9

2.2K 144 18
                                    



Mulai serius,

tapi nggak tau juga ya nyampe nggak feelnya ke ente-ente semua.

Maaf kalo aneh... 

""Chekidot"""

""Spesial kinju moment""

Aku bersedekap dan menyandarkan diri di depan pintu kamar sambil memperhatikan gerak gerik kesayanganku yang tengah terduduk di pinggir ranjang.

Sesekali tampak ia meringis sambil mengipas -ngipaskan tangannya ke arah lututnya yang kini terbalut perban.

Lucu sekali kesayangnku itu, wajahnya begitu menggemaskan kala ia memuncungkan bibir ranumnya mencoba meniup kedua lututnya agar perih yang ia derita sedikit berkurang.

"Hi hi hi "

aku terkekeh geli akan prilakunya. Apakah sesakit itu?  Padahal,  Lecetnya cuman sedkit.  Tapi memang dasar kinalku saja yang terlalu manja.

Aku megeleng pelan dan tersenyum tipis.

Tingkahnya sungguh membuat ku gemes.

Sedari tadi mataku tak pernah lepas dari sosoknya yang begitu membuatku terpesona.

Entahlah, aku sendiri bingung akan diriku yang begitu mengagumi sosok makhluk manis nan manja itu.
Pernah ku coba menepis rasa yang mnyelusup jiwa akan terbuai pesonanya.  Namun semakin aku menepisnya semakin rasa itu nyata.

Bahkan aku pernah mencoba untuk menjauhinya dan mencoba membunuh rasa ingin memilikinya.
Namun aku gagal total,  bukannya menghilang rasa itu malah tumbuh subur membelukar.

"Huff" aku menghela nafas lelah
Lelah akan rasa yang selama ini kusimpan diam-diam.

Tuhan rasa ini salah, namun aku tak mampu untuk menepisnya,  aku sudah berusaha namun aku gagal dan kini aku semakin gila akan sosok dirinya.
Aku tak pernah meminta untuk jatuh hati padanya, namun apa dayaku sebagai manusia biasa ketika hati telah memilih dan cinta telah berlabuh meski di dermaga yang salah, sungguh sulit untuk aku berbalik arah.

Dan kini aku hanya pasrah membiarkan diri menikmati kesalahan yang membuat ku resah dan hilang arah.
Sungguh Aku menikmati setiap tetes dosa termanis yang mengalir  memudarkan dahaga jiwa akan cinta yang hanya kudapatkan dari dirinya.

Ku langkahkan kaki ini menuju dia yang masih dengan kegiatannya. Perlahan aku berjongkok  tepat di depannya. Ia tampak sedikit kaget akan perlakuannku.  Namun ku abaikan tatapan penuh tanyanya itu

Perlahan ku letakkan tanganku di atas lututnya dan "chup" entah lah dapat keberanian dari mana aku sehingga aku berani mencium lembut lututnya yang terbalut perban secara bergantian.

"E e eh" ia semakin kaget akan aksi ku.  Namun aku mencoba mengabaikannya karna sejujurnya aku mencoba menahan degup jantung ku yang seakan berlomba.  Sudah saat nya bagiku untuk perlahan-lahan memberikan ia sinyal akan rasaku.  Namun aku sedikit ragu, karna aku tau akan kepolosan kesayangnku ini dan ketakpekaannya yang luar binasa??. Namun tak apa setidaknya aku telah mencoba. akan ku pakai operator terbaik dunia namun jika ia masih saja tak peka maka akan ku bangun tower saja di hatinya.

"dulu waktu aku kecil aku sering banget luka lecet kayak gini, dan setiap aku luka mamaku slalu mencium lukaku biar cepat sembuh katanya. "  entah kalimat siapa yang sukses ku copy paste.  namun setidak nya kalimat itu cukup menjadi alasan ku akan tindakanku yang memang terinspirasi dari ff yang pernah ku baca. 

Ia masih terdiam karna kaget mungkin, dengan posisi yang masih berjongkok di depannya perlahan ku donggakkan wajah ku menatap wajahnya dan" deg" mata teduh itu sukses membuat ku terpaku, tatapan lembut itu membuat ku serasa terhipnotis dan seakan ia mampu menembus hingga kerelung hatiku yang paling dalam. Lagi aku terpesona dan jatuh sejatuh-jatuhnya.

  Sungguh mata itu seakan membawaku pada dimensi lain yang membuat ku tak ingin lepas dan dengan pasrah tenggelam dalam lautan teduhnya.

Perlahan ku rasakan ada tangan yang membelai wajah ku lembut.
Terdiam aku menikmati usapan lembut tangan yang ku tau itu tangan kesayangan ku, ada rasa yamg membuncah dalam dada ku di saat ia mencoba menyelipkan anak rambut di antara kupingku.  Lagi kurasakan ia yang kini mencoba merapaikan poni miringku. Masih dengan keterdiaman ia mengusap pelan pipiku,   Ku pejamkan mata ini menikmati desiran aneh yang memenuhi sekujur tubuhku. SUngguh aku bahagia kinal..  Sungguh.

perlahan kurasa kedua tangannya menangkup wajahku.
"Nju" ia memanggil namaku lirih

"Hmmm"  hanya itu yang mampu keluar dari bibirku saat ini karena aku yang masih menikmati lembut dan hangatnya sentuhan tangan seseorang yang amat aku cintai yang semenjak dulu ingin ku rasakan.

"Makasih ya udah baik banget sama aku,  aku nggak tau gimana hidup aku jika kamu nggak ada buat ngurusin aku.
Maaf selalu merepotkan mu, maaf slalu membuat mu kesal dan marah, maaf slalu membuat mu khawatir maaf..  Jangan pernah tinggalin aku ya nju"

Ucapan lirihnya yang cukup panjang lebar dengan nada yang sedikit bergetar namun terdengar begitu tulus  membut ku begitu tersentuh dan kontan merubah susana menjadi sedikit melow,    seketika tanpa ku minta air mata jatuh berurai membasahi kedua pipiku.

"Ssstt Nju pleas jangan nangis"pintanya memohon dan mengusap lelehan air mata yang masih mengalir dipipi mulusku.

Aku mengangguk pelan dan perlahan membuka mata, kini dapat ku lihat jelas ia yang juga tampak menangis.  Ku usap perlahan air matanya dan tersenyum lembut padanya dan entah dapat keberanian dari mana seketika aku telah pun memeluk erat tubuh atletisnya.

Kepejamkan mata ini menghirup dalam aroma tubuhnya yang begitu menenangkan. Tak perduli jika Kinal bingung akan perlakuan ku yang tiba-tiba saja memeluknya erat dan sedikt posesif  setidak lnya untuk saat ini biarkan aku memeluk mu Kinal, biarkan aku menyampaikan rasa yang selama ini kupendam,  biarkan aku meniknati hangat tubuhmu malam ini. Biarkan, ku mohon.
Ada takut yang menyelinap akan kehilangan dirinya.  Apalagi saat ini aku mengetahui bukan hanya aku yang mempunyai rasa yang lebih bahkan ingin memiliki dirinya. 

Perlahan kurasakan kinal membalas pelukanku lembut,  aku tersenyum senang dan merasa tenang setidaknya kinal tak menolak pelukanku. 

"Njuu kita kok kayak teletubis ya pelukan kayak gini, malah tadi pake acara nangis berjamaah lagi"

ucapan polosnya membuat ku terkekeh kecil dan perlahan meski tak rela aku melepaskan pelukanku padanya.

"Salah siapa coba?  Kamu kan yang mulai melow-melow  sok sedih gitu ngomongnya" aku menjawil pelan hidungnya

"Yeee yang duluan nangis siapa,?  Aku mah cuman ikut-ikutan aja nangisnya biar kekinian hehe. "

"ck Kinaall"

Aku menatap kesal ke arahnya yang kini memamerkan cengiran idiotnya. Dasar emang si Kinal perusak suasana udah bener ini momentnya melow bin galau eh malah di becandaain.  Aku hnya memutar mata malas menanggapi candaannya.

"Tidur yuk Nju udah ngntuk nih  hoaamm" kinal menguap lebar pertanda kantuk telah menyapanya.

Ku lirik jam dinding yang terpampang nyata di dinding kamar ku dan ternyata sudah cukup larut malam.

Aku mengangguk meng iyakan ajakan nya,  perlahan aku bangkit dari duduk ku dan berpindah ke sisi kiri Kinal Yang telah pun merebahkan tubuhnya. 

Kututup tubuhnya dengan selimut Elsa kesayangannya sampai sebatas dada, ku usap perlahan rambut halus miliknya kebiasaan yang slalu kulakukan agar kinal cepat tertidur dan kinal tak akan bisa tidur jika ritual ini tak kulakukan. Aku tersenyum lembut di saat mata kinal perlahan menutup. 

" Chup"

ku daratkan ciuman lembut penuh kasih sayang tepat di keningnya berusaha menyampaikan rasa lewat kecupan singkat ku padanya. Ku rebahkan tubuh ini tepat di sampingnya dan memeluk tubuh tegapnya.

Lirih aku berbisik... 

"Good night dear,  i love you"

-------------------------------------------------------------------------------------------

Bukan Salah Mu (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang