Chapter 4: Control Yourself!

6.7K 471 17
                                    



Arzan Rafadinata POV

Aku tahu ini salah. Aku juga tahu bahwa tak seharusnya aku memulai perkelahian itu. Namun, saat aku lihat Gina membiarkan Bagas menyentuhnya. Aku benar-benar ada pada puncak kemarahanku. Aku tak tahu mengapa Gina malah asyik menanggapi Bagas yang terus mendekatinya, tapi itu sungguh membuatku ingin memukul Bagas hingga babak belur.

Kulempar bola basket yang sedang aku mainkan ke arah laki-laki tak tahu diri itu. Saat itu bolaku tepat mengenai kepalanya. Dia terlihat geram dan beberapa anak di sampingnya berlari ke arahku. Dia pentolan sekolah? Yes i know. Bahkan sekarang aku tidak takut padanya ketika dua dari anak buahnya itu memegangiku dan satu di antaranya memegangi tangan Gina untuk mencegahnya mendekatiku.

Ya semuanya berlalu begitu saja. Aku yang kalah dan mereka puas memberikan bekas memar yang cukup banyak di wajahku. Bahkan bibirku terasa sulit digerakkan karena ada robekan di samping kiri.

Hingga aku tak bisa berpikir logis lagi saat Galih ikut memukulku untuk sadar tak meneruskan perkelahianku. Dia memukuliku seraya berkata "Berhenti! Seoul pingsan!" Mendengar itu aku benar-benar menghentikan perkelaianku, tapi aku ikut marah ke arah Galih. Meminta penjelasan ada apa dengan Seoul.

Dan di sinilah aku sekarang. Di samping bangkar tempat Seoul yang belum juga siuman. Dihadapan Mami dan juga Vanilla yang sedari tadi saling tatap dan berharap Seoul siuman.

"Tidak apa hanya gejala tipes. Kau tak perlu khawatir." Begitu kata Mami saat aku baru semua lukaku selesai Vanilla bersihkan.saja selesai Vanilla bantu untuk membersihkan semua lukaku. Namun, hingga saat ini Seoul tak juga membuka matanya.

Aku berterima kasih pada Mega dan juga Alex. Mungkin tanpa mereka Seoul tak tahu bagaimana. Aku yang bodoh mulai melupakan Seoul semenjak aku pacaran dengan Gina, tepatnya sudah hampir 1 tahun yang lalu. Aku mulai seringf melupakan Seoul, hingga aku benar-benar menyadari bahwa Seoul adalah wanita yang begitu berharga untuk hidupku.

"Mami cari makan dulu ya sebentar sama Vani. Kamu tungguin Seoul di sini, takut dia nyariin kamu." Aku mengangguk, lantas Vani menepuk bahuku sejenak dan meninggalkanku di ruangan Seoul.

Line!

Aku meraih Hp Seoul yang berada di atas meja. Hp-nya tidak dia kunci. Di sana tertera pesan dari Alex.

Alex Outer : Kalau sudah siuman kabari aku.

Aku hanya mampu menghela napas beratku lalu menaruhnya kembali tak ingin ikut campur apa yang sedang mereka bina di belakangku. Aku rasa mereka sangat dekat di akhir SMA ini. Meski aku tahu bagaimana Seoul menanggapi Alex dengan biasa saja, tapi tetap saja siapapun tak akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

Aku raih tangan Seoul ke telapak tanganku. Aku cium lembut punggung tangannya dan sedikit mencoba menyentuh ujung rambutnya yang Mami baru saja rapikan. Aku harap Alex atau Gilang tak melihat Seoul tanpa hijab. Apakah aku egois karena sudah memiliki istri, tapi tetap tak bisa lepas dari pacarku?

Aku rasakan tangan Seoul yang bergerak. Dia dan mencoba membuka matanya perlahan dan menengok ke arahku. "Sel. Seoul!" Aku berdiri dari tempat dudukku dengan susah payah. Kakiku masih terasa ngilu karena Bagas puas tendangi saat tadi di lapangan.

"Ar... Ini kenapa?" Seoul berusaha meraih wajahku yang lebam, tapi aku segera menenangkannya.

"Enggak apa-apa. Kamu, jangan banyak bergerak. Dokter bilang kamu perlu banyak istirahat. Kamu gejala tipes, Sel." Kini aku lihat dia lebih tenang. Kepalanya yang tadi ingin dia angkat segera dia baringkan kembali.

MY HEARTBEAT COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang