Waktu yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba didepan mata. Besok pagi-pagi sekali, sekitar waktu subuh di Sydney aku, Nenek, dan para dedemit akan pergi ke Indonesia.
Aku sedang mengepack keperluanku untuk kira-kira seminggu atau mungkin lebih disana. Koper segede gaban pun sedang telentang manis diatas tempat tidurku.
Para dedemit sudah tidak sabar melakukan perjalanan ke Indonesia dan senyum mereka sudah mulai mengembang sejak beberapa hari yang lalu, ditambah mereka mempunyai perbekalan yang cukup dan lebih untuk di Indonesia nanti, dari uang saku orang tuanya dan juga hasil mereka manggung kemarin-marin.
Kemarin Mum Liz dan Mum Anne sudah datang ke Nenek untuk menitipkan anak mereka dan sekedar memberi titipan uang ke Nenek untuk semisalnya ada keperluan sangat mendadak. Apalagi, Luke yang terkadang tidak bisa mengatur uang dengan baik. Tadi pagi, Mali -Kakak perempuan Calum- juga baru menitipkan adik semata wayangnya itu dan jika Calum berbuat macam-macam bisa langsung ditinggal aja di Indonesia gausah pulang.
Dari kesunyian kamarku dapat ku dengar ada suara orang berbicara dari teras depan. Terdengar suara erangan yang luar binasa ku hafal.
"Ugh, come on, Mum. I'm 17." Suaranya terdengar sangat jengkel, "She lied to you, Nenek. Don't believe her." Lanjut orang itu.
Ternyata ada mumma bear diluar bersama anak beruangnya. Aku pun lansung keluar untuk bertemu dengan anak dan ibu itu.
"Hi, mumma be-Karen." Sapaku ke Mumma Bear aka Mum Karen yang secara ilahi menjadi ibu nya Michael. "Hey, (y/n)." Dia pun memberikanku pelukan hangat seperti biasanya saat kita bertemu.
"Aha! She almost called you, Mumma bear." Celetuk Michael yang tidak tahu faedahnya apa. "What's the matter? You called me too like that, it means I'm a cutie and I have fluffy hair." Ternyata Mum Karen membelaku dari pada anak sebiji-bijinya itu.
Aku pun hanya tersenyum dan duduk disebelah Michael. "What are you doing here?" Tanyaku sembari menyenggol satu kaki Michael dan ia pun lumayan tersentak. "We have a little tea party." Katanya sembari berbisik dan menyesap teh hangat yang berada dihadapannya.
Gayanya sudah mirip dengan Tinker Bell saat menyesap tehnya. "AHH, YOUR TEA IS THE BEST, NENEK." Ucap Michael yang langsung dicubit oleh Ibunya.
"I'm so glad, this caveman want to leave the house for a holiday, enjoy the sunlight." Kata Mum Karen terlalu melodramatic. "Mum, you're so over dramatic." Balas Michael yang sudah muak dengan kelakuan ibunya mungkin.
"In this century, our youth generation was blinded by technology." Ujar Nenek yang membuatku langsung reflek merogoh saku celanaku, ya karena ada ponselku disitu. "I had a chillhood, before the technology took over. I'm so thankful." Balas Mum Karen yang membuatku flashback akan masa kecilku.
"Mum, did you just said those sentence from tumblr?" Tanya Michael yang membuat Mum Karen diam sebentar lalu berpikir, "no, but did i? Those words just came out from my mouth from my brain." Sekarang giliran Mum Karen yang balik nanya.
Ternyata, memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Tidak lama, Mum Karen dan Nenek kembali dalam percakapan mereka masing-masing.
"Have you packed your suitcase?" Tanyaku iseng-iseng dengan Michael. "Yeah, you?" Tanyanya balik.
"Haven't finished it yet." Jawabku yang lansung ditoyol oleh Michael. "You said to me, I have to packed my things few days before we go, but you haven't finished yours." Aku hanya bisa tersenyum menanggapi celotehan Michael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi or Hey // 5SOS
Fanfic"Hey guys." "Hi." "Is it hi or hey?" There will be a lots of shits and a lots of...us? Written in English and Bahasa Written by curhood [WARNING⚠: THIS STORY CONTAINS OF MATURE LANGUANGE, SWEARING AND MATURE STUFFS. READ AT YOUR OWN RISK]