15

2.6K 250 8
                                    

happy reading & sorry for typo



Sudah hampir seminggu akhirnya aku bisa merasakan lega untuk hari ini. Tidak ada lagi sakit kepala, atau apapun yang membuatku jadi sulit beraktivitas.

Tapi Melody tetap melarangku untuk masuk kuliah hari ini, mungkin kegiatanku akan mulai normal lagi mulai besok.

"Sarapan kamu dimakan atuh Lids.. Jangan diliatin aja". Tukas Melody mengingatkan aku.

"Tauk nih Om, mikirin ape sih lu? Udahlah ayok anterin gue sekolah aje ntar keburu telat lagi". Nabilah langsung saja menyambar. Ia segera menarik tanganku untuk langsung berangkat tanpa membiarkan aku memakan sarapanku dulu.

"Biarin Lidya sarapan dulu atuh Dek!!". Teriakan dari Melody pun tak digubrisnya. Mau tak mau aku mengantarnya tanpa sarapan.

.
.
.
.
.

"Mikirin apasih Kak? Kayak yang galau gitu". Celetug Nabilah, mungkin ia merasa heran karena hanya keheningan yang daritadi menyelimuti kami.

"Enggak kok, biasa aja gue". Jawabku sesantai mungkin.

Apa harus kutanyakan prihal sesuatu yang membuatku gundah ini pada Nabilah? Sebaiknya kucoba tanyakan selagi ada kesempatan.

"Bil. Kubil". Nabilah mendongakan kepalanya.

"Kan waktu itu lu bilang tuh, Kak Melody ditembak Farish. Tapi lo belum ceritain kejadiannya sama gue". Ucapku basa basi.

"Iye emang kenape?". Tanyanya balik.

"Yaa.. Gue kepo aja seromantis apa si Farish itu". Jawabku senormal dan sebiasa mungkin.

"Wiihh.. Romantis banget dah pokoknya". Jawab Nabilah dilebih lebihkan. "Lebay lu".

"Ish! Jadi itu yaa.. Si Kadong kayak ngajak Kak Melody ke restoran mewah gitu....". Terus saja Nabilah bercerita, aku tidak benar benar mendengarnya. Karena sebenarnya yang aku incar adalah bagian akhirnya saja.

Mendengarkan segala celoteh Nabilah ini malah membuat telingaku panas saja. Aku malah memperhatian gertur dan mimiknya yang lucu saat bercerita. Sesekali ia membetulkan poninya yang baru saja dipotong kemarin, ekspresi wajahnya saat bercerita juga lucu membuatku tertawa melihatnya.

"Pokoknya kata-katanya romantis gitu deh... Terus Kak Melody-nya jawab... Ish! Om Lid! Lu kok ketawa mulu sih dari tadi! Dengerin gue cerita gak sih?!". Wajahnya yang ceria tadi langsung berubah cemberut.

"Hehe iyaa ini gue dengerin, terus Kak Melody bilang apa???". Aku makin makin penasaran dibuatnya.

"Dia kayak mikir lama gitu kan..... Terus dia bilang 'iya aku mau' suaranya pelan gitu sok sok malu padahal mah gak ada malunya". Dan ini dia akhirnya yang daritadi kutunggu tunggu.

Pantas saja Farish jadi sering datang ke rumah akhir akhir ini, aku sudah mendapat jawabannya.

Tanpa sadar tanganku mencengkram kuat kuat stir mobil hingga wajahku berubah merah.

"Om lu kenapa dah mukanya tengang gitu?".

"Om Lid!".

"Kak Lidya!".

"Woy Kak Lidyaaa!!!". Teriakannya membuatku menoleh padanya.

"Apa?!!".

"Itu sekolah gue udah kelewatan!". Aku langsung ngerem mendadak untung saja mobilku melaju dipinggiran jalan.

"Jalan aja yaa Kubil... Gak jauh kok kelewatannya Hehehe..". Cengirku tanpa dosa. Nabilah memdengus malas sambil memutar kedua bola matanya.

"Gak jauh gimana? bisa telat gue!". Decaknya lalu keluar dari mobil dengan kesal.

My Lovely MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang