Arzan Rafadinata POV
Kontrakan yang sangat sederhana, tapi begitu nyaman saat sudah dirapikan di setiap sudutnya dengan Budeh. Aku meraa senang, karena akhirnya kami akan memulai hidup baru kami. Setidaknya, ada sesuatu yang harus kami lebih rapikan selain hati kami yang masih labil. Kami sudah harus hidup mandiri tanpa Mami dan Papi.
Aku turun dari mobil sedanku. Dengan bersiul ria dan memutar kunci mobil yang berada di jari telunjukku. Namun, aku terperanjat saat melihat motor siapakah yang tengah hari bolong gini sedang ngadem di rumahku. Ya mau pura-pura bodoh pun, hatiku tak akan pernah bicara itu motor Galih. Galih mana mau naik motor. Dia selalu suka dengan mobil sportnya yang selalu buat heboh setiap pagi di sekolah.
Aku pun segera masuk ke dalam rumah. Kulihat Cleo yang baru pulang sekolah berada di sofa ruang TV. Dengan santainya dia melepas kaus kakinya dan melempar ke segala arah di ruang TV. Ya Cleo memang punya kebiasaan yang buruk. Dia anak yang sangat berantakan. Suka menaruh di mana-mana dan tak tahu lagi di mana tempat dia menaruh sebelumnya.
"Bang udah kan ya barang-barang ya?" tanya Cleo saat aku melewati ruang TV. Dia terlihat sedang melihat isi dus yang berisi TV. Fix itu TV di kamarku dan akan segera dibawa ke kontrakan.
"Udah kok tinggal bawa TV sama jemput istri gue aja," kataku dengan senyuman penuh arti. Cleo tersenyum ke arahku seraya menutup kembali kardus yang baru saja dia longok isinya.
"Ada Alex ya?" tanyaku pada Cleo yang sedang berjalan ke belakang menuju dapur.
"Iya baru beberapa menit yang lalu datang. Aku suruh aja ke atas. Dia mau nemuin pacarnya kan?" Aku melotot ke arah Cleo. Bagaimanapun Cleo akan tahu meski aku dan Seoul menutupinya. Seakan bisa mengintip urusan orang. Cleo selalu saja mengerti apa yang sedang terjadi di antara kami.
"Kenapa lo suruh ke atas?" tanyaku kesal. "Gimana kalau Seoul lagi tidur?"
"Ya udah dia juga bakal balik lagi kalau Kak Seoul tidur. Emang lo kira dia mau ngapain?" tanya Cleo dengan santai kembali lagi ke ruang TV dengan segelas air dingin yang langsung dia teguk dan mengeluarkan dahaknya yang tak menggambarkan wanita anggun sedikit pun. Berbeda dengan Seoul yang selalu menjadi wanita yang indah setiap aku tatap.
"Ck! Awas ya kalau dia macam-macam sama istri gue. Lo bakal gue macam-macamin dah!" ucapku mengancam seraya berjalan menuju lantai atas. Kudengar dari kejauhan Cleo mendengus kesal.
"Lo yang gue macem-macemin. Berani lo sama anak silat," katanya GALAK! Dengan sedikit berlari kecil aku pun menaiki tangga menuju lantai dua.
Kulihat kamar Seoul yang terbuka. Itu tandanya Alex ada di dalam bersama Seoul. Saat aku berjalan pelan ke arah kamar Seoul. Samar-samar aku mendengar suara mereka yang sedang berbicara serius.
"Aku senang karena setidaknya kamu pernah mencoba membuatku bahagia meski hanya hitungan hari. Menururtku, kebahagian yang kamu kasih ke aku enggak akan pernah bisa aku hitung dengan jari."
Aku menguping di ambang pintu tak mau merusak suasana mereka. Akan kubiarkan Alex yang melepas Seoul lebih dulu.
"Setiap kamu tersenyum karenaku itu adalah kebahagian untukku sendiri."
Bullshit. Aku tahu itu hanya cara dia agar Seoul merasa semakin bersalah karena sudah menerimanya saat dia mempunyai status denganku.
"Aku harap hubungan ini gak berakhir hari ini." Aku jauh lebih terkejut saat mendengar itu. Alex dia brengsek! Aku hampir saja menghampiri mereka jika saja tidak ada tangan yang menahanku. Cleo menahanku dan menepuk bahuku.
"Udah Bang dengerin aja dulu. Dia pasti punya alasan. Gue yakin Kak Alex enggak seburuk yang ada dipikiran lo." Aku pun menuruti kemauan Cleo. Kubiarkan mereka terus bercakap-cakap.
"Tapi Lex, aku enggak bi-" Seoul menyangkal hubungan yang Alex inginkan, tapi Alex terlihat tak terima.
"Please Sel! Stay with me just as long UN ends dan setelahnya aku akan segera sibuk mengurus kuliahku di luar negeri. Aku enggak akan..." Lalu suara Alex mulai teredam, aku tidak begitu mendengarnya.
Keluarga Negeri? Apa dia tak berbohong? Bagaimana kalau dia tidak ke luar negeri sungguhan. Dia pasti sedang menarik hati Seoul agar tetap bersamanya.
"Okey sampai UN selesai dan setelahnya. Kamu akan memaafkanku kan?" ungkap Seoul membuatku semakin terperangah.
Tanganku sudah terkepal ingin menghampiri mereka, tapi Cleo selalu menahanku. Aku lihat Seoul tersenyum lebar ke arah Alex. Seperti tanpa beban. Aku pun merasa seperti tengah dikhianati dengan Seoul.
"Ya aku akan memafkanmu dan memaafkan Ar yang udah buat wajahku babak belur seperti ini," ucap Alex seraya terkekeh. Dibalas dengan kekehan Seoul yang menurutku itu tidak lucu sama sekali.
Heii brengsek! Kau kira aku akan memaafkanmu! Kau merebut istirku!
"Sel Makasih," ucap Alex engan menepuk kepala Seoul. Aku sungguh tak menyukainya.
Akan tetapi aku segera berjalan meninggalkan kamar Seoul agar tidak ketahuan tengah menguping. Cleo yang dari tadi memegangiku langsung aku tepis pegangannya. Bagaimana tak marah setelah Seoul memberi kesempatan lagi untuk Alex. Apa hati wanita itu terlau baik hingga tak berani melukai hati seseorang demi membahagiakan hati orang yang lainnya?
Brak!
Kubanting pintu kamarku. Cleo terdengar memanggil namaku. "Abang, ishhh!" Dia membuka pintu kamarku tanpa seizinku. Dia menempatkan posisinya di samping aku yang sedang mengontrol amarah yang sudah membara di dadaku.
"Itu kan cuman samapi UN Bang Setelahnya Kak Seoul akan bareng lo!" Aku menghela napas beratku sejenak. Kesal tak mengerti pemikiran seorang wanita itu sebenarnya ingin bagaimana.
"Lo yang bilang untuk pertahanin Seoul agar dia enggak jatuh cinta sama Alex, tapi kalau begini caranya gue enggak yakin semuanya akan baik-baik aja!"
Cleo terlihat sangat kaget melihat reaksiku. Dia berdiri di hadapanku dan bertolak pinggang. "Ya elonya juga masih kekanak-kanakan juga sih. Coba cari jalan lain biar Kak Seoul bisa nuntasin permintaan Kak Alex, tapi dia tetap bertahan untuk lo selamanya," ucap Cleo dengan amarahnya. Aku yakin kalau suara kami bisa terdengar mereka berdua di luar.
"Kalau gue diposisi Kak Seoul juga enggak akan bisa nolak permintaan Kak Alex. Lo tahu kenapa?"
Aku mengangkat bahuku jelas saja aku tidak tahu karena aku bukan wanita.
"Membuat bahagia orang lain itu seperti kita melakukan sebuah kebaikan yang enggak ada duanya di dunia ini apalagi untuk orang yang meminta secara langsung kebahagian itu sendiri. Apalagi Kak Alex juga selalu baik sama Kak Seoul."
"Tapi Le gue enggak yakin dengan Ales. Gimana kalau itu hanya jebakan supaya Seoul semakin jatuh cinta sama dia? Gimana jadinya kalau nanti dia enggak ke luar negeri dan tetap memperkeruh hubungan kita berdua." Aku kekeuh dengan pendirianku. Alex pasti punya niat terselubung di balik ini semua.
"Bukannya dia sahabat lo? Sejahat apapun orang sama kita, tapi kalau dia udah lama bareng sama lo. Lo pasti tahu mana yang busuk beneran dan mana yang busuk bohongan. Gue yakin lo bisa nilai sahabat lo sendiri bagaimana."
Kesekian kalinya aku termenung mendengar penjelasan lain dari kata-kata Cleo. Cleo selalu berhasil memandang orang dari segala sisi, tapi meski kami bersaudara. Tak ada satupun sesuatu yang bisa kunilai dengan positif. Entah kenapa pemikiranku benar-benar full akan hal yang negatif saat memikirkan hubungan ini.
Kuhela napasku lagi dengan susah payah. Meski aku mengerti apa yang Cleo maksud, tapi tetap saja aku berhak marah dengan hal ini. Aku juga jauh berhak mempertahankan hubunganku dengan Seoul. Setidaknya aku harus mempunyai benteng yang kuat untuk menjaga Seoul agar tak berganti haluan jadi mencintai Alex.
Mau itu Cleo bicara berbusa bagaimana jati diri Alex. Aku tetap tak bisa menilai diri Alex dengan positif. Bagiku saat ini, Alex adalah laki-laki brengsek yang sedang berani mematahkan kepercayaan rasa cinta Seoul terhadap suaminya. Lihat saja Alex! Aku akan membuat Seoul tetap bertahan denganku. Karena segalanya akan aku lakukan agar istriku tetap di sisiku.
***
Thursday 26 May 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
MY HEARTBEAT COMPLETED
RomanceIsi bab lengkap baca aja! Sahabat jadi cinta? Tapi kenapa Seoul harus menikahi sahabatnya yang sudah memiliki kekasih? Dia tak membalas ciumanku, tapi aku bisa merasakan tangan Seoul yang mencengkram tangan kiriku. Setelah kurasa dia tak bisa bernap...