Alhamdulilah ternyata respon buat cerita ini positif:) author jadi terharu:')
Happy reading guyss...
And sorry for typoSudah seminggu aku tinggal disini, itu artinya sedikit demi sedikit aku sudah mulai tau hal-hal tentang Melody dan Nabilah. Seperti kedekatan Kak Melody dengan teman prianya yang bernama Farish.
Siang itu aku dan Nabilah sedang asyik bermain xbox bersama, hanya ada kami berdua dirumah karena Kak Melody sedang kuliah.
'TOK!'
'TOK!'
"Buka Bil pintunya". tukasku.
"Lo aja lah".
aku menghentikan game kami lalu kembali menyuruhnya. "Buka sana, gak boleh mager Kubiilll...". ia mendengus kesal," Sendirinya mager". Cibirnya. Dengan langkah malas ia berjalan membuka pintu sementara aku hanya terkekeh melihatnya.
"KADOOONNGG....!!". Teriaknya menggema diseluruh penjuru rumah, aku menutup dalam-dalam telingaku. Memangnya siapa yang datang sampai ia seantusias itu. Aku pun berjalan ke teras rumah untuk melihat siapa yang datang. Ternyata Kak Melody dengan seorang teman prianya, sepertinya ia sering kesini karena kulihat Nabilah seperti sangat mengenalnya.
Ia tersenyum saat melihatku, entahlah kenapa hatiku tak tergerak untuk membalas senyumnya itu. "Dia siapa Mel? aku kayaknya baru liat dia deh". Ucapnya. "Ooh.. dia itu anaknya boss Papa aku, dia tinggal disini selama orang tuanya di luar negeri". Kak Melody memperkenalkanku pada temannya, "Farish". Ia mengulurkan tangannya dan aku pun spontan menyaliminya. "Lidya''.
Setelah perkenalan singkat kami Kak Melody langsung mengajak kami termasuk Farish masuk, ia dan Farish duduk sambil mengobrol sementara aku dan Nabilah pergi ke halaman belakang untuk memainkan permainan lain.
Aku dan Nabilah pun memutuskan untuk duduk santai disebuah pondokan kecil dibawah pohon. Rasa penasaranku pun muncul tentang Farish temannya Kak Melody itu, perasaanku tidak enak tentangnya. Aku pun memutuskan untuk bertanya pada Nabilah, karena dia adiknya Kak Melody dia pasti tau sesuatu tentang Farish.
"Dek, Farish itu siapa?".
"Kadong? temennya Teteh lah".
"maksud gue temen deket gitu?".
"Gak tau deh Kak, dia sama Teteh itu deketnya udah kayak orang pacaran tapi kagak ada status sampe sekarang, padalah temenan udah 5 tahun dari Teteh awal masuk kuliah, kalo gue liat-liat sih yee..dia itu suka sama Teteh". Jelas Nabilah, mulutnya dari tadi tak berhenti mengunyah snack yang tadi kami bawa dari dapur.
"Terus Kak Melody-nya gimana?".
"Gimana apanye?".
" Gimana perasaannya ke Farish itu?!''. Kesabaranku sudah mulai habis menghadapi mahluk satu ini.
"Nyantei lu kagak usah ngegas". " Nah itu die gue kagak tau". Jawabnya enteng, ya tuhan... kalau boleh aku ingin menghapus orang ini dari muka bumi..
Malam sudah semakin larut namun Kak Melody tidak kunjung pulang, kemana dia pergi dan kenapa selama itu membuatku khawatir dari satu jam lalu. Jam menunjukan pukul setengah sepuluh malam namun tidak ada tanda-tanda kepulangannya.
"Bil, coba lu telpon deh Kak Melody".
"Gue udah telpon dari setengah jam lalu lo suruh gue telpon dia". Ucapnya.
Aku lalu pergi ke kamarku mengambil jaket dan kunci mobil, perasaanku sudah benar-benar tak enak. " Kak, mau kemana? ". Tanya Nabilah. "Mau cari Kak Melody, Bil lo jaga rumah ya..". Nabilah mengangguk patuh. Dengan perasaan khawatir aku dan mobil milik Kak Melody menyusuri jaran raya Jakarta yang sudah mulai sepi, semakin gelap, dan dingin ini.
.
.
.
.
Sudah satu jam pencarianku namun masih belum menemukan apa-apa dan aku mulai panik, kali ini aku coba menyusuri jalan sekitar kampus, dan benar saja aku menemukannya sedang berjalan sendirian dengan langkah gontai. Segera aku arahkan mobilku kearahnya.
Tiba-tiba saja dua pria mabuk datang menghampirinya, salah satu dari mereka membawa botol miras ditangannya, namun sepertinya Melody tidak menyadari hal itu ia terus berjalan dengan menudukan kepalanya lesu. Aku menambah kecepatan mobilku untuk menyusulnya sebelum dua orang brengsek itu menggoda Kak Melody, namun ternyata aku kalah cepat, kedua orang itu sekarang sudah berada didepan Kak Melody. Ia yang baru menyadarinya sekarang malah menjadi panik dan ketakutan, apalagi saat kedua orang itu berusaha menyentuhnya.
Dengan kecepatan penuh aku mengarahkan mobilku ke dua preman itu, aku menghentikan mobilku tepat didepan mereka, nyaris saja aku akan menabrak mereka. Aku langsung keluar dari mobil dan menarik Kak Melody mendekat padaku. "Lidyaa...". Lirihya dengan perasaan takut, aku mendengar jelas debaran jantungnya.
"BAN*SAT! MAU SOK PAHLAWAN LO?!"
Salah satu dari mereka berusaha menyerangku, namun dengan cepat aku menghindar dan menyerangnya balik hingga ia terjatuh. Namun ia segera bangkit dan menyerangku kembali hingga aku terjatuh. "LIDYA!". Aku jelas mendengar teriakan histeris Kak Melody saat melihatku tersungkur ke aspal.
Aku berusaha bangkit dan kembali menyerang, tiba-tiba saja preman lain berlari dan,
PRANG!
"LIDYA!!". Lagi, teriakan itu keluar dari mulutnya.
Botol minuman keras itu tepat menghantam dahiku."SH*T!". Umpatku. Aku yang kalap langsung saja menghajar mereka tanpa ampun, hingga sebuah genggaman menghentikan aksiku. Aku tau benar siapa pemilik tangan yang menggenggam tanganku ini. " Udah Lid, mereka udah kalah". Ucapnya lirih.
Aku langsung diam dan menghentikan seranganku, berusaha keras menahan pusing dikepalaku akibat hantaman keras dari preman sialan itu.
"Lid, kepala kamu...". Lirihnya lalu tiba-tiba saja badannya ambruk tepat didepanku. Dengan cekatan aku langsung menangkapnya. Ia pasti lelah berjalan sejauh ini, wajahnya pucat sekali.
Ciee Om Lidy jadi pahlawan tengah malem:))
Btw, gimana ceritanya gengs?? Terus vote and comment yaa.. Author butuh banget kritik dan saran kalian:)