Mendung terus saja menemani langit yang cenderung kelabu. Suasana dingin mulai menyapa sehingga membuatku merekatkan hoodie yang sedang aku pakai. Suasana tenang dengan bau tanah basah membuatku terdiam sejenak.
"(Y/n)" sapa Michael dengan memasukkan kedua tangannya pada kamtung celana jeansnya. Aku tengah duduk di pelataran teras rumah Michael menunggu yang lain untuk datang.
"Can't believe Calum would leave us all here," ucap Michael sembari tersenyum ringan. Aku yang berada di sampingnya langsung mengusap bahunya. "He knows what is the best for him. Maybe it's his destiny." Ucapku sembari tetap mengusap bahunya.
"He is my mate since we're in freshman year." Cairan bening mulai berkumpul di pelupuk mata Michael. Memang berat, melihat salah satu sahabat kita meninggalkan kita. Bukan untuk selamanya tetapi hal ini tetap saja terasa sangat berat. Jutaan kepingan kenangan masih menghinggap di pikiranku saat mendengar namanya, yaitu Calum.
Beberapa hari yang lalu, Calum resmi menjadi pemain sepak bola di sekolah yang mendapatkan beasiswa untuk menekuni olah raga tersebut di Brazil. Dimana ia akan meninggalkan orang-orang terkasihnya di kota ini, kota Sydney.
Aku dan Michael merasa kehilangan sosok Calum yang menjengkelkan itu bahkan kami semua. Tepat hari ini, Calum akan terbang ke Brazil bersama beberapa orang lainnya. Sangat menyedihkan mengingat ia meninggalkan semua yang ia punya disini. Namun, mau bagaimana lagi? Ia ingin mengejar mimpinya yang sudah berada di depan mata.
"I should have known this is the consequences that I would have gotten. I shouldn't have made a band."
Michael adalah salah seorang yang kecewa dengan apa pilihan Calum. Meninggalkannya dan sisa sahabatnya yang lain pada band yang ia sudah buat dari beberapa tahun silam.
"Hey guys," sapa Ashton dan Luke yang baru saja datang. Kami akan pergi ke bandara untuk mengucapkan perpisahan kepada Calum untuk yang terakhir kalinya. Mugkin, kami akan melihat Calum lagi saat liburan musim panas tahun depan. Sebenarnya, kami belum bilang Calum jika akan menemuinya di bandara nanti. Jadi, ini semacam pertemuan kecil yang tidak terduga untuk melambaikan tangan dan pelukkan terakhir.
"I'm not ready for saying goodbye to Calum," ucap Luke sembari berdiri tegak layaknya patung. "Luke, he isn't going to die, chill." Balas Ashton sembari bersandar pada dahan pagar kayu yang berada di teras Michael. "He would just in the different continent with different people." Balas Ashton sembari menghela nafas kasar.
"Why do people always says goodbye when the first time they met they said hello?" Ucap Luke saat kami baru melangkahkan kaki ke dalam mobil sedan milik Ashton. Kami semua hanya mengangkat bahu dan menghela nafas secara bersamaan.
Terjadi keheningan karena kami larut dalam pikiran masing-masing. Hampa rasanya mengetahui satu sahabat kami akan pergi jauh meninggalkan kami yang masih bersama ini. Tidak akan ada lagi orang yang akan aku panggil dengan Cipuy atau bahkan ledekkan-ledakkan khas untuk Calum.
Aku hanya tersenyum sendiri mengingat wajah datar Calum yang bisa dengan cepat berubah saat melihat atau mendengar sesuatu yang receh.
"Why are you smiling like that? It's so scary," kata Ashton sembari melirikku dari kaca di tengah. "We all just sit in silent but then you smile like an idiot." Kata Ashton yang membuat Michael langsung melihat kearahku yang sedang meyandarkan kepala pada dahan kaca mobil.
"I just flashback with all of the memories," ucapku sembari duduk dengan tegak. Suara deru pendingin mobil hanya yang terdengar setelah kalimat terakhir yang tadi aku lontarkan.
"So, guys, I think this is the end of our band," ucap Michael sembari tersenyum simpul, "we can't move any further without Calum. But we can move on."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi or Hey // 5SOS
Fanfic"Hey guys." "Hi." "Is it hi or hey?" There will be a lots of shits and a lots of...us? Written in English and Bahasa Written by curhood [WARNING⚠: THIS STORY CONTAINS OF MATURE LANGUANGE, SWEARING AND MATURE STUFFS. READ AT YOUR OWN RISK]