Happy reading& sorry for typo:)
aku benar benar tak habis fikir dengan jalan pikiran Melody itu, sebenci apapun dia dengan Shani seharusnya ia tak sampai membuatnya menjelek jelekan Shani. Aku marah padanya bukan karena aku menyukai Shani, karena sampai kapan pu perasaanku padanya tak akan bisa diubah. Aku hanya tak mau dia jadi jahat pada Shani, padalah anak itu orang baik baik.
hari ini aku cukup bersyukur karena kelas membosankanku itu akhirnya selesai juga, dan sekarang aku sedang dimobil dalam perjalanan menuju cafe, hari ini aku ada janji bertemu Sinka. Sudah terlalu lama kami terlena dengan kesibukan masing masing sampai melupakan waktu bersama yang dulu selalu kami ciptakan.
Aku sampai di cafe, tidak terlalu ramai dan para karyawanku itu sepertinya tidak terlalu sibuk hari ini. Namun yang menarik perhatianku ialah gadis yang sudah duduk dimeja kesayanganku bernomor 29 dengan tangan menopang dagunya dan wajah cemberut. Itu malah membuatnya terlihat menggemaskan dan lucu sekali.
Aku berjalan menghampirinya dengan senyum sumringah, gadis ini terus menatapku sinis, ia mendelik padaku. Entahlah, seberapa berat pun masalah yang sedang aku hadapi, aku merasa tak punya daya untuk menunjukan itu padanya. Aku tak mau ia jadi sedih karena memikirkan aku.
"Nunggu lama?". Tanyaku basa basi.
"Iya sampe aku hampir mau pulang, aku kira kamu gak bakalan dateng". Sungutnya.
"Hehe maaf deh Dut, jalanan macet banget, sumpah!". kuperlihatkan lagi cengiran khasku.
"Iyaudah, duduk gih". aku langsung duduk berhadapan dengannya.
Sudah lama tak melihat senyum itu, gingsul itu, dan lekuk mata yang indah saat tersenyum, dan tentu suara khas anak kecilnya itu. ada banyak hal dari gadis ini yang kalau diperhatikan sangat menarik dan lucu tentunya, siapa pun yang dekat dengannya tak akan mampu untuk menolak Sinka, termasuk aku. aku jelas tau dia suka denganku, bahkan dia sudah ungkap kan itu terang terangan. Aku tidak menolaknya, tidak pernah menolak cinta yang ia berikan, bakhan aku sangat menerimanya, tapi untuk memberikan cintaku padanya aku tak bisa, sudah ada gadis lain yang bawa lari hatiku ini.
Dan nyatanya Sinka sendiri tak keberatan dengan keputusanku ini, dia sendiri bilang 'Aku gak bisa lupa untuk cinta sama kamu, sama kayak aku juga gak bisa lupain kalo ada orang lain yang kamu cinta'
Aku tidak bisa menutup mata dan pura pura gak peka dengan cinta dan kasih sayang tulusnya yang dia kasih cuma-cuma padaku, aku juga tak akan sungkan untuk membagi kasih sayangku ke Sinka, tapi tetap cuma sebatas kakak ke adiknya, cepat atau lambat dia harus belajar untuk berhenti cinta denganku, aku sangat yakin dia pasti bisa.
"Kamu kenapa liatin aku gitu?".
"Ku kanget sama Dudut". Mataku sama sekali tak lepas dari wajahnya.
"Alah, ngomong manis kayak gininya ke aku, tapi hatinya ke orang lain". Umpatnya, aku tertawa kecil mendengarnya.
aku beranjak dan langsung menarik lengannya untuk ikut dengaku." Mau kemana?".
"Tempat kita biasa dulu". Dia menurut saja, memang dari dulu paling tidak bisa menolaku.
Akhirnya momen seperti ini tercipta lagi, duduk berdua diatas rooftop sore hari dengan segelas kopi hangat ditangan, ini bukanya kegiatan buang buang waktu atau tak berguna seperti yang banyak orang fikir. Aku menyebutnya refresh otak, kadang seseorang harus menjauh dari dunia sejenak untuk bisa membuka fikiran ke hal hal kecil, agar bisa lupa dengan masalah yang dihadapi seharian ini. Aku biasanya suka cerita cerita tentang banyak hal pada Sinka disini, atau hanya duduk diam menatap jalanan seperti yang kami lakukan sekarang ini.