PART VIII (BAG.3)

5.1K 257 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam haripun tiba. Sebentar lagi jam menunjukkan pukul 7p.m itu artinya Keluarga Haling akan segera tiba di Kediaman Umari untuk acara makan malam dan untuk membicarakan kelanjutan hubungan putra dan putri dari kedua Keluarga Besar itu.

Ify masih sibuk merias dirinya didepan meja riasnya. Senyumnya tak pernah memudar dari bibirnya sejak tadi. Dia sangat bahagia karena hubungannya dengan Rio berjalan mulus sejauh ini. Sebentar lagi dia akan terikat dengan pria itu. Membayangkan hal itu akan terjadi tak lama lagi membuatnya makin tersenyum lebar.

Terdengar suara pintu dibuka dari luar. Ify mengalihkan pandangannya menatap Kakaknya yang kini sedang tersenyum lalu melangkahkan kaki kearahnya tanpa menutup pintu kamar Ify. Ify ikut tersenyum. Iel mengedarkan pandangannya kesetiap penjuru kamar Ify, kamar ini sangat berbeda dengan kamar Ify yang ada di Apartemen mereka. Kamar ini lebih terkesan elegan dan anggun dengan nuansa putih, berdeda dengan kamar Ify di Apartemen yang cenderung girly dengan nuansa biru muda.

Iel duduk dipinggiran ranjang Adiknya sambil menatap Adiknya yang saat ini sangat berbeda dari biasanya. Ify terlihat sangat anggun dan lebih dewasa. Saat ini Ify mengenakan longdress tanpa lengan berwarna biru cerah seperti warna kesukaan Ify, sangat cantik dengan rambut yang digelung keatas menyisakan anakan rambut dikedua sisinya menampakkan leher jenjangnya. Jangan lupa dengan sepatu highhells warna senada dengan bajunya. Sungguh jika Iel tak ingat bahwa Ify adalah Adiknya dia pasti sudah jatuh cinta dengan Ify.

"Abang nggak nyangka ternyata kamu udah dewasa Dek" kata Iel lembut membuat Ify tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Ify menatap Iel sedih.

"Seandainya ada Bunda disini" kata Ify pelan sambil menundukkan kepalanya. Iel terdiam mendengar suara Adiknya yang begitu menyedihkan. Lalu Iel beranjak dan berdiri tepat disamping Adiknya, membawa Ify yang masih duduk dikursi rias kedalam pelukannya. Mengusap lembut puncak kepala Ify mencoba menyalurkan kekuatan dan ketenangan.

"Kakak janji sama kamu saat kamu menikah nanti Bunda akan disana menyaksikan pernikahanmu. Abang janji!" kata Iel mantap. Ify menganggukkan kepalanya pelan tanpa mengucapkan sepatah katapun. 

Maafin Ify Bang! Nggak seharusnya Ify bahas Bunda disaat seperti ini. Tapi Ify nggak kuat. Maaf Bang. Sesal Ify dalam hati menahan isakannya.

_____

Deva berhenti didepan kamar Kakak perempuannya. Dia mengurungkan niatnya untuk menemui Ify saat melihat Iel yang sedang memeluk Ify penuh sayang. Tak dapat dipungkiri bahwa Deva iri melihat pemandangan didepannya kini, namun dia tetap mencoba untuk tersenyum dan sadar diri. Dia bukanlah siapa-siapa untuk Ify dibandingkan dengan Iel yang adalah Saudara kandung Ify. 

Deva sangat ingin ada diantara kedua Kakak tirinya itu. Mengingat statusnya yang hanya saudara tiri Iel dan Ify membuatnya tersenyum miris, dia harus sadar diri dan sadar batasannya. Deva mendesah pelan kembali menatap Iel dan Ify sebelum akhirnya dia berbalik untuk kembali ke lantai bawah tempat Ayah dan Mamanya.

Lily memperhatikan Deva yang sedang berjalan menunduk mengerutkan keningnya heran. Bukankan tadi dia menyuruh putranya itu untuk memanggil kedua Kakaknya. Lalu dimana kedua Kakaknya. Dan kenapa Deva malah terlihat murung dan sedih. Banyak pertanyaan yang berkelebat dipikirannya.

"Abang sama Teteh kamu mana Sayang?" tanya Lily membuyarkan lamunan Deva. Deva sedikit tersentak lalu menatap Mamanya bingung. Sedangkan Lily yang melihat ekspresi kaget putranya hanya tersenyum.

"Makanya kalo jalan itu jangan sambil melamun!" tegur Lily yang dibalas cengiran oleh Deva.

"Dimana Abang sama Teteh kamu?" tanya Lily lagi sambil celingukan mencari keberadaan kedua Anak tirinya dibelakang Deva namun nihil lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap Deva yang masih setia dengan cengirannya.

"Kamu belum jadi panggil mereka?" tanya Lily yang diangguki oleh Deva.

"Abang sama Teteh kayaknya lagi ngobrol serius Ma. Takut ganggu. heee" cengir Deva. Lily geleng-geleng kepala.

"Ya udah gih sana turun! Keluarga Haling udah dateng. Ada Ray juga dibawah." Kata Lily membuat mata Deva berbinar.

"Ada Ray Ma?" tanya Deva senang. Mama Lily mengangguk sambil tersenyum.

"Deva kebawah dulu Ma." Pamit Deva langsung ngacir menuruni tangga tanpa menunggu jawaban Mamanya. Lily kembali geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat mood anaknya yang gampang sekali berubah. Lalu mengarahkan pandangannya kearah pintu kamar Ify yang terbuka lalu melangkah perlahan.

_____

Lily menghentikan langkahnya didepan pintu kamar Ify yang terbuka, menatap Iel yang masih memeluk Ify dengan sayang. Dia tersenyum menyaksikan pemandangan didepannya, namun saat mengingat ekspresi Deva tadi membuatnya tersenyum miris. Dia tidak buta untuk bisa melihat bahwa Deva juga ingin ada diantara kedua Kakak tirinya.

Lily menghela napas pelan lalu mengetuk pintu itu.

Tok tok tok

Iel dan Ify sontak mengalihkan pandangan mereka menatap pintu kamar dan melihat Mama tiri mereka sedang tersenyum hangat. Perlahan Iel melepas rengkuhannya pada Ify dan tetap berdiri disamping gadis itu.

"Apa Mama ganggu kalian?" tanya Lily lembut. Ify menggeleng.

"Ada apa Ma?" tanya Ify. Lily melangkah masuk mendekati kedua Anak tirinya lalu berdiri tepat didepan mereka.

"Rio dan Keluarganya sudah datang. Mama manggil kalian untuk turun." Jelas Lily.

"Iel bisakah kamu turun dulu temui mereka? Mama akan benarkan riasan Ify dulu, setelah itu kami akan menyusul kebawah." Lanjutnya sambil tersenyum menatap putra tirinya itu. Iel mengangguk.

"Oke! Abang keluar dulu ya Dek!" kata Iel sambil menepuk pelan puncak kepala Ify lalu segera berlalu setelah sebelumnya memberikan senyuman untuk Mama tirinya.

Setelah Iel keluar Lily sedikit menundukkan tubuhnya untuk membenarkan riasan Ify.

"Makasih Ma" kata Ify setelah riasannya selesai dibenahi. Lily tersenyum sedih menatap Ify. Ify mendongakkan kepalanya menatap bingung dengan tatapan Mamanya.

"Mama nangis?" tanya Ify melihat mata Mamanya mulai berkaca-kaca. Ify langsung berdiri dan mengusap pelan kedua ujung mata Mamanya menahan agar air mata itu tak mengalir.

"Maafin Mama sayang" kata Lily sambil memeluk Ify lembut. Ify terdiam. Untuk apa Mamanya minta maaf.

"Disaat seperti ini seharusnya Bunda kamu yang ada disini dampingin kamu sayang. Maaf karena Mama yang berada diposisi Bunda kamu!" kata Lily lirih. Ify menggigit bibir bawahnya menahan air matanya agar tak jatuh lagi dan membalas pelukan Mamanya.

"Mama juga Ibu aku. Nggak ada bedanya mau itu Mama atau Bunda yang saat dampingin aku, kalian sama-sama Ibu aku. Jangan minta maaf Ma! Mama nggak pernah salah. Mama selalu memberikan kasih sayang yang berlimpah buat aku! Terima kasih karena Mama mau jadi Mama aku. Aku sayang sama Mama." Kata Ify tulus, membuat Lily menangis haru karena mendapatkan cinta tulus Ify meskipun dia bukan wanita yang melahirkan gadis cantik itu.

***** 

LOVE GREET Seri 1 : When Love Say Hello #W.L.S.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang