Mission 4 - She

6.7K 760 12
                                    

"Tolong...aku tak perduli siapapun kau. Tolong bunuh aku.. aku mohon.'' Pintanya dengan gemetaran.

Merry melotot kaget mendengar permintaan Sasi, begitu pula dengan Zen.

Hanya satu kalimat yang Sasi katakan, mampu membuat Zen dan Merry bungkam.

"Ka..kau bercanda?'' Tanya Merry tergagap.

"....''

Tak ada jawaban..

Tak lama kemudian Sasi berdiri dari kasurnya, lalu tersenyum lembut.

"Ya, aku bercanda.'' Jawabnya pelan.

Merry dan Zen tanpa sadar menghela napas lega.

"Kalian turun saja dari lantai ini, kamar ke dua setelah tangga. Disitu mereka menyimpan brangkasnya.'' Sasi membuka kunci pintu kamarnya dan membukanya lebar-lebar.

Zen dan Merry hanya bengong tak mengerti.

"Apa yang kalian tunggu Guardian Kids? Cepatlah sebelum aku berubah pikiran.'' Katanya lagi.

"Kenapa kau membantu kami?'' Zen perlahan mendekat ke arah Sasi. "Dan kenapa kau bisa mengetahui kalau ini kami?''

Sasi kembali tersenyum, ''Karena aku berharap orangtuaku tak memberiku makan dengan uang haram.''

"Kau belum menjawab semuanya.'' Kini giliran Merry yang bertanya.

"Langkah kalian tak terdengar..''

"Apa?'' Merry tak mengerti.

"Langkah kaki kalian sama sekali tak terdengar, tapi aku masih merasakannya samar-samar. Itu bukti bahwa kalian orang-orang profesional atau pembunuh.'' Sasi menyender di tembok sebelah pintu kamarnya.

"Kukira kalian pembunuh, ternyata aku salah. Cepatlah, apa yang...''
Bruuuk!

Sasi terjatuh tak sadarkan diri.

Zen dan Merry menghampiri Sasi.

"Nii-chan, bagaimana ini?'' Merry menatap Zen.

Zen memejamkam matanya sebentar untuknya berpikir caranya keluar dari masalah ini.

"Oke, kau carilah berangkas itu. Aku akan membawanya bersama kita. Kita tak bisa membiarkannya begitu saja, ia sepertinya mengetahui identitas kita. Untuk memastikan, kita harus menunggunya sadar.''

"Baiklah, berhati-hatilah.'' Merry kemudian meninggalkan Zen.

***

"What the.... kenapa kau membawanya?!'' El berteriak pelan ketika sampai dimobil setelah menyelesaikan misinya.

"Nanti akan aku kejelaskan.'' Zen menjawab dengan tenang.

Semuanya diam, Glenn hanya mengutak atik laptopnya, dan Jerry membawa mobil. Merry hanya diam tak merespon, Zen pikir ia juga bingung bagaimana menanggapi situasi ini.
Devano...

Hah.. kalian pasti tahu kan yang ia lakukan. Tidur...

El hanya memerhatikan kondisi Sasi yang bersender pada Zen.

"Kondisinya buruk.'' El berkata pelan.

Zen mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan maksud El.

"Beberapa tulang rusuknya patah, dan sepertinya kepalanya ada pendarahan dalam.'' El memeriksa nadi Sasi.

"Bagaimana bisa?'' Zen menatap wajah Sasi.

"Kupikir dilihat dari kondisi lukanya, ia dipukul dengan benda tumpul.'' El menjelaskan.

Guardian KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang