26

1.8K 119 68
                                    

" Kinal kamu kenapa? Masih mikirin Shania? "

Lembut aku bertanya pada sosok dirimu yang saat ini tengah berdiri termenung di balkon kamarku menatap kosong kearah langit senja. Perlahan aku melingkarkan kedua tanganku memeluk perut ratamu. Mendekap tubuhmu erat dari belakang.

Ku cium lembut punggung lebar mu lalu menempelkan pipiku di sana dan mempererat pelukanku , tak peduli jika saat ini kau bisa merasakan debar jantungku yang berdetak bak tabuhan genderang perang. Ku biarkan kau merasakannya.

"Rasakan Nal rasakan efek dirimu padaku. "

Kau masih diam tak menjawab pertanyaanku tapi aku tau jawabanmu. Jawaban yang membuat dadaku sesak.

Ku pejamkan mataku kuat mencoba meredam rasa cemburu yang merasuk hatiku.

Bagaimana aku tak cemburu. Kau Kinalku,  kekasihku dan saat ini ragamu di pelukaknku sedangkan fikiranmu memikirkan sosok wanita lain. Apalagi sosok wanita itu tak lain adalah Shania.

Akhh..

Rasanya perih sungguh perih.Meski kau bilang Shania hanya sahabat untukmu tak lebih,  tapi entah mengapa aku sedikit ragu. Ragu akan perasaanmu.

Apakah benar kamu hanya menganggap Shania sebagai sahabat mu?

Ataukah ada rasa yang belum kau sadari selama ini untuk Shania?

Rasa lebih pada seorang sahabt?

Tidak tidak. Shania hanya sebatas sahabat untukmu tak lebih dan tak boleh lebih. Dan jika benar iya, maka aku akan berusaha membuat kamu untuk tak menyadari rasa itu atau bahkan melupakan dan membuat rasa lebih itu hilang dari hatimu Meski tak mudah tapi aku tak akan menyerah..

Aku jahat? Aku egois?

Biarlah. Aku tak peduli.Kurasa aku tak salah. Apalagi dengan status kita saat ini. Aku hanya berusaha mempertahankan apa yang sudah jadi milikku. Apa itu salah?  Tidak,  Bukan?

Kau milikku dan selamanya akan jadi milikku.

"I love you Nal,  i love you" lirihku. Kembali ku cium lembut punggung lebarmu.. Ku tunggu balasan kata dari bibirmu. Tapi kamu masih diam membuat ku kalut dan tak tenang serta takut.

"Jawab Nal. Jawab. Meski satu kata saja ku mohon" batinku

Perlahan kurasakan kamu melepaskan pelukan tanganku di perutmu dan berbalik menghadapku.. Menatap wajahku yang sendu.. Menanti jawaban kata yang tak kunjung kau ungkapkan padaku.. Mata teduhmu mengunci mataku tapi entah kenapa kilat matamu terasa berbeda..

Ada hampa dan kekosongn di sana

dan kehilangan?

Tapi karena apa? Bukan kah ada aku disini? 

Apakah rasa hampa dan kosong itu tak bisa ku isi?. Dan apakah kehilangn itu untuk Shania?.

Iya Shania.

Shania yang kau bilang saat ini menjauhimu dan menjaga jarak denganmu sejak kejadian malam itu. Malam dimana Shania mengetahui segalanya. Dan hal itu yang menjadi beban pikiranmu saat ini. Dan semalam dengan berurai air mata kau mendatangiku. Mengadu padaku bahwa kau bertengkar dengannya, pertengkaran pertama setelah sekian tahun kalian bersama. Dan kau bilang Shania jahat padamu. Jahat entah karena apa aku tak tau,  karena kau tak mau bicarakan itu. Hanya isakmu yang kau bagi denganku.

Kau tau Nal? . Semalam aku merasa perih, sakit.Dan merasa bersalah. Merasa berslah karena ulahku yang dengan egoisnya memperlihatkan padanya bahwa kau milikku.

Dan semalam kau menangis karenanya, karena dia yang menjauh.

Dan hingga hari ini kabut sendu masih menghiasi wajah mu.

Sekehilangn itu kah kamu.?

Hingga membuat teduh matamu kini kelabu?

Sepenting itukah dia Nal??

Tidak. Tidak. Ku mohon. Ku mohon Nal berhentilah memikirkan Shania. Lihat aku di sini. Aku yang saat ini adalah kekasihmu dan aku sangat mencintaimu, sangat.

Dan ku mohon Nal, hilangkan rasa kehilanganmu itu dan jadikan aku pengisi ruang kosong hatimu, ku mohon.

"Me too" ujarmu lembut dan tersenyum manis padaku. Senyum mu itu apakah bukan semu?.  Tuluskah ucapan itu dari hatimu?

"Deg"

Kenapa?. Kenapa hati ini terasa perih?. Bukankah harusnya aku bahagia? Bahagia karena ucapanmu?.  Jawaban yang ku nanti sejak tadi. Tapi kenapa hati ini terasa berbeda?. Kenapa ada rasa kecewa?. Dan entah sejak kapan tiba-tiba saja pipi ku telah basah. Basah karena air mata yng mengalir tanpa ku sadari.

Ini air mata apa?? Harukah?? Atau kecewakah??

Wjah mu berubah heran. Segera kau menangkup wajahku dan meyeka air mataku. Tak ada pelukan. Harusnya kau memelukku Nal. Air mataku kian tumpah dan membuatmu semangkin bingung.

"Maaf Ve aku salah ngomong ya? " ujarmu merasa berslah.
ku gelengkan kepalaku dan segera ku peluk tubuhmu erat begitu erat. Aku tak sanggup Nal jika harus kehilanganmu.

Aku Menenggelamkan wajahku di dadamu. Ku rasakan kau membalas pelukanku Dan mengusap punggungku lembut mencoba menenangkanku.

"Ve, kamu kenapa kok nangis. Aku salah ya? " tanya mu lagi..
Aku menggelengkan kepalaku di pelukamu.. Tidak Nal bukan kamu yang salah tapi aku.

"Makasih Nal" lirihku dan melepaskan pelukanku. Kutatap mata teduh mu yang membuatku gila. Keningmu mengkerut pertanda kau merasa heran karena ucapanku. 

"Makasih karena memberiku kesempatan untuk memilikimu" ujarku mantap menatap lekat matamu

Kau terdiam namun tak ada lagi kerutan heran di keningmu.  Perlahan garis senyum terukir di bibir tipismu dan mengangguk pelan menjawab ungkapanku padamu.

Liatlah Nal begitu polosnya dirimu hingga tanpa sadarmu membuatku gila karnamu.

Tersenyum aku melihat wajahmu saat ini,  meski takku pungkiri masih ada rasa bimbang di hati

Perlahan rasa kecewa yang tadi sempat kurasakan memudar.

Kesmpatan ini tak akan ku sia-siakan Nal,  tak akan..

Mungkin saat ini fikiranmu masih berbagi dan hatimu masih tak seutuhnya ku miliki tapi tak apa.

Aku tak akan menyerah.

Daan maaf jika cara ku salah.

Aku hnya tak bisa kehilangn mu Nal..

Tak bisa..

Tak akan ku biarkan dia merebutmu dari ku..

Tak akan ku beri kesempatan walau hanya sesaat untuknya memasuki hatimu.Tak akan.

Aku egois??

Iya!

Karena bukankah terkadang kita harus egois untuk bahagia?

Dan bahagiaku itu kamu.

Maka maafkan aku atas keegoisanku..

Maaf.







------------------------------------------------------------------------------------------------

Bukan Salah Mu (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang