11

2.5K 246 18
                                    


Bangun tidur ku update wattpad...
*wkwk

Happy reading&sorry for typo

Author POV

Siang ini cuaca cukup bersahabat, tidak seperti hari-hari sebelumya yang kadang matahari terik disiang hari, lalu tiba tiba saja mendung dan turun hujan.

Kebetulan hari ini Lidya kuliah pagi, jadi dari jam satu tadi kelasnya sudah selesai. Ia lalu memutuskan untuk pergi ke cafe- nya untuk sekedar minum kopi.

Setelah memarkirkan mobil, dengan santainya ia berjalan masuk ke cafe yang terlihat tidak terlalu ramai.

Begitu masuk ia langsung disambut dengan alunan musik akustik yang menyejukan ditelinga.

"Kak Sen!". Sapanya pada Sendy yang sedang meracik kopi.

"Wey... Lidya! Kemana aja lo? Kok baru nongol".

"Sibuk gue. Kenapa? Kangen ya". Katanya.

"Ih kepedean, sok sibuk juga sih lo". Dengus Sendy. Lidya hanya terkekeh mendengarnya. Ia lalu memesan minuman yang biasa ia pesan. "Kak biasa yaa..". Tukasnya. Sendy menyatukan ibu jari dan telunjuknya dengan melakukan gimik 'oke' pada Lidya.

Setelah mendapat pesanannya Lidya langsung pergi ke spot favoritnya untuk minum kopi. Tempat yang mungkin paling ia sukai didunia ini selain kamar Melody tentunya. Ia menaiki tangga yang tidak terlalu tinggi sehingga ia bisa sampai dengan cepat.

Lidya agak terkejut saat melihat pintu rooftop nya ternyata terbuka. Siapa orang yang akan datang kesini pikirnya.

Ia berjalan dengan santai ke tempat biasa ia duduk, namun sesuatu menghentikan langkahnya. Seorang gadis, ada orang lain disana yang sedang berdiri dipinggiran rooftop dengan menengadahkan kepalanya ke langit.

Dengan pose dan keadaan seperti itu apa yang mungkin dipikirkan oleh gadis muda itu. Apa ia tidak takut jatuh?

Orang-orang yang melihatnya mungkin akan mengira bahwa ia sedang frustasi dan ingin bunuh diri. Dan itulah pandangan Lidya padanya.

"Ya ampun! Itu orang ngapain disitu?!". Pekiknya.

Dengan perlahan ia berjalan mendekati orang itu. Kalau di film atau sinetron yang biasa ia tonton sih, orang seperti itu bisa saja tiba tiba meloncat jika melihat ada orang lain di dekatnya.

Jadi ia berusaha untuk menyelesaikan masalah ini dengan sangat cepat. Dengan hati hati ia berjalan mendekati orang itu, sepertinya dia pun tak menyadari kehadiran Lidya disana.

Setelah Lidya berada tepat dibelakangnya dengan secepat kilat tangan Lidya langsung menarik lengan gadis itu hingga mereka terjatuh dan sialnya tubuh gadis itulah yang menimpa Lidya.

Dengan spontan gadis itu langsung bangun dari tubuh Lidya dan berdiri.

"Sshh...". Lidya ikut berdiri sambil meringis ia mengusap-usap sikunya yang merah.

"Lo mau bunuh diri?! Lo udah gila apa?!! Lo kalo mau bikin skandal jangan di cafe gue!! Kalo ada masalah kan bisa diomongin baik-baik gak pake cara kayak gini!!". Bentaknya pada gadis itu yang dari tadi hanya menunduk diam.

Lidya yang kepalang kesal langsung mencerca gadis itu dengan cacian dan pertanyaan pertanyaan pedas. Karena dia memang tidak suka dan dengan orang yang mudah putus asa dan lebih memilih mengahiri hidupnya dengan sia sia.

"Lo ngapain diatas situ?!! Kenapa lo mau bunuh diri?!!". Gadis itu terus menggeleng tanpa mau menatap mata Lidya.

"Lo ngomong dong...".

"Aku gak mau bunuh diri". Ucapnya pelan.

"Terus lo ngapain disana?".

"Cuma karena aku berdiri disitu, bukan berarti aku mau bunuh diri kan? Aku emang lagi ada masalah. Tapi aku bukan orang bodoh yang mau mati konyol cuma karena frustasi!". Sekali ia bicara hanya dengan satu tarikan nafas.

"Lo, lo gak mau bunuh diri?". Lidya cengo dengan ekspresi bingungnya yang lucu.

Gadis itu menggeleng. "Aku emang suka berdiri di rooftop kayak gitu, setiap aku ada masalah atau lagi bosan". Ternyata bukan Lidya satu satunya orang yang suka rooftop didunia ini. Buktinya adalah gadis ini, tapi masalahnya sekarang adalah bukan sembarang orang yang bisa naik ke sini.

Bahkan Lidya pun belum mengenal gadis berparas manis ini, bagaimana bisa dia dapat akses bebas disini.

"Maaf gue asal tuduh, gue Lidya.".

"Aku Shani. Gak apa apa kok". Dengan senyum yang menyejukan hati ia menjabat tangan Lidya.

"Lo kok bisa disini?". Tanya Lidya to the point.

"Aku karyawan baru di cafe ini, dan ini jam istirahat kerjaku. Aku suka kesini kalo lagi istirahat". Jelasnya.

"Ooh.. Jadi lo itu temennya Kak Sendy itu...". Kata Lidya sambil mengangguk anggukan kepalanya.

"Iyaa...aku minta maaf deh jadi buat kamu repot gini, dan tadi aku gak sopan sama kamu padahal kan kamu boss nya disini". Ucapnya tak enak pada Lidya.

"Santai aja lagi. Anggep gue temen aja biar gak canggung gitu". Kata Lidya santai. Shani mengangguk dan sekali lagi ia memperlihatkan senyuman manisnya itu dengan sangat lepas. Mereka akhirnya mengahabiskan waktu bersama dengan duduk dipinggir rooftop sambil mengobrol ringan hingga sore menjelang.

Lidya lalu membantu Sendy dan Shani menutup cafe. Seumur hidup Lidya tidak pernah mau berurusan dengan pengelolaan cafe milik orang tuanya itu. Walaupun kalau mau dia bisa saja mengambil alih cafe ini. Hal ini merupakan pemandangan baru juga mengherankan bagi Sendy yang notabene nya adalah karyawan lama yang sidang sangat mengenal watak Lidya.

Dan bagian akhirnya adalah seorang gadis yang cuek semacam Lidya yang tiba tiba mau saja mengantar pulang Shani, orang yang baru saja dia kenal beberapa jam lalu.

**********************************

Hal yang patut disyukuri Lidya hari ini adalah ia dapat sampai rumah tepat waktu. Jadi Melody tak perlu memarahinya karena pulang terlambat.

Percayalah. Jika semenit saja Lidya hilang tanpa kabar maka Melody akan kalang kabut mencarinya. Dia sangat perhatian dan agak sedikit posesif pada Lidya.

Lidya masuk ke rumah dan suasana sangat hening disini. Tidak biasanya seperti ini, biasanya jika ia pulang maka akan disambut oleh suara cempreng dari Nabilah atau sapaan hangat dari gadis pujaannya.

Ia tidak terlalu mau memusingkan itu dan memilih untuk ke kamarnya untuk sekedar istirahat dan mandi.

"Menurut kamu gimana Shan?". Sayup sayup terdengar suara yang sangat ia kenali dari kamar sebelahnya.

Lidya menghentikan langkahnya dan berhenti didepan pintu berwarna putih polos tersebut. "Gimana apanya Kak?".

"Dianya, menurut kamu gimana perasaan dia ke aku?". Lidya tahu benar tidak baik menguping pembicaraan orang seperti ini. Tapi rasa penasarannya lebih besar.

Ia akhirnya memutuskan untuk masuk kamar dan menguping dari balkon. Karena Melody pasti tidak jauh dari pintu balkon kamarnya.

"Kamu kodein aja terus Kak. Masa iya dianya gak peka-peka". Ujar seseorang yang sedang mengobrol dengan Melody. Dari suaranya sepertinya ia perempuan.

"Udah berapa kali sih Shan aku kodein dia, dianya kayak peka kayak enggak. Kadang selalu ada terus tiba-tiba ngilang". Keluh Melody dengan nada lesu dan tanpa melihat pun Lidya sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajahnya sekarang.

Tersadar dengan apa yang ia lakukan Lidya jadi merasa bodoh sendiri. Hatinya bilang ingin tinggal untuk lebih banyak mendengar tapi logika berkata lain. Lagipula hal ini akan menambah luka hatinya jika ternyata yang sedang dibicarakan Melody bukanlah dirinya.

"Ngapain juga gue disini. Mending ke dapur ah cari makan". Gumamnya.

Ia langsung pergi ke dapur untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan dengan makanan yang ada.

Teh Melody ngomongin apa yaa Semangat amat. Pokoknya janlup vote+comment lah:) cuma diread itu rasanya gak enak:'( *curhat


My Lovely MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang