“GIGI?!”
“Hentikan! Berhentilah menatapku seolah menatap hantu, Marc!”
“Apa yang kau inginkan?” tanya Marc dengan suara parau.
“Aku ingin kau bersa…”
“Cukup! Boleh aku minta tolong padamu?” tanya Marc.
“Eh? Ya?”
“Tolong tutup pintunya… dari luar.” Pinta Marc, Gigi tanpa pikir panjang langsung menurut.
“Menutup pintu dari luar? Eemm… seperti ini?” tanya Gigi sambil melangkah mundur dan menutup pintunya dari arah luar.
“Ya-ya. Seperti itu.” Ucap Marc sembari berlarian kecil menuju pintunya dan dengan gerak cepat mengunci pintu kamarnya. “Gracias!” gumamnya sambil meloncat ke atas ranjangnya. Menarik selimutnya dan kembali tidur.
“Dasar Marc brengsek! Bisa-bisanya aku dibodohinya!”
***Marc terbangun pukul 09.00. Sedikit menguap kemudian, berbaring malas-malasan di atas ranjangnya. Sesekali ia mengerjapkan pelupuk matanya. Ia merencanakan untuk pergi ke beberapa tempat hari minggu ini. Sudah lama Marc berniat pergi ke Gereja tapi selalu saja ada halangannya. Dan hari ini ia akan menolak segala ajakan dari kawan-kawannya untuk hang out. Pokoknya hari ini khusus pergi ke Gereja.
“Hola, Marc!” sapa Alex yang tiba-tiba saja muncul dari kamar mandi yang berada di sisi ruang kamarnya.
Betapa jantung Marc seolah tertohok terkejut melihat adiknya itu tiba-tiba muncul dari kamar mandinya, kapan datangnya? Tiba-tiba saja sudah muncul dari kamar mandi? Ditambah lagi Alex muncul tanpa busana, bertelanjang dada, dan hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya.
“Oh My God. Alex!?” Marc tergelak singkat.
Tanpa berbasa-basi Alex duduk ditepi ranjang, tepat disisi Marc.
“Ada yang aneh!” gumam Marc dalam hati.
***Marc’s POV
Benar! Terasa ada yang aneh dan mengganjal. Alex bertelanjang dada dan aku juga demikian. Ditambah lagi lampu ruang kamarku mati. Entahlah. Tiba-tiba saja aku merasa ngeri atau mungkin mulai ketakutan. Tapi untuk dasar apa rasa ngeri dan takut ini muncul?
“Marc..” panggil Alex dengan suara lirih.
“Ya?” aku mencoba untuk tenang di ranjang kini.
“I wanna be…. honest on you.” Kata Alex dengan suara terbatah-batah.
“Ya, tell me the truth, Lex?”
“Tapi janji nggak marah?” pinta Alex sambil memberikan kelingkingnya. Oh, tidak! Alex menggelikan dengan bertingkah seperti bocah. Kelingking? Yang benar saja!?
“Ya swear!!” jawabku sambil melingkarkan kelingkingku pula.
“Janji ya, kalau bohong, tambah cebol lho?!”
“Iya, buruan? Kalau kelamaan, tambah gitong (gigi tonggos) lho!”
“Okay,” Alex menghembuskan nafas panjang. “Aku gay.”
“Dabelyu-ti-ef?! Seriously?” bentakku.
***IT’S SUCH A SHORT CHAPTER. Sorry.
Sorry juga karena lama vakum.
Maaf buat fansnya Alex Marquez. Dia nggak gay kok, cuma fanfict, oke?! ( jangan marah. Aku pernah baca fanfiction Marc dan Alex Marquez tentang gay judulnya NOTHING LIKE US, dan cerita wattpad itu menghibur aku banget. Jadi sedikit pengen niru gitulah. Boleh kali ya! Intinya Alex gak GAY! “LO SIENTO, ALEX”Give me your star by like.
Give me your thought by comment.
Gracias!©IGNITE. Chapter 0.6 Already released.

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITE. (Marc Marquez)
FanfictionCerita tentang cinta beda agama. Iremos a un Hotel (Kita pergi ke Hotel) Iremos a cenar (Kita pergi makan malam) Pero nunca iremos juntos al Altar (Tapi kita tidak bisa pergi ke Altar bersama) ©IGNITE. released... Marc Marquez Fanfiction All about m...