Arzan Rafadinata POV
Kuhela napas beratku. Terasa terbakar amarahku dan aku tak bisa mengendalikan gerakan kasarku yang akhirnya melukai bahu Seoul. Tampak segurat kesedihan di wajah Seoul yang sedang istirahat.
Beberapa jam yang lalu aku meninggalkannya. Aku bercerita pada Cleo dan Cleo marah denganku. Setelahnya aku mendapat peringatan dari Papi agar tak usah menemui Seoul lagi, yang mungkin dapat informasi dari Cleo.
Aku memang mengatakan "iya" pada Papi. Namun, karena Papi sedang ke luar negeri aku jadi tak membatasi peringatan Papi. Aku malah kembali melihat keadaan Seoul yang masih belum digantikan bajunya yang robek karenaku. Akhirnya aku meminta pada suster untuk menggantikannya, tapi suster hanya memberikan padaku baju itu karena tak enak Seoul masih tidur tenang.
Kutatap wajahnya yang tenang berlarut dalam mimpinya. Mungkin Tuhan mengirimkan rasa yang serba salah untukku. Baru saja aku memperlakukannya kasar, tapi sekarang hatiku malah terenyuh karena melihat luka yang bersarang ulah kuku panjangku.
Aku menyesal melakukan itu. Aku benar-benar khilaf karena sudah berbuat kasar padanya. Tak seharusnya aku melakukan itu dan tak seharusnya dia mendapatkan kata-kata juga perlakuan kasar dariku.
Sekarang, aku bimbang. Apa mungkin sebaiknya aku saja yang menggantikan baju untuknya. Toh, aku sudah menjadi suaminya. Tak apa juga membantu istriku mengganti bajunya.
Kusingkirkan kerudungnya perlahan melepas dari kepalanya. Rambutnya terlihat berantakan dan cukup banyak keringat yang menumpuk di dahinya. Kuseka sejenak meski dia menggeliat dari tidurnya.
Entah ada apa denganku sekarang ini. Perasaan yang terkadang menguap menjadi kebencian dan perasaan yang berubah menjadi suatu rasa bersalah yang besar karena aku tak memperlakukannya dengan baik.
Aku takut! Saat itu Cleo bilang wanita mana pun tak akan ada yang mau dikasari sekalipun itu Mami yang memiliki tingkat kesabaran yang besar. Ya jangankan seorang wanita. Aku pun tak mau dikasari, karena itu kata-kata Cleo membuatku terus berpikir. Apa aku sungguh keterlaluan? Lalu apa Seoul akan memaafkanku, setelah apa yang aku lakukan.
Kubuka kancing Seoul yang paling teratas. Semakin lama semakin turun hingga aku bisa lihat tanktop berwarna coklat gelap menutupi tubuhnya. Kutelan salivaku perlahan. Jika nanti kami terus menjadi pasangan suami-istri yang cukup siap melakukan hubungan intim. Aku pasti halal menyentuh setiap ujung yang ada di tubuhnya, lantas mana mungkin aku bisa mengabaikan kelembutan hatinya.
Mungkin aku salah besar menyalahkannya. Aku pantas dia benci, karena aku malah menyalahkannya atas kecelakaan ini. Padahal Seoul sangat merasa bersalah atas kejadian kecelakaan ini. Setelah perlahan aku memakaikan baju yang baru untuknya. Aku pun menyisir rambutnya dengan sela-sela jariku. Rambutnya sangat lembut dan hanya aku yang pastinya bisa menyentuh rambutnya.
Tok! Tok!
Seseorang mengetuk pintu ruangan Seoul. Aku lihat Cleo muncul dari balik pintu. Dia seperti masih marah denganku dan hanya menatapku kesal seraya masuk ke dalam ruangan.
"Ada Kak Gina. Dia lagi jenguk Vanilla. Nanti katanya mau lihat Kak Seoul juga," ungkapnya dan aku mengangguk. Membenarkan letak kerudung Seoul seperti semula karena aku tahu Seoul tak akan memberi kesempatan pada siapapun untuk melihat rambutnya. Dia begitu pemalu dan menjaga kehormatannya.
"Bang please! jangan buat Kak Seoul sakit lagi lihat Abang sama Kak Gina. Mending Abang jangan di sini Bang," katanya membuatku menundukkan kepala dan menghela napasku. Mengiyakan. Padahal sejak kemarin aku pun belum bertemu Gina.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HEARTBEAT COMPLETED
Storie d'amoreIsi bab lengkap baca aja! Sahabat jadi cinta? Tapi kenapa Seoul harus menikahi sahabatnya yang sudah memiliki kekasih? Dia tak membalas ciumanku, tapi aku bisa merasakan tangan Seoul yang mencengkram tangan kiriku. Setelah kurasa dia tak bisa bernap...