Setelah mengutarakan kata-kata terakhirnya yang terkesan mistis dan menempel di ingatanku terlalu lama, ruangan suram tadi berubah menjadi...
"Galeri lukisan," bisik Nara terpukau. Ia menikmati perannya sebagai orang pertama yang mengomentari setiap resistensi yang kami temui.
"Nara...yang tadi itu...membunuhku perlahan-lahan, kau tahu. Semakin lama kita berdebat dengannya..."
"Aku tahu. Maafkan aku. Darahku juga mendidih mendengar topiknya. Menurutmu, betulkah dia Oracle?" suaranya melunak, yang mau tak mau memaksaku merendahkan nadaku yang tadi sempat meninggi dipicu emosi.
"Aku tidak tahu. Makin cepat kita menuju inti Novastella, makin baik."
Untuk beberapa saat, kami berjalan menyusuri koridor yang di kiri dan kanannya dipenuhi lukisan yang tergantung di dinding. Penerangan dari lampu yang remang-remang tidak menyulitkan kami untuk melihat lukisan-lukisan itu. Ia menoleh ke arahku, di belakangnya, ketika menyadari aku tidak lagi menjejerinya. Aku tertinggal beberapa langkah.
"Kau ingin aku mengirimkan anti-Chronon untuk membantumu?" tanyanya hati-hati. Aku menggeleng.
"Kita sudah mengeluarkan kekuatan tadi sewaktu harus masuk ke dalam Novastella. Kita tidak akan mengeluarkannya lagi sampai The Collision. Simpan energimu," jawabku final. Ia mengangguk mengerti.
Kami melanjutkan berjalan beberapa langkah lagi, sebelum aku jatuh terduduk. Kembali tanganku menopang tubuhku untuk bangkit, namun Nara menghampiriku dan mempersilakanku duduk di lantai. Beristirahat beberapa saat. Ia menyibakkan seberkas rambutku yang jatuh menutupi mata. Kurasakan tangannya yang hangat di kedua pipiku.
"Kita akan bertahan, Jonathan. Sampai The Collision. Kita bisa beristirahat sebentar atau selamanya di sini, mana yang kaupilih. Karena semakin lama kita berhenti, semakin jauh aku dari prospek untuk mati bersamamu," ia tersenyum simpul di akhir kalimatnya.
"Kau begitu ingin mati bersamaku?" aku tersenyum nyinyir.
"Jika ada alam Semesta yang lain yang dapat menerima kita setelah ini berakhir...aku ingin ada di situ. Bersamamu tentu saja."
Kata-kata terakhirnya meresap jauh di dalam pikiranku, menimbulkan sensasi yang tidak menyenangkan. Alam Semesta yang lain...sesuatu yang dibantah habis-habisan oleh pria dari Kreta itu. Otakku mencari-cari sesuatu...seakan ada yang terlewatkan. Tetapi, apa? Apa yang terlewatkan?
"Kau masih memikirkan kata-kata pria dari Kreta tadi?" tanya Nara.
"Oh, tolong...tidak kau juga, Nara. Membaca pikiranku," desahku.
Gadis itu tertawa kecil. "Bagaimana mungkin aku mau melakukan itu sekarang? Ekspresimu ganjil. Sepertinya ada sesuatu yang kaupikirkan. Dan yang mungkin tentu saja kata-kata pria dari Kreta tadi."
YOU ARE READING
Dies Irae
Ciencia Ficción"Aras free will, kehendak bebas. Bahwa alam Semesta kita terbentuk dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Masa depanmu ada di tanganmu." - Jonathan "Kau memiliki semua yang kaubutuhkan dalam genggaman tanganmu untuk membuatnya terjadi." - Nara ...