17

2.3K 261 15
                                    

Happy reading&sorry for typo:)

Lama sekali Melody membuka pintunya, aku pun ikut keluar untuk memeriksa, terdengar suara Melody dan seseorang sedang mengobrol diteras, mood baik pagi hariku langsung berubah begitu melihat siapa yang datang.

"Ngapain lo!? Masih berani muncul ternyata". Mataku tak berhenti menatap sinis padanya.

"Tenang dulu Lid... ini cuma salah paham kok". Ucapnya santai, ia coba untuk merangkul pundakku tapi segera kutepis tangannya.

"Gak usah sok akrab! Gak inget lo ngapain gue kemaren?! HAH!". Emosiku kembali tersulut.

"Lid... tenang dulu, aku udah tau semuanya, ini cuma salah paham. Farish gak sengaja dorong kamu". Aku tercengang mendengarnya, mudah sekali Melody percaya dengan tipu muslihatnya itu, apa pun yang dikatankannya pada Melody itu pasti bohong.

"Kamu percaya sama omongan dia?! Tukang selingkuh ini?!".

"Mel, kamu harus percaya. Dia itu sepupu aku, aku cuma ajak dia makan aja. Aku bilang kan waktu itu harus pulang duluan karena mau jemput mama di bandara? Ternyata mama ajak dia juga kesini, dan aku disuruh ajak dia jalan jalan sekalian makan malem". Aku terus mengumpat, penjelasan klasik, memang dasar dia pintar bohong.

"alah penipu lo! Lo gak bilang gitu kemaren!". Bentaku, tak peduli dengan tatapan Melody yang kaget melihat reaksiku. Ia coba menggenggam tanganku namun langsung kusingkirkan tangannya, aku sudah habis kesabaran dan langsung kuhajar lagi wajahnya seperti kemarin, ia tersungkur ke lantai, dan Melody langsung beralih pada Farish.

"Lo langsung nyerang gue! Gimana gue mau bilang?!". Dia sudah mulai naik pitam, tapi tetap menahan emosinya, mungkin Karen ada Melody disini.

"See?! Lids, kamu itu cuma salah paham". Aku melongo melihat reaksinya. Ia langsung berdiri dan memukul pelan pundaku. "Kamu harus minta maaf sama dia! Atau aku gak bakal maafin kamu semumur hidup!!". Emosiku kian memuncak, bahkan Melody sendiri lebih percaya dia dari pada aku.

"TERSERAH!!". Aku langsung pergi meninggalkan mereka ke kamarku, membanting pintu kamar kuat kuat.

Aku tak bisa lagi terus tinggal disini, penipu brengsek itu telah mempengaruhi Melody-ku, dia bukan lagi gadis yang aku kenal, bukan lagi Melody yang selalu percaya penuh padaku. Aku langsung membereskan baju bajuku, semua barang barangku yang ada disini.

Mungkin akan lebih baik jika aku menyerah saja, rasanya tak akan mungkin mendapatkan cinta dari orang yang terang terangan menunjukan rasa cintanya pada orang lain. Aku rasanya ingin meluapkan segala jeritan hatiku ini, tak ada lagi yang bisa kupertahankan disini, akan lebih baik jika kubuang saja jauh jauh perasaanku ini.

"Lidya! Kamu mau kemana?!". Aku berusaha tak menoleh dan melanjutkan memasukan baju bajuku ke dalam tas.

"LIDYA!".

"Aku mau pulang, selama ini aku cuma jadi beban aja kan? Jadi lebih baik aku pulang". Langsung kuangkat tas ranselku, kugeret koperku keluar, berlalu saja melewatinya, bahkan tanpa menatap matanya.

"Asal kamu tau, kamu bukan beban buat aku. Tapi aku gak ada hak untuk larang kamu. Tapi inget, saat kamu udah keluar dari pintu itu, kamu gak akan pernah bisa masuk lagi". Ucapannya tersendat sendat dan suara seraknya itu kian parau. Lututku melemas mendengarnya, tapi aku tak tahan lagi berada disini, air mata yang dari tadi ditahan pun akhirnya keluar juga. Tetesan demi tetesan bulir air mata mengalir dipipiku, namun kubiarkan saja ia sampai mengering sendiri.

Kupacu mobilku dengan kecepatan tinggi, tak peduli aku hampir menabrak dua orang pejalan kaki tadi, gila memang membahayakan nyawa sendiri dijalanan. Tapi biarlah, kekecewaanku ini harus terlampiaskan.

My Lovely MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang