Seoul Arabillah POV
Aku baru saja sampai di kontrakan. Dengan dibantu Alex aku turun pelan-pelan dari motor. Ar terlihat tak keberatan saat Alex melempar beberapa perhatiannya juga padaku. Bagiku pun selama itu masih seperti teman biasa. Semuanya pasti akan baik-baik saja.
Jujur saja aku memang tak sungguhan ingin cerai dengannya. Itu hanya sebuah peringatan saja untuknya agar berubah. Dia tak bisa seperti ini terus, karena nantinya dia akan menjadi imam dari keluarga kecil kami. Tidak bisa semua hal yang dia inginkan datang begitu saja.
Kalau saja dia tidak kurangi bagaimana keras kepalanya. Kami tak akan pernah bisa menjadi pasangan yang saling mengerti. Karena aku sendiri pun sangat keras kepala. Kalau saja kami sama-sama keras kepala, bagaimana nanti dengan keluarga kecil kami.
"Maaf ya aku tinggal." Ar berdiri di depan kaca seraya merapikan potongan rambutnya. Memang sedikit sudah agak gondrong, tapi bagiku dia tetap yang tertampan.
"Kamu mau latihan lagi?" tanyaku saat beberapa menit yang lalu dia bilang akan latihan futsal di dekat sekolah. Ya tak masalah sih aku ditinggal sendirian, tapi entah kenapa aku ingin bersama dengannya malam ini.
"Iyah kan pertandingannya udah dekat banget. Tinggal 5 hari lagi nih," katanya mengingat besok hari minggu dan kami akan ada UN di hari senin.
"Hmmm yaudah hati-hati," kataku seraya menyerahkan tasnya yang berisi minuman dan perlengkapan lainnya yang seperti biasa dia bawa. Mungkin seperti gel rambut agar dia tetap tampan sebelum dan sesudah dia bermain hihihi.
"Kamu enggak apa-apa kan aku tinggal," kata Ar seraya menerima uluranku. Dia berdiri dihadapanku dan mengecup keningku.
"Hmm enggak apa=apa sih, tapi aku lapar," kataku mengingat memang aku belum bisa masak. Maksudku belum bisa berdiri di depan kompor lama-lama.
"Ouh ya. Aku beliin dulu deh di depan," katanya seraya mengacak rambutku dan pergi meninggalkanku. Aku berjalan menghampiri jendela rumahku dengan tongkat. Kulihat Ar melemparkan tasnya ke kursi di sebelah kemudinya.
Aku tertawa pelan saat berpikir bahwa mempunyai suami yang memiliki hati tenang lebih membuatku merasa bahagia setiap menatapnya. Ar memang terlihat seperti kekanak-kanakan, tapi entah kenapa Ar selalu berhasil membuatku sabar menghadapinya.
Kalau dia berpikir aku mencintai Alex itu salah. Kalau dia berpikir aku akan pergi dari kehidupannya pun itu salah besar. Karena pada kenyataannya, sudah 12 tahun aku bersamanya. Kami sudah mengenal sejak kecil dan saat Ar memutuskan untuk menikahiku. Aku jadi berpikir bahwa Tuhan sangat baik padaku karena jodohku ternyata tak pernah jauh.
Berpikir tentang itu saja sudah membuatku merasa bahagia sekali. Bagaimana jika nanti kami memang memiliki buah hati. Kontrakan ini mungkin tidak akan sepi lagi. Saat Ar pergi untuk bekerja pun aku tidak akan kesepian.
Aku akan menjaga anakku dan mengurus anakku hingga nanti dewasa bersama Ar. Tapi... bagaimana jika Ar meninggalkanku lebih dulu? Bagaimana jika nanti Ar meninggal? Bagaimana jika..., ah sudahlah! Aku tidak mau memikirkan itu. Aku sudah merasa senang sekarang.
Kutinggalkan jendela rumahku saat Ar sudah tidak ada di depan kontrakan kami. Mungkin dia sudah ada di depan jalan sana. Kini aku berusaha duduk di atas sofa dan menarik kalender di atas meja. Sekarang bulan April itu berarti Ar ulang tahun. Hmmm jadi tanggal berapa sekarang? Tanggal 21 April ya. Itu berarti Ar besok ulang tahun.
Huh, aku kasih apa ya kira-kira. Kue? itu pasti sih karena memang setiap kami ulang tahun. Kue pasti menjadi lambang utama untuk memperingati umur kami. Kami suka kue rasa red velvet dan itu berarti aku akan segera memesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HEARTBEAT COMPLETED
Roman d'amourIsi bab lengkap baca aja! Sahabat jadi cinta? Tapi kenapa Seoul harus menikahi sahabatnya yang sudah memiliki kekasih? Dia tak membalas ciumanku, tapi aku bisa merasakan tangan Seoul yang mencengkram tangan kiriku. Setelah kurasa dia tak bisa bernap...