got all planned

535 100 36
                                    

Hari pengambilan rapot pun sudah datang, Papa sudah siap untuk pergi ke sekolahku dari kantornya. Biasanya atau tahun sebelumnya, rapor dikirim kerumah, namun tahun ini berbeda dan hanya khusus angkatan ku saja, karena tahun depan sudah memasuki senior year jadi ada rapat sekalian untuk membicarakan gimana-gimana nantinya di tahun ajaran baru.

Apakah nilai rapor ku akan bagus? Arti bagus yang ku maksud adalah berwarna hitam, bukan berwarna merah seperti di taman bunga mawar.

Untuk menghilangkan kegugupanku selama menunggu Papa datang ke sekolah, aku dan Michael duduk didepan lokerku dengan bersandar didepannya. Dan aku paling tidak suka yang namanya menunggu.

"I don't like waiting." Helaan nafas berat keluar dari mulutku. "Me neither." Balas Michael memutar matanya malas.

"Why are you shaking?" Tanya Michael dengan mencantolkan headset dikedua telinganya.

"Do you think do I'll have a good score?" Tanyaku mengutarakan uneg-unegku.

"Don't worry, we're gonna have good score, because we've working our ass off in every class." Kali ini Michael bisa meyakinkanku dengan baik.

Lantunan lagu berat pun mulai terdengar samar-samar dari headset Michael. Dengan kekuatan suara seperti itu, bisa-bisa ia menjadi budeg temporer. "OH YA, (Y/N)." Teriak Michael tanpa aba-aba yang membuatku langsung terkejut karena teriakkannya.

"You don't have to screaming like that! I'm exactly beside you." Gerutu ku sembari mengepalkan tanganku lalu meniupnya dan menempelkannya ke kedua teligaku secara bergantian. Itu adalah efek tak berfaedah saat memakai headset dengan volume 90% kau akan berteriak dengan lawan bicaramu.

Sebenarnya itu tidak ada efeknya, namun itu merupakan sudah kebiasaanku dari kecil dan mungkin 70% kebiasaan anak Indonesia. "ME AND THE BOYS HAVE TALKED ABOUT OUR SUMMER HOLIDAY YESTERDAY." Lagi-lagi Michael berteriak tanpa sadar ia sedang dimana.

"Lu lepas dulu dugong kalo mau ngomong gausah treak treak. Emang udah kek bekantan lu." Gerutuku sembari melepas paksa headset Michael, "GIVE IT TO ME!" Walaupun headsetnya sudah ku lepas, ia tetap saja berteriak. Akhirnya aku dan Michael tarik-tarikkan headsetnya.

"STOP YELLING! WE'RE AT SCHOOL, YOU TARZAN." Ku sembunyikan headsetnya dibelakangku agar ia tidak bisa mengambilnya. "Who said that we're in Jungle?" Cibir Michael yang lagi berusaha mengambil headsetnya dariku. "You did."

Benarkan? Michael baru saja mengatakan jika kita tidak di hutan, melainkan disekolah. Emang beda ya kalo ngomong ama orang yang kurang asupan di otakknya.

"Give my headset back!" Kata Michael yang masih saha ingin mengambil headsetnya yang sudah berada dibawah kedua pahaku. "No way! You should finish your words about the summer holiday or what ever that you've told me."

Michael berfikir sejenak apakah ia tadi berbicara sesuatu mengenai liburan?

"OH YA! I REMEMBER THAT." Teriaknya lagi yang membuat kami menjadi perhatian oleh para orang tua dan juga murid disini. Murid mugkin sudah terbiasa dan mengenal Michael, namun berbanding terbalik dengan orang tua murid.

"Mmm, we've planned that we, the boys want to visit Indonesia." Jawabnya ragu-ragu namun dari tatapan matanya terlihat serius.

Gegayaan mau keluar dari kandang.

Mending berani.

"So?" Apa hubungannya denganku? Dia mau mengajakku lalu berlibur? Dibayarin? Oke lah jika dibayarin. Siapa yang menolak gratisan hari gini, apa-apa mahal. Buang air kecil aja bayar dua ribu.

Hi or Hey // 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang