Jonathan's POV
Tidak seharusnya aku mencampuri urusan pribadi seorang guru dan murid, seorang ayah dan anak angkat. Namun pembicaraan antara keduanya sangat penting demi rencana keseluruhan Ahimpraya. General Nara harus menyampaikan semuanya kepada General Balkan, agar kelompok perlawanan dapat menindaklanjuti rencana besar kami setelah aku dan Nara meninggalkan dimensi ini. Puri Kristal selalu dimonitor, hingga tidak aman untuk menyelenggarakan pertemuan kami berlima di sana lagi. Seperti saat ini, General Nara mengunjungi gurunya juga sekalian untuk mengucapkan salam perpisahan.
Aku berada di Puri Kristal, beberapa kilometer jauhnya dari puri General Balkan. Dengan kontak kekuatan khusus yang kami miliki, aku tak bisa menahan diriku untuk melihat dan mencuri dengar percakapan ini. General Nara akan mengerti.
Gadis itu berjalan ke dalam ruang baca General Balkan tanpa atribut generalnya. Ia hanya mengenakan gaun biru muda sederhana, tanpa jubah, tanpa senjata. Ia menjura. General Balkan mengangkat wajahnya dari buku yang terbuka di mejanya.
"Duduklah. Anggap di rumah sendiri. Kau boleh membuat teh jika kau ingin."
Kursi yang ditarik Nara berderit. Ia duduk di atasnya. "General, besok adalah hari di mana assassin akan kembali ke Nameless."
General Balkan menyimak. Ia sepertinya mulai menduga ke mana arah pembicaraan ini.
"Saya..."
"Kau ingin mengikutinya?"
General Nara mengangguk. "Kami sudah membicarakannya. Assassin bilang, saya akan berarti bagi risetnya mengenai Chrysalis dan Novastella di Nameless."
"Aku mengerti, Nara. Pergilah jika kaupikir itu memang tepat. Hasil riset itu akan membantu kami yang bertahan di sini."
Oke. Simpel rupanya. Tidak ada drama.
"Saya akan menyampaikan orasi di audiensi besok pagi, sebelum kami memasuki Portal Abyss."
"Baiklah."
"Dan saya tidak akan membuka komunikasi apa pun yang menyangkut kelompok perlawanan kita," janji Nara.
"Nara, ingatkah kau di mana kita bertemu saat aku baru saja kembali dari Urakh? Awal semuanya ini," kata General Balkan.
"Menara Merah?"
"Betul. Kau tentu tahu sejarahnya. Pembantaian terjadi di sana hingga dikatakan darah memenuhi dindingnya. Teror adalah makanan sehari-hari di masa perang. Setelah ratusan tahun peperangan, Councel pertama menyatukan seluruh suku. Kedamaian yang tak berkesudahan menjadi bagian kehidupan sehari-hari penduduk Swargaloka sejak saat itu. Kita sudah dibiasakan dengan persatuan, dengan aturan, dengan keteraturan komunitas. Semua orang mempunyai fungsi dan jabatan masing-masing. Hirarki kekuasaan dijalankan dengan kesadaran bahwa hanya ada satu pemimpin, yaitu Councel. Jika semua orang saling berebut kekuasaan seperti zaman dahulu, maka jelas kehidupan normal tidak dapat berfungsi. Sayangnya, kita terlalu lama berdiam dalam konsep 'tidak-ada-masalah' seperti ini, sehingga ketika musuh lama manusia muncul, kita tidak siap."
YOU ARE READING
Dies Irae
Science Fiction"Aras free will, kehendak bebas. Bahwa alam Semesta kita terbentuk dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Masa depanmu ada di tanganmu." - Jonathan "Kau memiliki semua yang kaubutuhkan dalam genggaman tanganmu untuk membuatnya terjadi." - Nara ...