Gadis kesepian itu duduk kursi panjang koridor rumah sakit, matanya sembab, dan badan yang sempat menggemuk itu jadi kurus kembali. Wajahnya sangat kusut dan keadaannya benar benar hancur.
Tak lama kedua orang berpakaian formal datang padanya, laki laki dan perempuan yang sepertinya berusia 40 tahun keatas. Mereka berdiri didepan gadis itu dengan tatapan iba.
"Pulang lah, ibu dan ayah kamu pasti khawatir dengan kamu Melody. Kamu disini sudah dua hari". Ucap laki laki dengan setelan jas rapihnya.
Melody, gadis itu menggeleng pelan.
"Aku disini aja". Jawabnya.
"Tante dengar kamu sebentar lagi wisuda ya?". Gadis itu mengangguk pelan, memaksakan senyum tipis terulas.
"Tante tau apa yang kamu rasakan. Tolong jangan merasa bersalah, karena ini bukan salah kamu. Kami orang tuanya yang gak mampu jaga dia dengan baik". Ucap wanita yang adalah ibu dari Lidya. Ia mengusap lembut punggung Melody penuh kasih sayang.
"Aku memang salah, Tante. Seandainya aku gak biarin dia pergi waktu itu, dia gak akan ada disini sekarang". Lirihnya. Suaranya serak menahan tangis.
"Sebaiknya kamu pulang, makan dan mandi dulu. Setelah itu kalo kamu mau kesini lagi silakan. Yang penting kamu pulang dulu dan temui orang tua kamu". Melody pun terpaksa menurut.
"Tapi kalo ada apa-apa sama Lidya, tolong segera hubungi aku ya, Tante?". Wanita paruh baya itu serta merta mengangguk.
Ia lalu berjalan gontai ke ruang rawat Lidya, untuk berpamitan pada gadis itu sebentar. Matanya menatap lirih pada gadis yang terbaring lemah kasur berwarna putih itu, alat alat rumah sakit yang terpasang disekujur tubuhnya membuat Melody meringis merasa sakit.
Ia lalu duduk dikursi disamping kasur, menggenggam erat tangan Lidya lalu mengecup punggung tangan itu lama dan dalam. Matanya terpejam sejenak.
"Aku pulang dulu, nanti kesini lagi sama Nabilah. Kamu cepet sembuh dan cepet sadar ya?". Ucapnya pelan. Dan terakhir, sebelum pergi ia mengecup dahi Lidya dulu, mengusap rambut gadis itu lembut.
**********
"Assalamualaikum". Melody menjajakan kakinya ke dalam rumah. Sang ibu yang sedang memasak didapur menyambutnya dengan ramah.
"Waalaikum salam, eh Teteh". Melody pun menyalimi ibunya. Dengan senyum palsu yang dipaksakan. Sang ibu mengusap lembut pipi Melody kemudian memeluknya hangat.
Setelah cukup lama, mereka pun melepas pelukan masing masing.
"Mandi dulu sana, Ibu masakin makanan kesukaan kamu. Kita makan bareng Ayah sama Dek Ayu". Melody mengangguk lesu, kemudian menaiki tangga menuju kamarnya.
"Pulang juga, Teh". Gumam Nabilah yabg sedang tidur dikasurnya sambil memainkan ponselnya.
"Emangnya aku bang toyib apa gak pulang pulang". Sungutnya. Nabilah tertawa hambar mendengarnya.
"Kabar Om Lids gimana?".
"Gak ada perubahan".
Melody mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi, sementara Nabilah menghela nafasnya kasar. Ia mulai merindukan Lidya sekarang.
Setelah mandi Melody langsung turun ke meja makan untuk makan malam bersama keluarganya. Setelah mengalami hari hari sulit, ia juga butuh hiburan dan hari untuk bersantai. Seperti makan malam bersama dengan keluarga lengkap seperti ini. Ngobrol ringan dengan menceritakan hal hal kecil seperti pengalaman di Jepang, atau bagaimana sekolah Nabilah hari ini. Hal hal seperti itu setidaknya dapat membuat senyum dan tawa yang belakangan jarang terlihat itu kembali ada.
