Justin terus mengamati Sasi dan anggota Guardian Kids lainnya dari jauh. Ia memang tidak tahu apa sebenarnya identitas mereka, tapi satu hal yang membuatnya terus tertarik pada mereka, terutama Sasi.
Setelah beberapa hari yang lalu ia menyebutkan nama David Joe, reaksi Sasi, Merry dan Jerry tak terduga. Seakan-akan nama itu adalah sebuah tabu sehingga mereka berusaha sebisa mungkin untuk menghindarinya.
Justin curiga mereka memiliki hubungan dengan David Joe. Usahanya selama lima tahun di Indonesia untuk mengejar David Joe, pembunuh kedua orangtuanya sepertinya mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan.
Bagaimana pun ia harus mengetahui apa hubungan Sasi dan yang lainnya dengan David Joe. Untuk saat ini, Justin tak akan terburu-buru, mengingat bagaimana beberapa hari yang lalu mereka berhasil mendapatkan identitas lengkapnya bahkan tujuannya hanya dalam kurang dari satu menit.
Jika tindakannya gegabah ia tak hanya akan kehilangan petunjuk, malah mungkin ia juga kehilangan nyawanya.
Zen selalu menempel dengan Sasi kemanapun ia pergi, ia bahkan tak akan membiarkan Justin mendekati Sasi hanya dalam jarak lima meter. Justin mengerti hal itu, karenanya ia mengurungkan niatnya untuk mendekati Sasi dan menunggu waktu yang tepat.
Zen tidak mengendurkan penjagaannya terhadap Sasi dengan bantuan anggota Guardian Kids lainnya, hanya saat berada di markas saja mereka bisa tenang.
"Ia sepertinya menyerah." Gumam El ketika tak melihat sosok Justin yang berusaha mendekati Sasi dalam beberapa hari.
"Jangan lengah, ini mungkin apa yang diinginkannya. Setelah kita lengah, ia akan berusaha mendapatkan kesempatan untuk mendekati Sasi." Zen mendengus kesal.
Ia tahu betul mengapa Justin menargetkan Sasi. Gadis itu adalah yang terlemah diantara mereka. Justin bahkan mungkin tak akan sanggup jika tujuannya adalah Merry. Apalagi Jerry yang sangat protektif terhadapnya, dan tak akan meninggalkan sisi Merry bahkan hanya untuk sesaat.
Zen bahkan semakin gelisah karena sebentar lagi adalah hari kelulusannya dan anggota Guardian Kids lainnya kecuali Merry dan Sasi. Kalau mereka lulus, Sasi dan Merry tentu tak ada yang menjaganya.
Karena itu Zen bahkan memikirkan untuk memindahkan mereka berdua ke sekolah lain yang mungkin berada di luar Indonesia. Atau bahkan mereka hanya perlu homeschooling saja.
"Dimana Sasi?" Zen panik ketika melihat Merry hanya sendirian saat keluar kelas ketika jam istirahat.
"Sasi terlihat tidak sehat, aku mengantarnya ke UKS." Jawab Merry dengan tenang.
"Ah, begitu." Zen terlihat lega, penjaga UKS bernama Ricky adalah perawat muda yang memiliki identitas lain. Ia adalah orang kepercayaan Richie Zhang, yang juga adalah orangtua dari Elrick Zhang.
"Aku akan pergi ke UKS, kalian duluan saja ke kantin." Kata Zen lagi. Meski ada Ricky di sana, tetap saja Zen tak tenang. Ia akan lebih tenang jika ia sendiri yang menjaga Sasi.
***
"Kau baik-baik saja?" Ricky, perawat UKS mengenali Sasi yang merupakan bagian dari Guardian Kids bertanya.
"Aku akan baik-baik saja setelah istirahat sebentar." Jawab Sasi tersenyum.
"Minum ini agar demammu turun." Ricky memberinya obat dan sebotol air putih. "Panggil aku kalau butuh sesuatu." Katanya ramah lalu meninggalkan Sasi sendirian.
Setelah ia meminum obat yang diberikan Ricky, Sasi memejamkan matanya berusaha untuk tertidur. Kepalanya terasa agak sakit, dan tubuhnya merasa kedinginan. Sasi menarik selimut sampai dagu dan meringkuk di atas kasur UKS.
Yang Sasi tak ketahui adalah ada seseorang disebelah tempatnya tertidur yang hanya dibatasi oleh gorden tipis.
Justin telah lebih dulu berada di UKS, Ricky bahkan tak mengetahui kalau ada orang lain diruangan itu selain Sasi dan dirinya. Justin menyelinap masuk saat Ricky tak berada di UKS. Ia berencana untuk membolos dan hanya tidur sampai sekolah berakhir.
Itu murni suatu kebetulan saat ia berada tepat di sebelah Sasi. Justin tersenyum ketika mendengar suara yang ia kenali, yaitu Sasi. Sepertinya kesempatan yang ditunggu-tunggunya datang saat itu.
Justin menunggu gadis itu tertidur, dan membuka gorden pembatas dengan hati-hati. Ia menatap wajah pucat Sasi agak lama.
Setelah itu ia beranjak turun dari kasurnya lalu berjalan mendekati tempat Sasi tertidur lalu menunduk memperhatikan wajahnya.
"Apa sebenarnya hubunganmu dengan David?" Gumam Justin pelan, hampir berbisik.
"Hmm... hiks..." Sasi tiba-tiba terisak dalam tidurnya, membuat Justin terkejut. Ia kira Sasi terbangun saat itu.
Wajah Justin menjadi ragu, ia mengulurkan tangannya ke arah wajah Sasi lalu menghapus air matanya yang menetes, dan kemudian mengelus pelan kepalanya seakan-akan berusaha menenangkan gadis itu.
Grep!
Tanpa sadar Sasi menggenggam tangan Justin dengan erat, masih dengan mata terpejamnya. Perlahan, isakannya mereda dan ia kembali tenang dalam tidurnya.
Justin tersenyum, entah mengapa hatinya menghangat saat melihat wajah Sasi yang kembali tenang saat menggenggam tangannya.
Setelah hampir satu jam Justin masih terus berdiri disamping Sasi, membiarkan gadis itu menggenggam tangannya. Sementara ia menatap wajah Sasi dengan penasaran.
Sasi kembali terganggu dalam tidurnya, kali ini isakannya menjadi lebih keras, dan sepertinya ia juga kesulitan bernapas. Tubuhnya gemetar hebat, dan keringat dingin terus mengalir dari dahinya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Justin seraya mengguncang pelan bahu Sasi hingga gadis itu membuka matanya.
Sasi terkejut dan membuka matanya. Tubuhnya masih gemetaran, dan isakannya tak bisa berhenti. Ia menatap tangannya yang kini menggenggam erat tangan Justin. "Ha...ma-maaf." katanya melepaskan tangan Justin dengan panik.
Sasi bahkan tak memperdulikan keberadaan Justin, dan hanya berusaha bernapas dengan benar.
"Sasi?!" Zen tiba-tiba muncul dihadapannya. Wajahnya terlihat sangat khawatir saat melihat keadaan Sasi.
"K-kak.." Sasi semakin terisak, tubuhnya tak berhenti gemetar. Ia ketakutan.
Grep!
Tanpa mengatakan apa-apa Zen memeluknya erat, dan saat itu tangis Sasi pecah.
Zen bahkan tak sempat untuk memperdulikam keberadaan Justin, dan hanya fokus terhadap Sasi di hadapannyaa.
Hal seperti ini sering terjadi. Sasi terkadang bermimpi buruk dan terbangun dalam kondisi seperti ini. Mimpi yang sama dan berulang-ulang terus muncul dalam tidurnya adalah ingatan dari masa lalunya. Trauma yang masih membekas, bahkan mungkin tak akan hilang sampai kapan pun.
"Mimpi itu lagi?" Tanya Zen hampir berbisik.
Sasi mengangguk dalam pelukannya. Ia mulai kembali tenang setelah beberapa saat. Meski begitu tubuhnya masih tak berhenti gemetaran.
"Pergilah." Ucap Zen menatap Justin. "Ini bukan waktu yang tepat."
Justin hanya menatap Sasi dalam kebingungan, lalu berjalan pergi tanpa mengatakan apa pun.
"Apa itu tadi?" Gumam Justin masih kaget setelah keluar dari UKS. "Gadis itu, ia dalam kehancuran mental. Apa yang dialaminya hingga menjadi seperti itu?"
Justin mengerti tentang psikologi, ia adalah pembunuh profesional yang dididik oleh KILLA sejak usia muda. Bahkan beberapa teknik membunuhnya adalah dengan meeghancurkan mental lawannya terlebih dahulu untuk menyiksanya. Jadi ia mengerti apa yang terjadi pada Sasi. Gadis itu mengalami trauma berat, yang mungkin sulit untuk menyembuhkannya.
"Apa baru saja aku menjadi ragu?" Gumam Justin serius. Kenapa ia menjadi ragu setelah melihat Sasi, yang bahkan hanya baru beberapa kali bertemu dengannya.
"Tidak. Aku harus membalaskan dendam kedua orangtuaku. Hal seperti ini tidak boleh menggangguku." Katanya menggeleng dengan tenang lalu menghilang di ujung koridor.
***
16 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Kids
AksiSEQUEL S.A!! Walaupun blm baca SA tetep nyambung kok. Jadi nggak harus baca prekuelnya. . Guardian Kids... itulah sebutan untuk mereka yang selalu membantu yang memang pantas untuk dibantu, dan juga pengacau yang selalu muncul menghebohkan negara-ne...