Pada comment partnya kurang panjang..
Nih author Kasih panjang part yang iniSorry for typo & happy reading:)
Aku terbangun pagi ini dan rasa sakit dikepalaku ini masih ada, ditambah lagi sekarang semua badanku rasanya ingin remuk semua karena tadi malam aku tidur disofa.
Mengingat saat aku membawa Kak Melody pulang ternyata ia demam dan aku merasa tidak bisa meninggalkannya tidur sendirian dalam keadaan seperti ini. Jadilah aku memutuskan untuk menunggunya sekaligus mengompres kepalanya yang sangat panas tanpa mempedulikan kondisi kepalaku.
Aku mencoba untuk bangun namun sepertinya luka didahiku ini malah makin parah. Aku fikir saat aku tidur luka ini akan mulai membaik, aku memegang kepalaku dan tanpa aku sadari ternyata sudah ada perban dikepalaku.
Apa Kak Melody yang telah mengobatiku? Tapi bukannya dia sedang sakit, aku menengok ke tempat tidurnya yang sudah rapih dan tidak ada dia disana.
Aku turun dari sofa dan berjalan keluar dengan tertatih menuruni tangga, mataku mengedar mencari Kak Melody dan Nabilah.
"Eh Lid, kamu udah bangun ternyata". Sapa Kak Melody, ternyata dia ada di dapur sedang memasak. Aku baru ingin menghampirinya, "Eitt... Kamu duduk disitu aja, kepala kamu masih sakit kan?". Aku hanya menurut karena tidak ada gunanya membantah kepalaku juga masih terasa sakit.
Aku pun duduk disofa depan televisi memperhatikan Kak Melody memasak. Dengan lihay dan rapih ia memasukan bumbu-bumbu kedalam masakannya, aku tidak tahu ia memasak apa. Sepertinya ia memasak bubur.
"Nabilah mana Kak?". Tanyaku karena sedari tadi tidak melihatnya. Hari ini hari minggu dan masih terlalu pagi jika ia ingin keluar.
"Ada dibelakang tuh, lagi ngasih makan ikan". Ucapnya.
Aku beranjak dari tempat dudukku berniat melihat Nabilah. "Lid, kamu mau kemana?".
"Ke tempat Nabilah Kak".
Kak Melody mengangguk lalu melanjutkan masaknya. "Eh Lid". Aku kembali menoleh kearahnya. "Kenapa Kak?". Tanyaku sopan.
"Jangan panggil aku Kakak dong... Berasa tua nih". Pintanya.
"Eungg... Nanti aku yang malah jadi ngerasa gak sopan Kak". Ucapku.
"Tapi aku coba deh". Ucapku sambil tersenyum, ia membalas senyumku dengan senyuman yang sangat manis.
"Oke". Sahutnya.Aku melihat Nabilah sedang duduk dipinggir kolam sambil melempar makanan ikan kedalamnya.
Aku pun duduk disebelahnya yang sedang melamun . "Ngapain Dek?".
"Jualan somay". Celetugnya. "Udah tau lagi ngasih makan ikan, pake nanya lagi lu Om-om". Lanjutnya. Yup! Satu lagi panggilanku darinya, mengingat suaraku yang ngebas dan berat ini dia malah jadi memanggilku Om-om.
"Yee.. Biasa aja kali! Sensi amat lu". Ucapku sambil menoyor kepalanya.
"Ah gak asik lo Kak, untung lagi sakit lu". Sungutnya.
Tak lama Kak Melody datang dengan nampan berisi semangkuk bubur beserta susu dan air putih. "Lidya, sarapan dulu atuh, kamu kan masih sakit". Ucapnya. Ia duduk disebelahku.
"Satu doang nih Teh? Akunya gak dibawain juga?".
"Masih bisa jalan kan? Ambil sana sendiri di dapur". Tukasnya membuat Nabilah manyun.
Ia langsung berdiri dengan kesalnya. "Om Lidya juga masih bisa jalan tapi diambilin, sebenernya yang adeknya itu gue ape die sih". Umpatnya pelan. Aku terkekeh mendengarnya.