Zen masih tetap menggandeng tangan Sasi dan mejauh dari keramaian kota Guangzhou itu.
Sasi hanya diam dan berusaha menenangkan jantungnya yang terus berdegup kencang.
"Kenapa diam?'' Zen mengerutkan alisnya.
Sasi kemudian melirik ke arah tangan mereka yang saling bergandengan.
"Ah! Maaf!'' Zen langsung melepaskan tangan Sasi dan salah tingkah.
Sasi sedikit kecewa karena Zen melepaskannya, tapi ia juga tersenyum geli melihat Zen salah tingkah karenanya.
Mereka terus berjalan hingga melewati daerah pertokoan.
"Tadi pasar.. sekarang pertokoan..'' gumam Sasi tanpa sadar.
Zen mendengarnya dan tak bisa menahan senyumannya.
"Kenapa kau tersenyum?'' Sasi bingung.
"Ah tidak.. kenapa ya aku tersenyum?'' Zen bertanya pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba Zen terpaku pada sebuah toko handphone yang cukup besar dan langsung masuk tanpa mengajak Sasi.
Sasi hanya diam dan terus mengikuti Zen.
Zen berbicara pada salah satu pegawai dalam bahasa china dan pegawai itu langsung memberikan sebuah kotak yang berisi handphone.
"Kemarilah..'' Zen memanggil Sasi.
"Kau suka warna apa?'' Zen menunjuk ke beberapa handphone yang berada di etalase.
"Hmmmm. Putih.'' Jawab Sasi.
Lalu Zen berbicara lagi pada si pegawai dan pegawai itu memberikan 2 kotak handphone pada Zen.
"Untukmu.'' Zen memberikan satu kotak pada Sasi.
"Hmm?'' Sasi menunjuk dirinya sendiri.
"Iya.'' Zen tersenyum.
"Kenapa?'' Sasi mengambilnya dengan ragu.
"Hpku sepertinya tak bisa dipakai lagi.'' Zen mengeluarkan hp lamanya dari sakunya.
Terlihat hpnya retak.
"Sepertinya karena terjatuh saat kita bersembunyi tadi.''"Terus?'' Sasi tak mengerti arah pembicaraan Zen.
"Yah, aku hanya ingin sekalian membelikanmu saja. Kau tak punya hp kan? Akan susah menghubungimu nantinya.'' Zen menggaruk tengkuknya.
"Ahhh... begitu..'' Sasi tersenyum.
"Kalau begitu terimakasih, aku akan menjaganya baik-baik.Zen tersenyum lalu tanpa sadar tangannya bergerak ke kepala Sasi dan mengacak-acak rambutnya sambil tersenyum.
Deg!
Sasi berusaha menghilangkan kegugupannya dengan tersenyum juga.
Tiba-tiba handphone Zen berbunyi hingga beberapa kali.
"Mereka menyuruh kita untuk menyusul.'' Zen menunjukkan pesan yang dikirim Merry.
Sasi mengangguk dan berjalan mengikuti Zen dibelakangnya.
Tapi lagi-lagi saat mereka ingin menyebrang jalan, keramaian datang, dan tubuh Sasi yang mungil lagi-lagi beberapa kali tertabrak. Dan saat ia melihat ke arah depan, Zen hilang.
Sasi panik dan langsung berlari kearah terakhir kali ia melihat Zen berada didepannya.
"Zen!'' Sasi berteriak panik memanggilnya.
Orang-orang yang berlalu lalang melihat heran ke arah Sasi.
"Kak Zen!'' Sasi terus berteriak panik dan mencari-csri sosok Zen dikerununan orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Kids
БоевикSEQUEL S.A!! Walaupun blm baca SA tetep nyambung kok. Jadi nggak harus baca prekuelnya. . Guardian Kids... itulah sebutan untuk mereka yang selalu membantu yang memang pantas untuk dibantu, dan juga pengacau yang selalu muncul menghebohkan negara-ne...