Chapter 35. Ira Tenebrarum

28 3 0
                                    


Derap langkah kami yang bergegas ke perpustakaan mendorong rasa ingin tahu beberapa personel. Jonathan membiarkan mereka masuk mengikuti kami. Dan di atas meja besar perpustakaan itulah perkamen itu terletak. Masih dalam posisi yang sama seperti saat aku meninggalkannya.

"Mustahil," nada suaranya mengandung kekaguman. Aku harus bertanya soal banyak hal.

"Apa ini, Jonathan?"

Dia menjelaskan dengan berapi-api dan ekspresif. "Ira Tenebrarum. Ini...ini adalah Kemurkaan Kegelapan itu sendiri."

"O-ke... Sepertinya aku melewatkan sesuatu di sini..."

"Ira Tenebrarum adalah Liber."

"Buku?" aku masih kesulitan menangkap arah pembicaraannya.

"Ya-ya-ya...buku! Buku Oracle!"

Aku mengamati reaksi beberapa personel di sekitarku, beberapa di antaranya adalah assassin. Dan mereka sama tercengangnya denganku.

"Bagaimana bisa buku Oracle ada di sini? Kalau itu yang dicari-cari Nemesis dari zaman purba, mengapa buku Oracle pada akhirnya nyasar ke Serav?" tanyaku. Jantungku berdetak cepat, tidak mau ketinggalan satu informasi pun.

"Aku tidak bisa menjawabnya. Yang jelas, aku harus membuka buku ini. Rahasia Novastella. Senjata-senjata Nemesis. Jika kita mengungkap rahasianya, maka sesuai usulmu, kita dapat mengantarkan Nemesis ke dies irae secara lebih efisien."

"Maaf, tapi bagaimana cara mengekstrak info dari sini? Kau lihat sendiri isinya kosong belaka!" sergahku. Ternyata sedari tadi aku menahan nafas, begitu intens suasana di sini.

"AO. Arbitrary Observer. Pengalaman kembali ke masa laluku sebagai pengamat arbitrer yang bisa menjelajah ke area tersembunyi walaupun pengamat saat itu – aku di masa kecil – tidak menuju ke tempat tersebut."

Mulai masuk akal. Jonathan adalah Nephilim di masa lalunya, sehingga jika ia mendapatkan trik membaca buku Oracle dari grupnya di masa lampau, kami akan menerjemahkannya dalam beberapa saat lagi.

"Jelaskan padaku caranya."

"Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri ke memoriku, lalu kembali. Mungkin tidak akan membutuhkan waktu lama."

"Jonathan," aku mencengkeram lengannya, "aku tidak mau berada di situasi itu lagi." Yang kumaksud situasi 'itu' adalah ketika kami terpisah dan aku menyadari dia dalam bahaya besar.

Mukanya maklum. "Baiklah. Kau juga lebih baik ikut karena jika aku masih cukup kuat untuk pergi ke tempat lain dalam perjalanan ini, itu adalah Serav di masa lalu. Karena bagiku, Nara, asal-usulmu semakin mencurigakan."

Tanpa peringatan lagi ia menggenggam tanganku, memintaku menyamakan frekuensi – ini sedikit sulit karena aku belum pernah masuk secara sadar ke memorinya – lalu para pengamat di sekeliling kami melihat kami dalam keadaan trans. Hening, terduduk di kursi masing-masing dengan tangan saling menggenggam.

Dies IraeWhere stories live. Discover now