Mission 20 - Cerita Lama

6.3K 650 16
                                    

"Glenn benar, kami menyaksikannya sendiri 20 tahun yang lalu kalau ia bisa menggunakan sihir. Aku dan kak Aldo bahkan hampir mati kalau saja Hera tak menyelamatkam kami.'' Mia menatap kosong kearah lantai.

"Tentu saja aku percaya. Lihat saja kekuatan kalian, itu juga hal yang sulit dipercaya kan?'' Cerocos El.

"Benar, Sasi juga memiliki kekuatan tak masuk akal kan, itu tak membuat kami terkejut lagi kalau ada orang yang bisa menggunakan sihir sekalipun.'' Merry menyetujui El.

Glenn membuka semua informasi organisasi itu dan menganalisisnya dengan cepat. "Organisasi ini mulai menunjukkan tanda-tanda pergerakan. Anggota mereka yang tersebar di berbagai negara kini mulai berkumpul di satu titik, yaitu markas pusat mereka. Sepertinya mereka akan mengadakan suatu ritual atau upacara. Kita juga harus Berhati-hati. Bisa saja ia mengincar kita lagi.''

"Tidak, orang yang pertama kali diincar pasti Hera.'' Mia saling manautkan jari jemarinya sambil berpikir keras. "Hera yang membuat Lili tak bisa berkutik saat 20 tahun yang lalu.''

"Ah, Hera ya. Ia pasti sudah tua sekarang. Terakhir kali kita bertemu dengannya saja ia sudah berumur sekitar hampir 40 tahunan.'' Kata Richi dengan santainya.

***

"Mama mau pulang?'' Zen berdiri didepan kamar tamu, tempat mamanya menginap.

"Kenapa?'' Mia bertanya pada anak laki-lakinya dengan heran. "Hmmm... kamu pasti seneng ya. Dasar anak durhaka.''

"Nggak kok, biasa aja.'' Jawabnya mengalihkan pandangannya, tak berani memandang kearah Mia.

"Ck!'' Mia menjitak kepala anaknya, ''Kau sangat senang, terlihat dari sikapmu.''
Mia tersenyum geli melihat tingkah Zen yang mulai berubah

"Zen..''

"Hmm? Kenapa ma?'' Zen mengerutkan dahinya.

Mia menariknya dan memeluknya. "Hah.. sepertinya keputusan mama udah benar ya dengan menjadikan Sasi sebagai keluarga kita. Kamu berubah Zen. Mama senang kalau kamu memang menyayanginya.'' Mia menepuk-nepuk punggung anaknya pelan.

"Tentu saja, aku harus menyayangi adikku kan. Lagi pula aku nggak berubah kok, masih Zen anak mama yang dulu.'' Ia memeluk pinggang mamanya.

"Benar kamu menyayangi Sasi hanya sebagai adik?'' Goda mamanya.

"I-iya. Pokoknya aku akan menjaga Sasi apapun yang terjadi, mama nggak usah khawatir!''

"Yah, mama kecewa. Mama pikir Sasi nantinya bakal jadi menantu mama. Yaudah deh, nanti Sasi mama jodohin ke El aja. Kayaknya El juga ada rasa sama Sasi.''

Zen melotot kaget memandang mamanya.
"Nggak! Apaan sih ma! Nggak boleh! Pokoknya nggak boleh! Cuma aku yang boleh jagain dia, aku yang bakal nikahin dia nantinya!'' Zen kemudian sadar dengan ucapannya dan langsung menutup mulutnya seketika.

"Eh.. ma-maksudnya.. anu..''

"Omongan kamu nggak bisa ditarik lagi ya Zen. Mama udah ngerekam suara kamu lho.'' Mia menunjukkan handphonenya yang tadi ia taruh di atas kasur.

Zen menghela napas pasrah, menyerah dengan ancaman mamanya. "Iya deh iya! Aku jujur! Aku emang suka sama Sasi, puas?''

"Kamu denger itu kan Sasi, jadi kamu nggak perlu khawatir lagi.'' Mia menoleh kearah pintu, disana Sasi berdiri kaku dengan bingung.

"Sa-Sasi..'' Zen tergagap, mukanya langsung memerah, ia malu sekali.

"Sana, bilang langsung ke Sasi. Jangan cuma ke mama. Yang berani dong, kamu kan laki-laki.'' Mia mendorong Zen hingga keluar dari ruangan itu.

Guardian KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang