Fatal! Apa yang aku ucapkan setidaknya harus di proses di otak terlebih dahulu. Ada apa denganku? Aku tidak biasanya salah bicara seperti ini. Dan kini aku harus bagaimana mendapati seorang Marc memintaku untuk mengulangi perkataanku barusan.
"It doesn't mean anything. I'm just..."
Penjelasanku tertahan sebab aku mendapati handphoneku berdentum singkat, tanda bila ada sms masuk. Membaca nama si pengirim dan isi smsnya secara singkat. Oh, Alhamdulilah Ya Allah. Dengan segera aku beranjak dari kursiku.
Marc'sPOV
"I must go right now, I apologize about this Marc," itulah kalimat yang diucapkan Diana setelah berdiri.
Ini agak aneh. Kemana ia akan pergi? Wanita berkerudung inikan baru kemarin datang ke Spanyol. Dan sekarang sudah punya rencana hendak pergi?
Semakin aneh, ditambah lagi dengan senyum merekahnya yang tak kunjung memudar. Tepat setelah ia membaca sms.
Entahlah, lagipula aku tidak mau ikut campur urusan pribadi seseorang. Tanpa banyak tanya, aku hanya dapat mengangguk dan membiarkannya pergi.
Diana mengambil tas kecil dari kamarnya dan kemudian langsung pergi.
"SAMPAI NANTI." Ucapnya begitu bersemangat, untung saja ia masih sempatkan berhenti didepan pintu untuk sekedar berpamitan padaku.
"Ee.. sampai nanti!" jawabku, hanya mengulangi apa yang dikatakannya barusan, aku yakin kalimat itu tak jauh artinya dengan 'see you later'.
Ternyata dia manis saat bersemangat seperti itu daripada diam saat sarapan tadi. Ah? Apa? Apa barusan aku mengatakan bahwa dia manis?
Membuang jauh pemikiran itu. Aku langsung berjalan keluar Hotel ini. melewati elevator yang sepi. Berjalan menuju area parker, tiba-tiba ada ponselku berbunyi. Aku hafal betul ini adalah nada ada pesan. Merogoh saku celana dan mengambil ponselku dengan gerak cepat seraya terus berjalan menuju letak mobilku.
Alex Marquez : Hola!
Dia ini menganggu saja. Dasar Alex. Dia mengirim pesan hanya untuk mengatakan Hola. Sebentar lagi aku juga akan bertemu dengannya di sirkuit. Jadi aku tidak membalas pesannya. Sejurus kemudian aku menyimpan kembali ponselku disaku. Merangkak memasuki mobil dan gas.
Waktu 30 menit, terbuang diperjalanan. Dan mungkin sekarang para rider Moto2 telah bersiap-siap sedangkan aku masih menuju Sirkuit Catalunya, yang beralamat di AP de Correus 27, 08160 Montmelo, Barcelona, Spain itu.
Aku sedikit harap-harap cemas jika tidak sempat menemui adik kesayanganku itu sebelum race. Tak perlu ditutup-tutupi, kenyataannya Alex memang sering jatuh, terutama di tiap tikungan tajam. Aku rasa ia belum bisa mengatasi itu. Tapi aku selalu mengingatkannya bahwa 'kita bisa belajar sedikit demi sedikit tentang semua hal'. Aku ingin selalu ada untuk memberinya motivasi agar ia tidak mudah menyerah.
***
Darren's POV
"Aku tidak mau tahu! Pokoknya aku harus mengantikan posisinya, Darren!?"
Gigi mengotot sembari tak melepas pandangannya pada seorang umbrella girl berambut hitam panjang itu. Sontak aku mengikuti arah pandangannya. Ya, dia yang sedang berbincang dengan Tuan Santi di Paddock Honda itu adalah Umbrella Girl-nya Marc Marquez. Tuan Santi sendiri yang merekrutnya dua bulan yang lalu.
Si Juliane Rohlmann, wanita yang luar biasa cantik, berkulit sedikit cenderung cokelat dan tentu saja begitu eksotis. Ditambah, senyumnya yang manis, rambut hitam panjang nan lurus yang ia biarkan terurai di terpa semilir angin, dan tubuhnya yang Oh.. begitu mematikan untuk sekedar dipandang mata. Juliane, dia sungguh...
"Eh, APA???" aku kelabakan dan bingung seperti orang yang baru bangun dari koma. Jujur, ucapan Gigi barusan berhasil menamparku kembali turun ke Bumi.
"Pria sepertimu mudah sekali dibaca pikirannya, jangan pura-pura bego, Darren!" Gigi memutar bola matanya dariku. "Kau harus lakukan sesuatu! SEGERA!"
Dua puluh menit yang lalu, Kini aku tengah berada di Paddock area. Tempat paling steril di balapan. Disinilah tadi seorang Marc Marquez bersama dengan manager tim, dan tim mekaniknya merancang strategi hingga ubahan setingan pada motor.
Dan kini Marc sedang melakukan QTT Qualifying Time Trial, dimana para pembalap diberikan waktu beberapa menit untuk mengitari sirkuit. Misalnya selama 30 menit, dan Marc telah kembali dua kali ke paddock untuk sekedar mengatur setingan motornya. Dia benar-benar serius di waktu-waktu seperti ini dan tidak bisa diajak mengobrol, apalagi bergurau sebelum ia mendapatkan start di grid pertama nanti. Ya, aku yakin total kali ini dia akan start di grid pertama lagi. Sirkuit Catalunya terasa miliknya seorang.
"Tidak mungkin, Gigi! Tidak mungkin." Jawabku melemah.
"Buat itu menjadi mungkin!" kediktatoran seorang Gigi Hadid mulai tampak detik ini. "Kau kan bisa obrolkan itu dengan Tuan Santi, soal Dani itu gampang, carikan saja seorang model kampungan untuk jadi umbrella girl-nya!"
"Sttt... Kecilkan suaramu Gigi! Kau tahu sendiri, aku ini hanya asistennya Marc, alias jongosnya oke?! Mana berani aku mengusulkan ide konyolmu itu pada Tuan Santi!"
"Ayolah, Darren! Kitakan sama-sama keturunan Palestina! Bantulah aku untuk jadi Umbrella girl-nya Marc Marquez. What's the matter?! Its easy." erang Gigi membuatku mengidik ngeri.
Oh, Tuhan. Wanita ini benar-benar terobsesi dengan Marc. Ia sampai menyangkut pautkan keturuan kami. Darah Palestina. Ini membuatku cukup muak. Pasalnya, ini bukan yang pertama kali ia memohon seperti ini. Ini yang kesekian kalinya yang aku sendiri lupa hitungannya, sangking seringnya.
Gigi, seharusnya puas dengan posisinya sebagai umbrella girl-nya Dani Pedrosa. Ribuan model cantik ingin menendangnya keluar untuk merebut posisinya. Tapi wanita berambut pirang ini begitu kekeh ingin menendang Juliane Rohlmann, umbrella girl-nya Marquez saat ini.
Toh, bayarannya juga sama banyaknya. Sama-sama umbrella girl untuk rider Honda. Dan paling penting, sama-sama pegang payung. Gitu aja kok repot.
Ya, aku tahu jelas apa masalahnya. Gigi begitu menginginkan Marc. Hanya itu. Dan itu adalah hal yang buang-buang waktu jika dia menyadarinya.
Karena apa? Karena Marc lebih tertarik dengan bokong motor daripada ya.. begitulah. Dia sendiri yang katakan itu padaku.
"I SHOULD IN THAT POSITION, NOT THAT GIRL! DAMN IT!" gerutu Gigi ketika menyaksikan Marc yang telah menempati start grid pertama di sirkuit Catalunya (QTT) dan sontak seluruh team work-nya bertepuk tangan, membangga-banggakan Marc Marquez dan tentu ekor mata Gigi tak lepas dari Juliane yang kini tampak semakin mendekati Marc. Kami berdiri bersandingan menyaksikan keberhasilan Marc, aku tentu senang seperti biasanya.
"Tadi si Juliane Jalang menyeringai melecehkanku. Oh, aku bersumpah akan ku botaki rambutnya!?"
Aku hanya dapat mengerjapkan mataku. Terkejut dengan sumpah serapahnya.
"Wah, Look Dani Pedrosa being number three! go shu.. shuh!"aku menyibakkan tanganku mengusirnya sekaligus agar orang yang menjenuhkanku ini segera pergi.
"We are Palestina, remember that! Help me!" Gigi menekan nada bicaranya seperti sebuah sentakan sembari melangkahkan kaki mendekati Paddock-nya.
Palestina. Daripada membantu dirimu, Gi. Lebih baik aku membantu saudara Palestinaku yang memang benar-benar membutuhkan bantuan di Gaza sana. Perang yang merengut hak asasi manusia mereka, lebih pantas untuk dibantu daripada membantu perang konyolmu dengan Juliane itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Vote dan comment Terima kasih sudah baca. Follow aku teman-teman yang suka fanfiction IGNITE. Yang ikhlas saja. :)
