Chapter 39. 3rd Wave

19 3 2
                                    




General Balkan's POV

Beberapa hari sudah General Amber berada di penjara Swargaloka. Aku dan General Maximus hanya menjadi marionette saat ini, tak berdaya melawan kehendak Nemesis. Ini adalah invasi. Ini penjajahan!


Alasan penangkapan General Amber adalah karena ia dianggap tak berguna lagi dalam mempertahankan batas fisis. Jika General Maximus tidak campur tangan saat itu, gadis itu sudah dikubur saat ini. General Maximus menjalankan perannya dengan baik, melindungi General Amber dengan satu alasan pokok: gadis itu mampu memperbaiki kerusakan batas fisis akibat eksperimen Novastella jika terjadi sesuatu. Alasan itu berhasil menyelamatkan lehernya dari ujung pedang Nemesis.


Aku harus makin tak terlihat, tersembunyi dari kerumunan. Para Nemesian yang bercokol di sini, mengambilalih istana, harus tidak boleh menyadari peranku. Mereka menyadari perhatian General Maximus terhadap General Amber dalam taraf hubungan laki-laki dan perempuan, namun tidak sampai menyimpulkan peran mereka berdua dalam grup agen Ahimpraya ini. Berbicara tentang Ahimpraya, Nemesis mengklaim telah menghancurkan Nameless dan kehancuran dimensi itu dipastikan menelan seluruh penghuninya. Ingatanku kembali pada orang-orang berniat baik dan berhati berani macam Jonathan, assassin itu, dan Nara. Mereka berada di Nameless saat penyergapan, dan aku sendiri pun ragu akan keselamatan mereka. Kematian Jonathan dan Nara adalah harga yang sangat mahal yang harus dibayar dalam perjalanan melawan Nemesis. Dan kehancuran Ahimpraya berarti satu hal: Swargaloka sendirian. Mungkin ini saatnya mengambil alih, dan General Maximus ada di posisi strategis untuk itu. Ia bergerak duluan, segera setelah mendengar berita kehancuran Ahimpraya.


Pasukan sudah disiapkan.


Hanya satu kalimat darinya yang kuterima melalui pesan elektronik yang segera kulenyapkan. Pria itu adalah ahli strategi yang baik, dan dia sudah mengomando pasukannya secara diam-diam agar siap berperang kapan saja. Pada prinsipnya, General Maximus hanya akan maju jika invasi Nemesis sudah 100% dan Novastella siap diaktifkan. Perang sekali saja, dan terakhir. Ia siap menjadi martir.


Namun ia juga siap menjadi pemenang. Para loyalis Swargaloka ada dalam genggamannya. Mereka terus berkomunikasi dalam jaringan bawah tanah. Aku terus mengomando langkah-langkah berikutnya dalam pertemuan rahasia kami dengan para pejuang. Mereka memasangku sebagai calon Councel jika Nemesis telah binasa dan kami membentuk pemerintahan yang baru lagi. Harapan yang sia-sia, kupikir. Tidak ada yang tahu siapa yang selamat siapa yang mati nantinya. Kita melawan Nemesis di sini.


Invasi ini akhirnya mencapai gelombang ketiga. Sudah 100% Nemesian yang masuk. Harus seperti itu, karena mereka akan memberikan 100% energi mereka untuk Novastella. Hanya merekalah yang mampu memanen Chrysalis dan kemudian mengaktifkan mesin jahanam itu. General Maximus semakin gelisah menghadapi hari-hari yang berlalu. Ia terus mengendap-endap di berbagai area di istana untuk mencuri dengar.


Menyadari inilah waktunya, aku membuka layar pesan elektronik di ruang kerjaku. Ada dua alasan. Yang pertama, mengirim sinyal kepada Ahimpraya, itu pun jika mereka masih eksis. Jika memang benar Jonathan dan Nara sudah tiada, secara organisasi, Ahimpraya tetap akan memilih pemimpin yang baru dan rencana perang tetap diluncurkan. Yang kedua, jika memang Ahimpraya sudah punah dari dunia ini, kujalankan fungsi yang lebih praktis. Harus ada seseorang yang membuat log. Dan entah apa yang dikerjakan para general selain kedua general yang kutahu, yang jelas aku tidak dapat berasumsi mereka yang akan membuatnya begitu saja. Itu pun jika masih ada dimensi lain yang akan menerima lognya. Karena jika efek Novastella adalah menelan seluruh dimensi dan mengembalikan Kegelapan ke seluruh dunia, maka ada tidaknya log tidak lagi berguna karena tidak ada yang membacanya.

Dies IraeWhere stories live. Discover now