PART VIII (BAG.2)

5.3K 240 0
                                    

"Mikirin apaan lo ngelamun ajha dari tadi?" tanya Rio pada Iel yang duduk disalah satu sofa dan masih memegang rubik milik Rio tanpa memainkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mikirin apaan lo ngelamun ajha dari tadi?" tanya Rio pada Iel yang duduk disalah satu sofa dan masih memegang rubik milik Rio tanpa memainkannya. Saat ini mereka sedang berada diRuang kerja Rio. Pagi tadi Rio memanggil Iel untuk mengurus beberapa surat kontrak perusahaannya dengan perusahaan lain dan dengan senang hati Iel mengiyakan. 

Iel sedang menunggu Rio yang sedang mengoreksi beberapa surat yang sudah disusunnya, awalnya dia memainkan rubik milik Rio yang selalu ada di Ruang Kerja pemuda itu, namun lama-lama dia malah melamun dan tidak memainkan rubik yang ada ditangannya.

Iel mendongakkan kepalanya menatap Rio yang duduk dikursi kejayaannya dan sedang menatapnya bingung. Iel menghela napas lalu meletakkan rubik Rio diatas meja didepannya lalu menyandarkan punggungnya disandaran kursi.

"Hubungan lo sama Keluarga Bokap lo bukannya udah baik?" tanya Rio yang tak kunjung mendapat jawaban dari Iel. Iel menganggukkan kepalanya lemah.

"Terus masalah apa?" tanya Rio.

"Nyokap gue" jawab Iel singkat. Rio mengerutkan keningnya.

"Tante Gina?" tanya Rio yang dianggukin Iel. Iel menegakkan tubuhnya menatap Rio yang masih menatapnya menanti penjelasan darinya. Iel menghela napas.

Saat ini Iel sedang ada diruang kerjanya yang ada di Kediaman Umari. Iel duduk didepan laptopnya memeriksa beberapa berkas perkara yang sedang ditanganinya sebagai seorang pengacara. Dering ponsel yang ada diata meja kerjanya mengalihkan perhatian Iel dari laptopnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini.

Bunda Calling....

Iel mengerutkan keningnya bertanya dalam hati untuk apa Bundanya menelpon, tidak seperti biasanya, karena biasanya dialah yang akan menelpon Bunda dan menanyakan kabar wanita yang telah melahirkannya itu. Iel menekan tombol hijau pada layar ponselnya lalu mendekatkan ponselnya ketelinga.

"Apa yang kamu pikirkan Gabriel?" tanya Bundanya diseberang sana sebelum dia mengucapkan salam.

"Maksud Bunda?" tanya Iel tak ingin memperkeruh suasana hanya karena mereka langsung memulai pembicaraan tanpa salam terlebih dahulu. Dia sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Bundanya.

"Apa maksud kamu dengan tinggal di Rumah itu bersama mereka? HAH? Apa tidak cukup kamu membuat Bunda marah dengan tinggal bersama Adik sialmu itu?" ucap Bunda Gina diseberang sana dengan nada bicara yang tinggi. Iel menutup matanya meredakan emosinya. Dia tak ingin emosinya terpancing. Tapi Iel juga tak habis pikir bagaimana mungkin Bundanya masih membenci Ify, bahkan mengatakan sesuatu yang sangat tak pantas diucapkan oleh seorang Ibu kepada Anaknya.

"Namanya Ify Bunda. Dia Adik Iel dan dia juga anak Bunda!" kata Iel berusaha selembut mungkin memberi pengertian pada Bundanya.

"Bunda nggak pernah punya anak pembunuh!" kata Bunda Gina keras.

LOVE GREET Seri 1 : When Love Say Hello #W.L.S.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang