Daripada gabut mending update wp yegak??
Happy reading and sorry for typo :)
Melody POV
Hari ini aku akan mengantar Lidya untuk melakukan pemeriksaan rutin kepalanya dirumah sakit. Sudah dua kali ia melewatkan pemeriksaan ini, aku jadi semakin khawatir.
Lidya bukanlah orang yang mau memperlihatkan keluh kesahnya didepan orang lain. Lebih-lebih lagi dihadapan orang yang disayanginya.
Dia selalu kelihatan tangguh dan kuat, apalagi saat berlatih muay thai harus kuakui tingkat kekerenannya jadi semakin bertambah.
"Pada mau kemana nih? Udah rapih aja". Kata Nabilah yang baru saja bangun dipagi hari.
"Teteh mau anter Lidya ke rumah sakit, kamu lagi libur kan? Dirumah aja ya..". Tukasku. Lagi pula jomblo seperti Dek Ayu ini mau pergi kemana dihari libur seperti ini.
"Iyee... Iyee.. Tapi bawain sesuatu laahh...". Ucapnya dengan senyum penuh arti.
"Mau dibawain apa dari rumah sakit? Obat? Suntikan?". Sarkasku.
"Jenazah dari kamar mayat yang masih anget juga boleh". Celetugnya lalu segera pergi meninggalkanku ke kamarnya.
"Canda atuh Dek, iya iya nanti aku bawain makanan deh". Kataku.
Setelah selesai memoles wajahku dengan make up tipis, aku segera keluar dari kamar dan turun menemui Lidya. Ia sedang duduk sambil menonton acara televisi pagi, bahkan dengan pakaiannya yang sederhana ia tetap terlihat modis dan mempesona.
"Hayuk atuh Lid! jadwal kamu dua jam lagi nih". Ucapku.
.
.
.
.
.
.
.
Aku mengendarai mobil dengan kecepatan standar, karena jalanan ibukota pun sedang tidak macet. Aku tidak membiarkan Lidya menyetir sendiri karena jika ia kelelahan itu akan membuat sakit kepalanya kambuh. Jadi ia hanya duduk sambil mendengarkan musik dari earphone nya.Karena merasa bosan aku pun mengajak Lidya bicara, sudah beberapa hari ini ia seperti menjauh dariku.
"Hmm.. Lid, kuliah kamu gimana?". Tanyaku basa-basi.
"Skripsi Kakak aja belum selesai, udah nyanyain kuliah aku". Ucapnya. Walau dengan nada datar tapi terdengar sadis.
"Ih! Lidyyy... Jahat banget sih, gak usah bahas skripsi dong". Sungutku kesal.
"Hehe.. Lagian Kakak tumben-tumbenan nanya kuliah aku".
"Yaiyalah, aku kan peduli sama kamu". Ujarku. Ia langsung menatapku dengan tatapan yamg aku pun tak tau apa artinya lalu menundukan kepalanya.
Kemacetan baru terasa saat kami berada dipusat kota, ditambah lagi cuaca terik siang hari membuat jalanan jadi berisik dengan suara klakson kendaraan yang saling bersahutan.
Aku melihat Lidya sudah mulai memijat-mijat pelipisnya, dan wajahnya terlihat pucat. Pasti sakit kepalanya kambuh.
Aku lalu menarik posisi joknya menjadi berbaring agar ia bisa tidur untuk meredam rasa sakitnya. Biasanya tidurlah obat yang mujarab untuknya, berhubung persediaan obat pereda sakitnya sedang habis.
"Kamu tidur aja, kalo udah sampe aku bangunin". Ucapku sambil mengusap-usap pipinya yang mulai menghangat.
Ia juga kadang sering pingsan karena tubuhnya yang terlalu lelah seusai melakukan pekerjaan berat atau jika rutinitasnya padat. Aku jadi khawatir jika ia terus terusan begini.
