Hari kedua puluh di bulan ketujuh sejak assassin datang kemari, delapan hari sebelum duta Nemesis masuk ke Swargaloka, aku sudah selesai membereskan riset assassin dan membantunya berkemas. Ia akan membuat Portal Abyss-nya besok. Setelah dia meninggalkan Swargaloka, kondisi dimensi kami akan bagai permainan go di taraf yose. Biji-biji yang dimainkan Nemesis sudah mengepung semua biji dimensi yang akan ditaklukkannya, dengan agregat terbesar adalah Swargaloka. Satu langkah lagi, dan akan terjadi pembunuhan massal.
"Mungkin lebih seperti catur. Mereka menguasai wilayah, mencaplok sana-sini sampai tinggal rajanya, yaitu Swargaloka." General Maximus mengikat tas kain kecil di ruang bacaku. Bungkusan itu berisi kristal memori. Ia memang kemari untuk mengambil fragmen kristal memori yang dijanjikan assassin. Terlalu riskan jika meninggalkan semua barang mencurigakan di Puri Kristal. Maka General Maximus datang mengambilnya.
Berita terakhir dari istana adalah Councel dan lingkaran orang kepercayaannya – saat ini adalah grup para general senior pendukungnya – merencanakan pertukaran. Mereka akan memberikan apa yang diminta Nemesis agar duta Nemesis itu segera pergi.
"Para general itu memang kumpulan para penjilat. Dulu mereka menaruh harapan kepada assassin karena dianggap dapat menggusur posisi General Balkan. Sekarang ini mereka melancarkan pengaruh langsung kepada Councel demi kekuasaan, mengetahui bahwa Councel ingin menjaga jarak dengan General Balkan," geramku.
"Dan mereka adalah kumpulan orang bodoh yang hanya haus kekuasaan. Apakah mereka belum paham juga bahwa yang dibutuhkan Nemesis adalah fluks yang ditarik dari ruang vakum itu sendiri? Mereka akan menyedot habis Swargaloka. Dimensi ini akan kolaps, dan yang dibicarakan orang-orang ini adalah pertukaran."
"Dan assassin itu begitu entengnya mengusulkan Ahimpraya mem-backup kita saat terjadi perang," lanjutnya.
Cih, seolah kau memiliki solusi yang lebih baik... Namun aku tahu dalam hatinya pun dia harus optimis terhadap kelompok kecil kami. General Maximus hanya frustrasi akibat kemungkinannya segera tiba kami akan ditinggalkan assassin untuk menghadapi Nemesis.
"Kecuali kau memiliki rumus untuk menghasilkan energi ruang-waktu yang lebih besar daripada Chrysalis..."
"Jadi bagaimana mau assassin itu? Sudah, begitu saja penyelidikannya berakhir dan dia bisa kembali ke dimensinya aman sentosa meninggalkan kita untuk bernasib sama seperti Serav?"
Kupejamkan mata mendengarkan komentarnya. "Dia tidak diam saja, General. Ahimpraya ada di belakangnya."
"Kuperhatikan kau berubah. Dari semula membenci Ahimpraya, lalu skeptis, lalu sekarang mendukungnya. Kalian bersekongkol, dan aku menjadi korban."
"Kau bicara terlalu banyak, General. Mengenai posisiku sekarang, itu bukan salahku. Bukankah Councel sendiri yang menyetujuinya? Dan ketahuilah bahwa aku tidak suka orang sepertimu yang masih memikirkan kepentinganmu sendiri dibandingkan persiapan melawan Nemesis."
"Orang yang memikirkan kepentingannya sendiri masih sempat menelikung posisi koleganya." Pemberat kertas dari kaca yang kupegang kulempar ke arahnya karena aku begitu marah. General Maximus menghindar. Begitu pemberat kaca itu menghantam dinding, ia langsung pecah berkeping-keping. Aku membenci pemahamannya bahwa akulah yang menginginkan posisinya, lalu berusaha mengatur agar menjadi general pertahanan, yang pada akhirnya pun bukan sebagai general tunggal.
YOU ARE READING
Dies Irae
Science Fiction"Aras free will, kehendak bebas. Bahwa alam Semesta kita terbentuk dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Masa depanmu ada di tanganmu." - Jonathan "Kau memiliki semua yang kaubutuhkan dalam genggaman tanganmu untuk membuatnya terjadi." - Nara ...