Chapter 29: Never End

5.8K 401 14
                                    




Seoul Arabillah POV

Kandunganku mulai terlihat membesar. Sekarang usia kandungannya sudah mencapai 7 bulan dan Mami selalu saja bawel meminta kami segera pindah ke rumah. Sebenarnya aku sih terserah saja dengan Ar, tapi Ar terlihat enggan. Dia sangat sibuk dengan pekerjaan serabutannya. Setiap hari selalu saja tak punya waktu yang banyak untuk bersama denganku.

Sekalinya dia ada di rumah sejak maghrib pun itu karena dia punya tugas. Dia sibuk dengan pekerjaan kuliahnya, menjaga warnet dan juga mengajar futsal. Bagiku dia terlalu bersemangat. Seperti yang pernah dia bilang kalau dia akan bekerja keras dan itu membuat dia tak mau bergantung dengan orang tuanya.

Tapi karena Ar terlalu sibuk, kami selalu saja dapat buronan telpon dari orang tuanya. Kalau saja Ar tidak menjawab telponnya, pasti mereka menelpon aku. Mereka bilang kalau Ar tak perlu berlebihan bekerja, apalagi di usianya yang masih sangat muda. Dia juga sibuk kuliah dan aku juga disibukkan dengan pekerjaan dari toko butik Tante Fika.

Ar juga pernah bilang kalau dia akan membiayai persalinannya sendiri tanpa membebani Mami dan Papi. Mungkin hal itu yang membuatku juga tak mau rewel menjadi seorang ibu hamil yang terkadang mengidam. Aku selalu berusaha mencari apa yang aku inginkan tanpa bantuan Ar. Mungkin sesekali Ar hanya membantuku untuk membeli susu ibu hamil. Terkadang juga dia bertanya apa mauku, tapi aku bilang aku tidak mau apa-apa. Aku tak ingin membuatnya lelah juga.

Tapi entah kenapa malam ini aku benar-benar ingin Ar melepas tugas-tugas kuliahnya. Aku ingin dia hanya berbagi ceritanya denganku selama aku hamil ini. Sudah lama kami tak bercerita. Tak bersenda gurau karena kesibukan Ar. Aku ingin mendengar sedikit ceritanya agar aku tak terlalu selalu memperhatikannya dari jauh.

Dia memang masih sama seperti yang dulu. Dia selalu menciumku saat akan pergi dan pulang ke rumah, tapi entah kenapa aku selalu merasa Ar sangat sibuk. Amat sangat sibuk hingga aku saja tak bisa menyentuhnya lebih. Aku selalu ingin menangis di saat-saat Ar meninggalkanku ingin bekerja atau berangkat kuliah.

Mungkin ini perasaan ibu hamil yang terlalu sensitif, tapi itu yang aku rasakan. Di lubuk hatiku pun selalu berteriak-teriak ingin Ar manja atau apapun itu. Namun, aku selalu melihat wajah kelelahan Ar. Aku tak tega juga. Jadi, aku selalu menutupi semuanya dari Ar bahwa aku ingin bicara, kalau aku sangat butuh quality time-nya denganku. Hanya untuk semalaman ini saja, tapi kenapa terasa berat untuk mengatakannya.

Ar bersandar di sofa seraya meminum teh hangat yang aku buatkan saat sebelum aku berpura-pura tidur. Kupandangi dia dari jauh agar dia tak tahu kalau aku belum tidur. Teh hangat yang hanya sebagai formalitas bahwa aku sangat peduli dengannya, selalu dia sesap tanpa asap yang mengepul, karena mungkin airnya sudah dingin. Kami selalu seperti ini setiap hari.

Kini mata Ar hanya berfokus pada laptopnya. Dia menunggu laptopnya muncul beberapa icon yang dia inginkan. Rambutnya terlihat basah dan dia hanya memakai boxernya tanpa memakai baju. Aku tahu dikontrakan ini pasti dia kegerahan, terkadang bau-bau asap dari tetangga pun mengganggu kami. Beruntung Ar tak pernah merokok sejak dulu. Jadi, aku pun tak perlu khawatir dengan sesaknya dalam kontrakan dengan asap yang mengepul dari sebuah rokok.

Sebenarnya, kami punya sedikit masalah. Hmmm kau tahu Gina itu muncul lagi di kehidupan kami. Ar bilang kalau Gina masih dengan Bagas, tapi waktu itu aku pernah sedikit terluka. Ceritanya sangat singkat tapi berhasil menyebabkan kesunyian dalam 2 bulan ini. Kami jadi seperti mengalami kelabilan lagi dan aku seperti tak bisa memecahkan keheningan seperti ini.

Jadi, waktu itu aku menunggu Ar hingga pukul setengah 9 malam. Ar belum juga pulang dan aku ketiduran. Saat mobil Ar datang, aku mendengarnya dan segera keluar menyambutnya. Dia tersenyum ke arahku dan mencium keningku.

MY HEARTBEAT COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang