Chapter 2: She's So Beautiful

6.9K 508 14
                                    

Arzan Rafadinata POV

Entahlah! Saat aku menemukan letak nyaman di dalam diri Seoul, aku tak mau mengubah waktu ini. Ingin tetap pada posisiku yang menyeruakkan wajahku ke dalam leher Seoul yang terhalang kerudung.

Kurasakan Seoul yang bergerak tak nyaman. Namun, aku tak membiarkannya pergi dari posisi ini. Aku malah lebih mengeratkan pelukanku dan bergerak sedikit semakin mencari tempat nyamanku. "Hanyalah seperti ini untuk sementara. Aku hanya ingin sedikit tenang," ungkapku.

Untuk beberapa saat ini tak ada suara yang timbul dari kami. Ruang waktu kami berputar dan berhenti pada waktu bersamaan. Aku hanya mendengar detikkan jarum jam dinding yang berdentang mengisi kekosongan kami.

Tiba-tiba seseorang menepuk punggungku dari belakang. Membuatku melepas tanganku dari tubuh Seoul. "Elah manja amet lo!" kudengar suara Mega yang berasal dari belakang. Berdiri di samping sofa dan melirik ke arahku.

Aku takut Mega berpikir yang macam-macam tentang kami. Namun, semuanya sirna saat Mega hanya mendengus kecil. "Udah, biarin si Seoul makan dulu. Nanti kan dia mau ngajar kita lagi," ungkapnya saat aku menggaruk tengkukku salah tingkah. Entah harus menjelaskan atau hanya perlu diam tak perlu berkata apapun pada Mega.

"Yuk Sel!" kini Mega menarik tangan Seoul menjauh dari sofa. Sejenak Seoul melirik ke arahku seakan-akan berkata "Apa aku boleh pergi?" Aku pun mengangguk ke arahnya dan menghempas kepalaku ke sandaran sofa.

Tak terpikir harus serumit ini. Mempunyai seorang istri meski aku tak tahu apa yang sebenarnya hatiku inginkan. Tak tahu apa aku harus mencintai Gina pacarku atau Seoul istriku. Maksudku, aku seperti terjebak pada pikiranku sendiri. Saat itu aku hanya berpikir inilah yang terbaik untuk aku dan Seoul.

Tak mau terlalu jauh berpikiran tentang Gina yang sudah satu tahun terakhir ini menjadi pacarku. Seoul lebih penting karena sudah hadir dan berkembang bersama denganku sejak kecil. Seoul sudah kehilangan segalanya, dia hanya memilikiku sebagai tumpuan hidupnya. Sehingga aku pikir, menikahinya, membawanya masuk ke dalam keluargaku adalah caraku menjaganya dari dunia luar.

***

Belajar hari ini akhirnya selesai. Aku yang sudah bertengger di atas motor, menunggu Seoul selesai berbicara dengan Mega yang tengah membujuknya untuk membawakan buku Sherlock Holmes koleksiku. Aku yang tak mengizinkan Mega untuk meminjamnya lantas mencibir puas wanita bertubuh berisi itu.

"Sel, Please ya. Besok gampang deh, on me!" katanya masih terus membujuk Seoul, sementara Seoul hanya senyum dan mengatakan tidak janji.

"Bawel deh!" kataku saat Mega masih mengeluh saat Seoul mengatakan tidak janji.

Mega pun tak diam saja. Dia menonjok ke arah punggungku hingga aku meringis kesakitan dan mengelus punggunggku. Seoul terlihat tertawa begitu juga Alex yang sudah ada di samping Mega.

"Ehh gendut. Kesian tuhh si Ar kesakitan!" teriak Galih dari arah teras. Dia sedang asyik mengangkat kakinya bersantai di atas kursi depan teras dan hanya memperhatikan kami dari jauh.

"Dasar kingkong!" cibir Galih dan berhasil membuat Mega mengejarnya. Melihat tingkah mereka yang kekanak-kanakan. Aku, Seoul dan Alex pun tertawa.

Kini mataku beralih pada Alex yang sedang memberikan sesuatu pada Seoul. "Ini pakai aja. Kebiasaan sih minum es mulu tiap istirahat!" ucap Alex sangat perhatian pada Seoul. Dia memberikan sebuah sapu tangan berwarna abu-abu pada wanita yang sudah duduk di jok belakang motorku.

Memang saat Seoul tak serumah denganku, Seoul selalu pulang-pergi bersama Alex. Tahu sendiri, aku juga kadang harus antar jemput Gina. Kini keadaan sudah berubah karena Seoul tinggal di rumahku. Tak ada satupun dari mereka yang tahu kalau kami sudah menikah. Kami sudah janji tak membukanya saat nanti waktunya tepat. "Iya makasih." Seoul menerimanya dan menepuk bahuku agar menjalankan motor.

MY HEARTBEAT COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang