Chapter 48. Resistensi Ketujuh: Dies Irae

72 3 3
                                    




- Illis quos amo deserviam -


Kukorbankan diriku untuk yang kucintai


Perlawanan para loyalis Swargaloka dibantu dengan personel Ahimpraya mencapai puncaknya. Panah api berseliweran. Bahan peledak tersebar di berbagai tempat, mengeluarkan dentuman-dentuman hebat saat mereka terpacu. Baju zirah dan ketopong, pedang dan tombak, bunyi logam dengan logam beradu memenuhi udara memekakkan telinga. Derap sepatu tentara dan kuda menjejak tanah dengan bunyi bersemangat, meneriakkan kematian satu dengan yang lain. Darah ditumpahkan, asap mengepul di udara, jeritan-jeritan maut melayang-layang, seruan-seruan sumpah serapah, pekikan-pekikan bercampur baik dari Cahaya maupun Kegelapan. Bella detesta matribus. Perang adalah kesedihan bagi para ibu, yang putra-putrinya maju berperang, yang suaminya bergulat dengan maut di medan laga.


General Maximus dengan gagah berani telah memerintahkan batalionnya untuk mengepung Nemesian dari dua sisi bukit. Artileri diluncurkan. General Amber, di satu sisi, memegang kunci untuk ke ruang penyimpanan nuklir. Tentu saja, tidak seorang pun mau menggunakannya. Mereka menunggu hasil Novastella. Tidak mereka ketahui, bahwa ketiga jiwa mereka telah melayang masuk ke dalam Novastella diakibatkan keputusasaan untuk mencari jawaban apakah kedua orang yang masuk itu masih hidup, dan akan bagaimana rencana berikutnya. Namun, bersamaan dengan kembalinya jiwa itu ke tubuh pemiliknya masing-masing, sebuah kesadaran baru membaharui mereka bahwa rencana Jonathan dan Nara akan berhasil. Bahwa perjuangan mereka akan ada artinya. Tidak ada waktu yang menghilang ketika percakapan yang terasa cukup lama di dalam resistensi keenam Novastella itu terjadi. General Balkan, yang kini kembali mengambil tempatnya di medan pertarungan di samping General Maximus, tidak merasakan apa pun saat itu terjadi, bahkan mungkin tidak menyadari bahwa pemahamannya itu disebabkan oleh perjalanan astral yang tidak diketahui mekanismenya.


Sementara kedua laki-laki itu memimpin perang, General Amber kembali ke Novastella, memastikan bola itu tidak dikawal siapa pun dari Nemesis lagi, dan menunggu di sisinya, mengucapkan pengharapan yang setinggi-tingginya. Agar Chrysalis, atau apa pun itu di dalamnya, mau bekerjasama dengan mereka.


***


Ketika Jonathan dan Nara lolos dari resistensi keenam, mereka mendapati diri berada di sebuah ruangan hitam dengan nebula berwarna-warni di sekitarnya. Seperti berada di langit malam, atau di angkasa luar. Aurora biru hijau, nebula merah jambu dan ungu, berwarna-warni jalin-berkelindan di angkasa raya. Gugusan dan rasi bintang terserak bagai pasir di pantai, sehingga langit malam – atau ruangan itu – tidak gelap pekat. Lantai yang mereka injak bukanlah lantai biasa, karena tidak ada satu struktur yang jelas terdefinisi yang disebut lantai. Mereka melayang di angkasa raya, namun juga terasa memijak sesuatu. Serasa berada di ruang antarbintang.


The death of a star is the birth of another yet brilliant one


An exquisite array of of vibrant light rays


All creatures discern in awe, yet they look futile


Mereka mengingat jelas, mengucap ulang baris demi baris puisi di Ira Tenebrarum yang mendeskripsikan Novastella. Senjata mahadahsyat yang akan menggulung sejarah ke...

Dies IraeWhere stories live. Discover now