stairway of confusion

455 71 88
                                    

Sehabis dari Pantai Parangtritis tadi, kami bertolak ke Candi Borobudur lalu ke Taman Sari. Untuk mengagumi bangunan bersejerah dan juga sedikit mempelajari sejarah-sejarahnya. Tidak lupa kami berfoto untuk mengabadikan setiap detik yang dilalui.

"So, where are we going after this?" Tanya Luke saat membuka pintu mobil untuk masuk.

"What is our next destination?"

Pertanyaan dari Luke diulang kembali oleh Ashton yang sungguh sangat tidak efektif.

"Shopping time!" Seru Nenek sembari mengangkat kedua tangannya dan memplester wajahnya dengan senyum yang lebar.

"How many times do I have to––" ucapan Michael terpotong oleh suara bass dari Calum.

"Tell you, even when you're crying you're beautiful too." Calum meresapi lagu yang ia nyanyikan.

"The world is beating you down and I'm around through every move." Ashton pun akhirnya berduet dengan Calum sembari berpelukkan.

"I hate this band." Luke yang berada disamping Ashton pun sudah muak.

Aku hanya bisa menahan ketawa.

"Oh, come on! Help me guys!" Teriak Michael seperti biasa.

Ashton dan Calum masih melantunkan lagu All of Me tanpa henti. Michael dan Arjuna juga menyanyikan lagu itu sampai-sampai Michael mengelap pipi Arjuna dengan tisu karena tiba-tiba teringat peliharaannya yang mati.

Bukannya inget pacar.

Malah inget anak ayam.

Mengharukan.

Iya tadi Arjuna sempat menceritakan bagaimana peliharannya –ayam sepuh berwarna merah muda mati– beberapa tahun kemarin. Arjuna dapat ayam sepuh itu gegara maen cabutan di SD yang ga jauh dari villa.

"My heads under water but I'm breathing fine." Aku tidak dapat mengkontrol mulut saat ada yang menyanyi.

"You're crazy and I'm out of my mind." Terjadi keheningan saat Ashton ingin menyanyikan bagian Chorusnya namun terhenti karena Luke membuka suara.

"To think that I. You're out of your, you're out of your, you're out of your mind." Luke mendapat tatapan aneh dari keempat orang lainnya yang berada didalamnya, termasuk aku dan Nenek, bahkan Pak Giman pun sampai menepikan mobilnya disamping trotoar dan menyalakan tanda hati-hati di lampu sen mobilnya, yaitu hazard.

"Seriuosly mate, you don't know what the next lyrics of that song?" Kepala Michael memutar kesamping dengan sangat tidak anggun.

"So I've been in my cave like forever or all my whole life but I didn't blind though like you oh my gosh, Lucas." Michael memojokkan Luke hingga ia harus menabrak lengan kekar Ashton.

"It's not kind of big deal, I've listening Tove Lo's song." Luke tidak menggubris tatapan semua orang didalam mobil itu yang menurutnya terlihat seperti dedemit dan menenggelamkan kepalanya ke layar ponselnya. Terkecuali, Nenek dan Pak Giman. Ia tidak mau dikutuk menjadi batu karena menghina orang tua.

Hi or Hey

Semburat oranye mulai menghiasi sedikit demi sedikit permadani langit yang menandakan akan memasuki waktu senja.

Mobil yang kira-kira berbobot lebih dari satu kwintal yang kita tumpangi terus beradu dengan jalanan aspal yang panas dan berhenti dikawasan parkir jalanan.

Kawasan Pasar Malioboro menjadi pilihan Nenek selanjutnya. Tidak lengkap rasanya jika tidak membeli sesuatu disini jika ke Jogja.

Semua dari kami turun dan karena melihat orang yang jualan dipinggir area parkir dengan box bersponsorkan coca cola itu, Calum berjalan ke tukang penjual itu dan mengeluarkan uang bergambar Sultan Mahmud Badaruddin II dan membeli satu botol teh kemasan lalu menegaknya habis dan mengantungi beberapa buah air mineral kemasan gelas.

Hi or Hey // 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang