Swargaloka
Nara's POV
Apa yang kami lakukan beberapa jam yang lalu di patio terasa jauh sekali ketika kaki ini sudah menapak kembali di Swargaloka. Nemesis sudah mengangkat batas fisis dimensi ini, sehingga kami secara teori tidak membuat portal. Ujung Swargalokanya tidak terproteksi, bolong begitu saja. Bukan bagai pintu di ujung perjalanan, hanya... tiada.
Chaos.
Pasukan General Maximus telah digerakkan. Kekacauan memenuhi semuanya. Agra ditutupi awan mendung yang gelap. Badai elektromagnetis dalam atmosfer Swargaloka. Kilat sambar-menyambar dari langit. Para tentara Swargaloka berbaju zirah lengkap menghabisi satu demi satu prajurit Nemesis. Pertarungan yang tidak imbang, karena untuk satu Nemesian yang terbunuh, tiga prajurit Swargaloka mengantar nyawa. Namun itu perlawanan yang cukup baik untuk negeri yang begitu mengharamkan perang.
Hari terakhir eksistensiku di dunia yang kukenal. Mungkin sesuatu yang kusebut Keabadian adalah alam semesta dengan dimensi yang lain, dengan hukum fisika yang belum dikenal. Jonathan tampak begitu tenang, malah seakan bahagia, karena hari yang direncanakannya akhirnya tiba. Para personel yang lain tampak tegang karena merekalah yang harus menahan Nemesian sementara kami berdua mencari Novastella dan menaklukkan tujuh rintangan di dalamnya.
Sesuai rencana terakhir, Jonathan menunjukkan kemunculan secara mengejutkan di hadapan para Nemesian. Perang terhenti sejenak. Adu pedang dan luncuran anak panah sesaat berhenti karena semua orang menoleh ke arah kami, pendatang baru.
"Bukankah kalian sudah mati?" seru seorang Nemesian.
Jonathan hanya tersenyum simpul, dan setelah orang-orang Swargaloka menguasai diri bahwa yang datang belakangan ini bukan hantu yang bangkit dari dimensi keberapa, mereka kembali menyerang. Lebih gagah berani. Bantuan telah datang.
Kami sempat terlibat beberapa pertarungan sebelum Jonathan menarikku menjauh. Para personel Ahimpraya yang lain tetap bertarung membantu para pejuang Swargaloka. Rencana berikutnya adalah menuju Puri Kristal, tempat Novastella kemungkinan besar diletakkan. Tentu saja, General Balkan bahkan tak mengetahui adanya rencana The Collision, sehingga ia tidak menyebut-nyebut soal posisi Novastella di suratnya. Saat kami sudah di pelana kuda masing-masing, General Balkan muncul berlari-lari bersama General Amber.
Kami bertukar pandang sejenak sebelum mereka menganggukkan kepala memahami apa yang tak terucap. Menuju Puri Kristal.
Kami memacu kuda secepat kilat dan berhenti di gerbang. Para Nemesian yang berjaga di sana telah mengantisipasi kedatangan para pemberontak versi mereka alias para pejuang Swargaloka. Sebuah kesalahan besar tidak membawa para tentara ke sini. Namun tidak ada waktu untuk mundur dan memberi kabar, maka hanya dengan kami berempat, rencana tetap harus dijalankan.
Jonathan dan General Balkan dengan pedangnya, aku dan General Amber memanah. Langkah awal kami di gerbang akhirnya mulus, dan segera kami menuju ke dalam puri.
Dan di situlah, untuk pertama kalinya, kami melihat Novastella secara detail. Dari apa yang digambarkan kurang deskriptif di Ira Tenebrarum, Novastella berbentuk bola. Kali ini, kami mengamati bola seperti apakah itu.
Novastella adalah bola besar dengan radius sekitar enam meter. Permukaannya licin gelap mengkilap seperti air raksa, dengan corak kemerahan dan keemasan membentuk serupa pulau-pulau nebula. Seingatku tidak ada tanah kosong seluas itu di dalam Puri Kristal... dan aku terhenyak menyadari apa yang telah mereka lakukan untuk mendapatkan ruang semacam itu. Piramida Kristal telah mereka robohkan. Sebagai gantinya, Novastella ada di tempatnya sekarang.
YOU ARE READING
Dies Irae
Science Fiction"Aras free will, kehendak bebas. Bahwa alam Semesta kita terbentuk dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Masa depanmu ada di tanganmu." - Jonathan "Kau memiliki semua yang kaubutuhkan dalam genggaman tanganmu untuk membuatnya terjadi." - Nara ...