PROLOG (1)

6.9K 303 2
                                    

Seorang gadis berdiri dibalkon kamarnya dengan kepala menengadah ke langit, sorot matanya sarat akan kekesalan ditambah lagi dengan wajahnya yang merah.

Tok!

Tok!

Ceklek

Seorang ibu masuk dengan langkah tenangnya dan menghampiri anak gadisnya yang sedang sendirian dibalkon.

"Lid, udah malem kok gak tidur?". Kata wanita itu lembut.

Lidya. Anak semata wayang dari salah satu keluarga borjuis di Indonesia. Dan yup! yang sedang bicara padanya itu adalah Ny. Djauhar ibunya.

"Lidy.. Ayo tidur udah malem, nak". Ulangnya.

Lidya bukan tak mendengar ucapan ibunya, ia tetap diam tak bergeming. Sang ibu kehabisan akal lalu menghampiri anaknya itu, sambil mengelus lembut pundak Lidya ia berkata. "Lidy... Mama sama Papa minta maaf, dihari pertama kuliah kamu Mama sama Papa malah pergi".

"Tapi kenapa Mama harus ikut sih? Kan Papa bisa pergi sendiri Ma..". Sungutnya.

"Mama harus temenin Papa kamu Lidy... Ini bukannya sebentar, Papa sama Mama gak akan bisa pisah lama-lama... Tolonglah ngerti, nak". Ucap sang mama berusaha memberi pengertian.

"Ya justru itu Ma, masa Mama sama Papa tega tinggalin Lidy sendiri dirumah ini DUA BULAN lagi". Lidya agak menekankan kata 'dua bulan' pada kalimatnya.

"Kamu gak akan sendiri kok, Mama sama Papa udah sepakat kamu bakal tinggal dirumah manager Papa untuk sementara". Lidya terlonjak mendengarnya, matanya langsung membulat.

"HAH?! gak aku gak mau! Mending tinggal dirumah deh sendirian! Lagian kan ada Bi Aminah sih Ma..". Ia bersedekap dada sambil memanyunkan bibirnya.

"Bi Aminah gak bisa kerja dirumah kita lagi". Ucap sang Mama sedih. Bagaimana tidak, Bi Aminah itu sudah belasan tahun mengabdi pada keluarganya bahkan dari sebelum Lidya lahir.

"Loh! Kok?".

"Iyaa.. Suaminya dikampung sakit, jadi dia berhenti kerja disini dan pindah ke kampungnya untuk ngurus suaminya sama sawahnya juga". Jelas Mama dari gadis yang kini raut wajahnya berubah menjadi sedih itu.

"Ish! Yaudahlah Ma, suruh aja anak manager Papa itu yang tinggal disini, gampang kan!". Kata Lidya.

"Gak bisa! Mama tau kelakuan kamu, kamu itu bakalan kasar sama orang yang baru dikenal". Mamanya itu langsung menolak permintaan Lidya mentah-mentah.

"Nah! Itu Mama tau".

"Iyaa.. Makanya Papa sama Mama suruh kamu tinggal disana, seenggaknya kamu kan bisa lebih sopan karena kamu numpang dirumah orang". Jelas sang Mama. Lidya tampak tidak terima dengan penuturan Mamanya.

"Mama... Kalo aku dijahatin sama anaknya manager Papa gimana? Kalo dia bully aku gimana? Kalo...". Belum selesai Lidya berasumsi, Mamanya langsung menutup mulutnya dengan jari telunjuknya.

"Sstt... Gak usah lebay, lagian dia tinggal sama adiknya kok, Papa sama Mamanya juga ikut ke luar negeri". Perlahan tangannya mulai mengusap rambut Lidya perlahan.

"Dia anaknya baik kok, Mama sama Papa udah pernah ketemu sama dia, dia baik dan sopan". Kata Mamanya berusaha meyakinkan.

Lidya hanya mendengus kesal, tidak ada guna juga membantah orang tuanya. Ia memilih tak melanjutkan percakapan malam dengan ibunya dan segera pergi tidur agar tidak terlambat mengantar kedua orang tuanya ke bandara nanti pagi.

My Lovely MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang