita itu
Sampai terbelalak di bingkai profilmu
Rahang tirus sambil tersenyum
Menilik parasmu bersemayam melebur mendentumAkulah yang bertepuk tak bertangan
Tercampakan lewat alunan
Akulah yang bersakit tak berduri
Terealisasi pada sebuah panantian diriPelabuhanku berlayar tak menepi lagi
Sudah menetap pada satu pulau yang cantik
Mengambil wanita kriterianya sendiri
Namun aku, hanya sejercak pasir yang terusikKali ini, aku punah kembali
Mendaur pada daun linden saja
Menemui sebentar dengan bertanya
Kemana lagi akan kubawa daun ini?-asky-
Semarang, 12 Juli 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Pensilku
PoetryLembaran demi lembaran aku padatkan dalam bentuk proposal. Yang aku sertai makna cinta dalam setiap tintanya. Mungkin baitnya tak semegah penyair termahsyur di Indonesia. Tautan tulisan yang kurang apik tak mengharuskanku untuk melangkah dalam karya...